Anda di halaman 1dari 27

Referat

Terapi Oksigen

Oleh: Pembimbing:
Muhammad Aldo Giansyah, S. Ked dr. Ferriansyah Gunawan, Sp.An
Deo Rafael Asnawie, S. Ked

DEPARTEMEN ANESTESIOLOGI DAN TERAPI


INTENSIF
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2019
OUTLINE
01 PENDAHULUAN

02 TINJAUAN PUSTAKA

03 KESIMPULAN
PENDAHULUAN
BAB I
Pendahuluan

Indikasi,
pengaturan dosis,
cara pemberian,
1794  Thomas
dan efek samping
Beddoes pertama
 Diperhatikan
kalinya menggunakan
dalam penggunaan
O2 sebagai obat
O2 sebagai obat

Sejak ditetapkan konsep bahwa O2 dapat


Oksigen atau O2 digunakan sebagai terapi, efek hipoksia
diisolasi pertama menjadi lebih dimengerti dan pemberian
kali oleh Joseph oksigen pada pasien dengan penyakit
Priestley. paru membawa dampak meningkatnya
jumlah perawatan pasien
TINJAUAN PUSTAKA
BAB II
Definisi Terapi 02
Upaya-upaya meningkatkan masukan
oksigen ke dalam sistem respirasi,
meningkatkan daya angkut
hemodinamik dan meningkatkan daya
ekstraksi O2 jaringan

O2
.

Pemberian Oksigen dengan


konsentrasi lebih dari fraksi
oksigen di ruangan (21%)
Secara klinis, istilah hipoksia diklasifikasikan dengan hipoksemia dan
.
normoksemi yang dibedakan berdasarkan tingkat PaO2:

01 Hypoxaemic Hypoxia
• High altitude
• Hipoventilasi
• Abnormalitas Ventilasi-Perfusi (V/Q) (ex: COPD, asma)
• Right to left shunt
• Diffusion defects at alveolo-capillary gas exchange levels

02 Normoxaemic Hypoxia
• Circulatory : (cardiac failure, shock)
• Histotoxic : (tissue poisoning by toxic agents,
endotoxaemia and septic shock)
• Anaemic : (haemorrhage, CO poisoning)
Gejala dan Tanda Hipoksia Akut
• Manifestasi klinis hipoksia  tidak spesifik
• Saturasi O2 <90%  diperkirakan terjadi hipoksia

Respirasi Neuromuskular
sesak napas, takipnea, dispnea, lemah, tremor, hiperrefleks, inkoordinasi
sianosis
01 04

Kardiovaskular Metabolik
CO meningkat, palpitasi, takikardi, retensi cairan dan kalium, asidosis
aritmia, hipotensi, angina, vasodilatasi,
02 05 laktat.
syok
.

Sistem Saraf Pusat


sakit kepala, bingung, disorientasi, .
euforia, delirium, gelisah, koma
03
Indikasi

Insert Your Images Insert Your Images Insert Your Images

Dewasa,
Anak-anak, Kecurigaan
De Neonatus klinik hipoksia
Bayi (>1
bulan)

tekanan parsial tekanan parsial berdasarkan pada


oksigen (O2) kurang oksigen (O2) riwayat medis dan
dari 60 mmHg atau kurang dari 50 pemeriksaan fisik
nilai saturasi oksigen mmHg atau nilai
(O2) kurang dari saturasi oksigen
90% saat pasien (O2) kurang dari
beristirahat dan 88%
bernapas dengan
udara ruangan
Indikasi
GAGAL NAPAS GAGAL TRANSPORT GAGAL EKSTRAKSI
O2 O2
OSNA, depresi Syok, infark Keracunan
pusat napas, miokard, anemia, Sianida
ARDS keracunan CO

Kecurigaan
PENINGKATAN PASCA Klinis
KEBUTHAN 02 ANESTESIA Hipoksia
Luka bakar, Anestesia umum
tmultiple trauma, dengan gas N2O
infeksi berat,
kejang demam
Indikasi Terapi Oksigen Jangka Pendek
Terapi oksigen jangka pendek  terapi yang dibutuhkan pada pasien-pasien dgn keadaan
hipoksemia akut (pneumonia, penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) dengan eksaserbasi akut,
asma bronkial, gangguan kardiovaskuler dan emboli paru.)

