Anda di halaman 1dari 30

Asuhan Keperawatan

Kritis Pada Pasien


Dengan Gagal Nafas
Kelompok 7:
Egi Amanda Liesti (2014401052)
Fadilla agusteen
Rara oktaviana
01 04
Materi :

Asuhan Keperawatan Kritis


 Definisi Gagal Nafas Pada Pasien Dengan Gagal

02
Nafas

• ARDS
• Pneumothorax &
Etiologi Gagal Nafas
hemothorax
• Efusi pleura

03
Klasifikasi Gagal Nafas
• Thorakosintesis
• pneumotomy&
pneumonectomi

2
Gagal Nafas??

Definisi Gagal Nafas


Gagal napas adalah sindroma dimana sistem respirasi gagal
untuk melakukan fungsi pertukaran gas, pemasukan oksigen,
dan pengeluaran karbondioksida. Keadekuatan tersebut dapat
dilihat dari kemampuan jaringan untuk memasukkan oksigen
dan mengeluarkan karbondioksida. Indikasi gagal napas
adalah PaO2 < 60mmHg atau PaCO2 > 45mmHg, dan atau
keduanya. (Bruner and Suddart 2002)

3
Etiologi Gagal
Nafas

1. Depresi Sistem saraf


pusat 3. Gangguan kesetimbangan 5. Efusi pleura, hemotoraks dan
2. Gangguan ventilasi ventilasi perfusi (V/Q Missmatch pneumothoraks
6. Penyakit akut paru : Pnemonia
4. . Trauma
disebabkan oleh bakteri dan virus

4
Klasifikasi Gagal
Nafas a. Gagal napas akut
Gagal napas akut terjadi dalam hitungan menit hingga jam, yang
ditandai dengan perubahan hasil analisa gas darah yang
mengancam jiwa. Terjadi peningkatan kadar PaCO2. Gagal
napas akut timbul pada pasien yang keadaan parunya normal
secara struktural maupun fungsional sebelum awitan penyakit
timbul.

b. Gagalnapas kronik  
Gagal napas kronik terjadi dalam beberapa hari. Biasanya terjadi pada pasien
dengan penyakit paru kronik, seperti bronkhitis kronik dan emfisema. Pasien akan
mengalami toleransi terhadap hipoksia dan hiperkapneu yang memburuk secara
bertahap

5
Asuhan Keperawatan Kritis Pada Gagal Sistem Pernapasan ARDS

1. DEFINISI
Gagal nafas akut /ARDS adalah ketidakmampuan sistem pernafasan untuk mempertahankan
oksigenasi darah normal (PaO2), eliminasi karbon dioksida (PaCO2) dan pH yang adekuat
disebabkan oleh masalah ventilasi difusi atau perfusi.
Gagal nafas akut/ARDS adalah kegagalan sistem pernafasan untuk mempertahankan pertukaran
oksigen dan karbondioksida dalam jumlah yangdapat mengakibatkan gangguan pada kehidupan.

2. ETIOLOGI
1. Depresi Sistem saraf pusat
• Mengakibatkan gagal nafas karena ventilasi tidak adekuat.
2. Kelainan neurologis primer
• Akan memperngaruhi fungsi pernapasan.
3. Efusi pleura, hemotoraks dan pneumothoraks
• Merupakan kondisi yang mengganggu ventilasi melalui penghambatan ekspansi paru
6
4.Trauma
• Disebabkan oleh kendaraan bermotor dapat menjadi penyebab gagal nafas.
5.Penyakit akut paru
• Pnemonia disebabkan oleh bakteri dan virus.
Penyebabnya bisa penyakit apapun, yang secara langsung ataupun tidak langsung melukai paru-paru:
1. Trauma langsung pada paru:
• Pneumonovirus, bakteri, funga.
• Aspirasi cairan lambung.
• Inhalasi asap berlebih.
• Inhalasi toksin.
Menghisap O2 konsentrasi tinggi dalam waktu lama.
2. Trauma tidak langsung :
Sepsis.
Shock, lukabakarhebat. Pankeatitis.
Uremia.
Overdosis Obat seperti heroin, metadon, propoksifen atau aspirin.
7
Gejala biasanya muncul dalam waktu 24-48 jam setelah terjadinya penyakit atau cedera.
Gangguan yang dapat mencetuskan terjadinya ARDS adalah:
Sistemik:
• Syok karena beberapa penyebab.
• Sepsis gram negative.
• Hipotermia, Hipertermia.
• Takarlajakobat (Narkotik, Salisilat,
Trisiklik, Paraquat,Metadone,
Bleomisin).
• Gangguan hematology (DIC, Transfusi
massif, Bypass kardiopulmonal)