Hipoksemia akut (PaO2 < 60 mmHg;


SaO2 < 90%) 01
04
Curah jantung yang rendah dan
asidosis metabolik

Henti jantung dan henti napas 02 05


bikarbonat < 18 mmol/ L

Hipotensi (tekanan darah sistolik < 100 Distress pernapasan (frekuensi


mmHg)
03 06 pernapasan > 24 kali/ menit)
Indikasi Pasien dengan hipoksemia, Indikasi Terapi Oksigen Jangka Panjang
terutama pasien dengan Pemberian oksigen (O2) Pemberian oksigen (O2)
Terapi penyakit paru obstruktif
secara kontinyu: secara tidak kontinyu:

Oksigen kronis (PPOK) merupakan


PaO2 istirahat < 55 mmHg Selama latihan: PaO2 < 55
kelompok yang paling atau SaO2 < 88% mmHg atau SaO2 < 88%
Jangka banyak menggunakan
PaO2 istirahat 56-59 Selama tidur: PaO2 < 55
Panjang terapi oksigen (O2) jangka mmHg atau SaO2 89% mmHg atau SaO2 < 88%
panjang. pada salah satu keadaan: dengan komplikasi seperti
- Edema yang hipertensi pulmoner,
disebabkan karena CHF somnolen dan aritmia
- P pulmonal pada
pemeriksaan EKG
(gelombang P > 3 mm
pada lead II, III dan
aVF)

Polisitemia (hematokrit >


56%)
Place Your Picture Here

Kontraindikasi

Pasien dengan keterbatasan jalan napas berat


dengan keluhan utama dispnea, tetapi dengan
PaO2 ≥ 60mmHg, dan tidak memiliki hipoksia
kronik.

Pasien yang meneruskan merokok karena


dapat meningkatkan resiko kebakaran
Place Your Picture Here

Tujuan

1. Mengoreksi hipoksemia

2. Mencegah hipoksemia

3. Mengobati keracunan karbon monooksid (CO)


.
4. Fasilitas Absorpsi dan rongga-rongga dalam tubuh.
Teknik dan Alat
Teknik dan alat yang dapat digunakan dalam terapi oksigen sangat beragam, dimana masing-masing
memiliki kelebihan dan kekurangan tersendiri.

Teknik dan alat yang akan digunakan hendaknya memenuhi kriteria sebagai berikut:
1. Mampu mengatur konsentrasi atau fraksi oksigen udara inspirasi (FiO2)
2. Tidak menyebabkan akumulasi CO2
3. Tahanan terhadap pemafasan minimal
4. Irit dan efisien dalam penggunaan oksigen
5. Diterima dan nyaman digunakan oleh pasien
Penggolongan alat-alat
1. Sistem fixed performance
Fraksi oksigen pada alat ini tidak tergantung pada kondisi pasien. Berdasarkan aliran gasnya dibagi
menjadi:
• Aliran tinggi (misalnya: sungkup venturi
• Aliran rendah (misalnya: mesin anesthesia)
2. Sistem variable performance
Fraksi oksigen pada alat ini tergantung pada aliran oksigen, faktor alat, dan kondisi pasien. Terdapat 3
jenis yaitu:
• sistem no capacity (misalnya: nasal kanul, nasal kateter)
• sistem small capacity (misalnya: nasal kanul atau nasal kateter aliran tinggi, sungkup “semi~rigid”)
• sistem large capacity (misalnya: pneumask, polymask)
Berdasarkan ada atau tidaknya hirupan kembali udara ekspirasi pasien selama terapi oksigen, sistem pemberian gas
dalam terapi oksigen dapat diklasifikasikan menjadi

• Sistem nonrebreathing
kontak antara udara inspirasi dan ekspirasi sangat minimal. Udara ekspirasi langsung keluar ke atmosfer
melalui katup searah yang dipasang pada hubungan antara pengalir gas dengan mulut atau hidung pasien.
• Sistem rebreathing
Pada sistem ini, udara ekspirasi yang ditampung pada kantong penampung yang terletak pada pipa jalur
ekspirasi, dihirup kembali setelah CO2 nya diserap oleh penyerap CO2 selanjutnya dialirkan kembali ke pipa
jalur inspirasi.
Nasal Kanul
Kateter nasal
Kecepatan aliran FiO2
mengalirkan oksigen ke Untuk pasien anak-
nasofaring dengan aliran 1-6 1 liter/menit 24% anak digunakan
liter/ menit dengan fraksi kateter nomor 8-10 F,
oksigen (O2) (Fi-O2) antara 2 liter/menit 28%
untuk wanita
24-44%. digunakan kateter
3 liter/menit 32%
nomor 10-12 F dan
4 liter/menit 36% untuk pria digunakan
kateter nomor 12-14
5 liter/menit 40% F. Fraksi oksigen (O2)
(FiO2) yang
6 liter/menit 44%
dihasilkan sama
dengan nasal kanul.
Sungkup muku tanpa Sungkup muka dengan
kantong penampung kantong penampung

digunakan apabila
memerlukan FiO2 antara
Non-Rebreathing Mask
60-90%.

Jenis:
1.Sungkup muka partial
Alat ini mampu Kecepatan
rebreathing
aliran FiO2
menyediakan fraksi 2.sungkup muka
oksigen (O2) (FiO2) nonrebreathing.
5-6 liter/menit 40%
sekitar 40-60% dengan
aliran sekitar 5-10 liter/ 6-7 liter/menit 50%
menit. Partial Rebreathing Mask
7-8 liter/menit 60%
Sungkup muka Venturi
Sungkup muka tekanan positif
Kecepatan
aliran FiO2
•Kelebihan: mernberikan FiO2 Alat ini terdiri dari sungkup muka, ukuran
sesuai dengan yang di tekanan 0-4 cm HO, tali pengikat kepala, katup
3 liter/menit 24%
kehendaki, tidak tergantung searah, kantong dari karet elastic, pipa karet
dari aliran gas oksigen yang diameter agak besar dan meter aliran untuk
6 liter/menit 28%
diberikan. oksigen dalam sistem perpipaan atau regulator
untuk oksigen dalam silinder.
9 liter/menit 40%
•bermanfaat mengirimkan
secara akurat konsentrasi O2 Alat ini digunakan untuk memberikan
12 liter/menit 40%
rendah 24-35% dgn arus nafas buatan pada pasien depresi nafas.
tinggi, terutama pada pasien
15 liter/menit 50%
PPOK (mengurangi resiko
terjadinya retensi CO2
sekaligus memerbaiki
hipoksemia.)
Oksigen Transtrakeal

digunakan pada pasien yang dilakukan trakeostomi. Oksigen (O2)


transtrakeal dapat mengalirkan oksigen (O2) secara langsung melalui
kateter di dalam trakea

•Keuntungan  tidak ada iritasi muka ataupun hidung dengan rata-rata


oksigen (O2) yang dapat diterima pasien mencapai 80-96%.
•Kerugian biayanya yang tergolong tinggi dan resiko terjadinya infeksi
lokal.
•Komplikasi: emfisema subkutan, bronkospasme, batuk paroksismal dan
infeksi stoma
Pedoman

1. Tentukan status oksigenasi pasien dengan pemeriksaan klinis, analisa gas darah dan oksimetri.
2. Pilih sistem yang akan digunakan untuk memberikan terapi oksi-gen (O2).
3. Tentukan konsentrasi oksigen (O2) yang dikehendaki: rendah (di bawah 35%), sedang (35 sampai
dengan 60%) atau tinggi (di atas 60%).
4. Pantau keberhasilan terapi oksigen (O2) dengan pemeriksaan fisik pada sistem respirasi dan
kardiovaskuler.
5. Lakukan pemeriksaan analisa gas darah secara periodik dengan selang waktu minimal 30 menit.
6. Apabila dianggap perlu maka dapat dilakukan perubahan terhadap cara pemberian terapi oksigen
(O2).
7. Selalu perhatikan terjadinya efek samping dari terapi oksigen (O2) yang diberikan
Risiko jangka Panjang
• Risiko fisik
dapat mengakibatkan luka lecet pada hidung dan wajah yang timbul dari pemakaian
nasal kateter dan sungkup. Kulit kering dan pengelupasan kulit dapat muncul dengan
penggunaan gas yang kering tanpa proses humidifikasi.

• Risiko fungsional
dapat menyebabkan hipoventilasi pada pasien dengan COPD.

• Risiko kerusakan sitotoksik


dapat menyebabkan kerusakan struktural pada paru-paru. Perubahan proliferasi dan
perubahan fibrosis akibat toksisitas oksigen terbukti setelah dilakukannya otopsi pada
pasien COPD yang diterapi dengan oksigen jangka panjang. Sebagian besar kerusakan yang
texjadi diakibatkan oleh hasil hyperoksia dari pemberian FiO2 tinggi pada kondisi akut.
Efek Samping

Depresi Nafas
Keadaan ini terjadi pada pasien yang Pada susunan saraf pusat :
menderita PPOM dengan hipoksia dan dapat menimbulkan keluhan
hiperkarbia kronik parestesia dan nyeri pada sendi.

Pada mata :
Keracunan oksigen
apabila pemberian oksigen dengan Pada bayi baru lahir terutama pada
konsentrasi tinggi (>6O%) dalam bayi prematur, hiperoksia
jangka waktu lama. menyebabkan kerusakan pada
retina akibat proliferasi pumbuluh
darah disertai perdarahan dan
fibrosis (retrolental firbroplasia).
Nyeri substemal
Nyeri substernal dapat terjadi akibat iritasi
pada trakea yang menimbulkan trakeitis
KESIMPULAN
BAB III
Kesimpulan
•terapi oksigen upaya meningkatkan masukan oksigen ke •Terapi oksigen bertujuan untuk mengoreksi
dalam sistem respirasi, meningkatkan daya angkut hipoksemia, mencegah hipoksemia, mengobati
hemodinamik dan meningkatkan daya ekstraksi O2 jaringan. keracunan karbon monooksid (CO), dan memfasilitasi
absorpsi gas dari jaringan dan rongga-rongga dalarn
•Indikasi klinis terapi oksigen  jika terjadi ketidakcukupan tubuh.
oksigenasi jaringan yang terjadi akibat gagal napas akibat
sumbatan jalan napas, depresi pusat napas, penyakit saraf •Beberapa alat yang umum digunakan di klinik untuk
otot, trauma thorax atau penyakit pada paru, kegagalan terapi oksigen adalah nasal kanul, kateter nasal,
transportasi oksigen akibat syok, infark otot jantung, anemia sungkup muka tanpa kantong penampung, sungkup
atau keracunan CO, kegagalan ekstraksi oksigen oleh jaringan muka dengan kantong penampung, sungkup muka
akibat keracunan sianida, peningkatan kebutuhan jaringan venture, oem mix-o mask, sungkup muka tekanan
terhadap oksigen (luka bakar, trauma ganda, infeksi berat, positif, kollar trakeostomi.
penyakit keganasan, kejang demam)
•Adapun risiko penggunaan jangka panjang terapi
oksigen yaitu risiko fisik, fungsional, dan sitotoksik.
Thank You 

Anda mungkin juga menyukai