8
PATOFISIOLOGI

9
6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
• Pemeriksaan fungsi ventilasi
• Pemeriksaan status oksigen
5.MANIFESTASI KLINIS • Pemeriksaan status asam-basa
Gejala klinis utama pada kasus ARDS :
• Arteri gas darah (AGD) menunjukkan penyimpangan dari
• Peningkatan jumlah pernapasan
nilai normal pada PaO2, PaCO2, dan pH dari pasien
• Klien mengeluh sulit bernapas, retraksi dan normal; atau PaO2 kurang dari 50 mmHg, PaCO2 lebih
sianosis dari 50 mmHg, dan pH < 7,35.
• Pada Auskultasi mungkin terdapat suara napas • Oksimetri nadi untuk mendeteksi penurunan SaO2
tambahan • Pemantauan CO2 tidal akhir (kapnografi) menunjukkan
• Penurunan kesadaran mental peningkatan
• Takikardi, takipnea • Sinar-X dada dapat menunjukkan penyakit yang
Takikardia yang menandakan upaya jantung untuk mendasarinya.
memberikan lebih banyak lagi oksigen kepada sel • EKG, mungkin memperlihatkan bukti-bukti regangan
dan organ vital. jantung di sisi kanan, disritmia.
• Terdapat retraksi interkosta • Tes Fungsi paru
• Sianosis
1
0
7. PENATALAKSANAAN MEDIS
Tujuan utama pengobatan adalah untuk memperbaiki masalah ancama kehidupan dengan
segera, antara lain :
1. Terapi Oksigen
2. Ventilasi Mekanik
3. Positif End Expiratory Breathing (PEEB)
4. Memastikan volume cairan yang adekuat
5. Terapi Farmakologi
6. Pencegahan Infeksi
7. Dukungan nutrisi

1
1
ASUHAN KEPERAWATAN ARDS

A. PENGKAJIAN
 Identitas Circulation
 Keluhan utama Penurunan curah jantung : gelisah, letargi, takikardia Sakit kepala
 Riwayat Kesehatan Papiledem
1) Riwayat penyakit saat ini Disability
• Keadaan umum : GCS, kesadaran, nyeri atau tidak
2) Riwayat penyakit dahulu
• Riwayat penyakit dahulu / sekarang
3) Riwayat penyakit keluarga
• Riwayat pengobatan
Pengkajian primersumbatan jalan napas:
• adanya trauma atau tidak pada thorax
Airway : Mengenali adanya sumbatan jalan napas
• • Obat-obatan / Drugs
Peningkatan sekresi pernapasan
• Bunyi nafas krekels, ronki dan mengi
• Jalan napas adanya sputum, secret, lendir, darah, dan benda asing,
• Jalan napas bersih atau tidak
Breathing
• Distress pernapasan : pernapasan cuping hidung, takipneu/bradipneu, retraksi.
• Frekuensi pernapasan : cepat
• Sesak napas atau tidak 1
2
Pemeriksaan fisik
Mata
• Konjungtiva pucat (karena anemia)
• Konjungtiva sianosis (karena hipoksia)
• Konjungtiva terdapat pethechia (karena emboli
lemak atau endokarditis)
Kulit
• Sianosis perifer (vasokontriksi dan menurunnya aliran darah perifer)
• Sianosis secara umum (hipoksemia)
• Penurunan turgor (dehidrasi) Edema
Jari dan kuku
• Sianosis
• Clubbing finger
Mulut dan bibir
• Membrane mukosa sianosis
• Bernafas dengan mengerutkan mulut
1
3
Hidung
• Pernapasan dengan cuping hidung
Vena leher : Adanya distensi/bendungan
Dada
• Retraksi otot bantu pernafasan (karena peningkatan aktivitas pernafasan, dispnea, atau
obstruksi jalan pernafasan)
• Pergerakan tidak simetris antara dada kiri dengan kanan
• Tactil fremitus, thrill, (getaran pada dada karena udara/suara melewati saluran/rongga
pernafasan)
Suara tidak normal (crekler/reles, ronchi, wheezing, friction rub, /pleural friction)
Pola pernafasannafas normal (vesikuler, bronchovesikuler, bronchial)
Suara nafas
• Pernafasan normal (eupnea) Pernafasan cepat (tacypnea) Pernafasan lambat
(bradypnea)

1
4
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan Ventilasi Spontan b.d Gangguan metabolisme/kelelahan otot
pernapasan
2. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d spasme jalan naoas/hipersekresi jalan
napas/ sekresi yang tertahan
3. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis/agen pencedera kimiawi/agen
pencedera fisik

1
5
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
N DIAGNOSA TUJUAN
o.

1. setelah dilakukan intervensi keperawatan selama


Gangguan Ventilasi 3x24 jam maka ventilasi spontan meningkat , 1.identifikasi adanya kelelahan oto bantu napas
Spontan dengan kriteria hasil : 2. monitor status respirasi dan oksignsisasi
b.d Gangguan 1.volume tidal menurun 2.dispnea menurun
metabolisme/kelelahan 3.PCO2 membaik 3. pertahankan kepatenan jalan napas
otot pernapasan 4. berikan posisi semi fowler atau fowler
5.ajarkan melakukan teknik relaksasi napas dalam

2. Nyeri akut b.d agen setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1.identifikasi lokasi,karakteristik,durasi,frekuensi,kualit as,intensitas nyeri
pencedera 3x24 jam maka tingkat nyeri menurun, dengan
fisiologis/agen kriteria hasil : 2. identfikasi skala nyeri
pencedera 1.keluhan nyeri menurun 2.meringis menurun 3. identifikasi respons nyeri non verbal
kimiawi/agen 3.pola napas membaik
pencedera fisik 4.identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
5. berikan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
6.ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri

3. Bersihan jalan napas setelah dilakukan intervensi keperawatan selama


tidak efektif b.d spasme 3x24 jam maka bersihan jalan napas meningkat 1. monitor pola napas
jalan naoas/hipersekresi dengan kriteria hasil : 2. monitor bunyi napas tambahan
jalan napas/ sekresi
yang tertahan 1.batuk efektif meningkat 3. monitor sputum
2. gelisah menurun 4.pertahankan kepatenan jalan napas dengan head-tilt dan chin lift
3. pola napas membaik 5. ajarkan teknik batuk efektif
6.kolaborasi pemberian bronkodilator,ekspektoran dan mukolitik
1
6
Asuhan Keperawatan Kritis Pada Gagal Sistem
Pernapasan Pneumothorax & hemothorax

DEFINISI PNEUMOTHORAKS
Pneumothoraks adalah suatu keadaan terdapatnya udara didalam rongga pleura (Harrison, 2000). Luka tembus
dada merupakan penyebab umum dari pneumotoraks traumatik pengumpulan udara dalam ruang potensial.
Pneumotoraks adalah cedera dada hebat yang disebabkan karena adanya udara yang keluar dari paru kedalam
ruang pleura (Brunner & Suddart, 2010).
ETIOLOGI
Pneumotoraks terjadi karena adanya kebocoran dibagian paru yang berisi udara melalui robekan atau pecahnya
pleura. Robekan ini berhubungan dengan bronkhus. Pelebaran alveoli dan pecahnya septa-septa alveoli
kemudian membentuk suatu bulla yang disebut granulomatous fibrosis.
Granulomatous fibrosis adalah salah satu penyebab sering terjadinya pneumotoraks karena bulla tersebut
berhubungan dengan adanya obstruksi empiema.

1
7
Pneumotoraks Traumatik
Pneumotoraks traumatik adalah pneumotoraks yang terjadi akibat suatu trauma, baik trauma penetrasi
maupun bukan yang menyebabkan robeknya pleura, dinding dada maupun paru.

Berdasarkan kejadiannya pneumotoraks traumatik dibagi 2 jenis yaitu : 1).


Pneumotoraks Traumatik bukan Iatrogenik
2). Pneumotoraks Traumatik Iatrogenik

Pneumotoraks Spontan
Pneumotoraks spontan adalah pneumotoraks yang terjadi secara tiba-tiba dan tak terduga dengan atau tanpa
penyakit paru-paru yang mendasarinya. Pneumotoraks akan terjadi apabila ada hubungan antara bronkus
atau alveolus dengan rongga pleura, sehingga udara dapat masuk ke rongga pleura melalui kerusakan yang
ada, menyebabkan pneumotoraks terbuka, tertutup, dan tekanan.

Pneumotoraks spontan terbagi 2 yaitu : 1).


Pneumotoraks Spontan Primer
2). Pneumotoraks Spontan Sekunder
1
8
MANIFESTASI KLINISMANIFESTASI KLINIS

Pneumotoraks Tanda dan Gejala


Tertutup Pneumotoraks yang luas dan cepat menimbulkan:
- Nyeri tajam saat ekspirasi terutama pada paru yang sakit.
- Peningkatan frekuensi napas
- Kecemasan meningkat
- Produksi keringat berlebihan
- Penurunan tekanan darah
- Takikardi
- Inspeksi dan palpasi: penurunan sampai hilangnya pergerakan dada pada sisi yang
sakit.
- Perkusi: hiperresonan pada sisi sakit
- Auskultasi: penurunan suara napas.
Spontan Napas pendek dan timbul secara tiba-tiba tanpa ada trauma dari paru
Ventil - Inspeksi dan sesak napas berat, penurunan pergerakan dada.
- Perkusi: hiperresonan pada sisi sakit
- Auskultasi: penurunan suara napas.

Terbuka - Terlihat ada luka terbuka dan suara mengisap di tempat luka.
- Perkusi: hiperresonan pada sisi sakit
1
- Auskultasi: penurunan suara napas. 9
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Radiologi
Gambaran radiologi pneumotoraks akan tampak hitam, rata, dan paru yang kolaps akan tampak garis yang merupakan tepi paru.
Kadang-kadang paru yang kolaps tidak membentuk garis, tetapi berbentuk lobuler yang sesuai dengan lobus paru.
Saturasi oksigen
Saturasi oksigen harus diukur biasanya normal kecuali adanya penyakit paru.
Ultrasonografi atau CT
Keduanya lebih baik dari poto toraks dalam mendeteksi pneumotoraks kecil dan biasanya digunakan setelah biopsi
perkutan.

PENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksanaan pneumotoraks bergantung pada jenis pneumotoraks yang dialaminya, derajat kolaps, berat ringannya gejala,
penyakit dasar, dan penyulit yang terjadi saat melaksanakan pengobatan yang meliputi tindakan dekompresi yaitu membuat
hubungan antara rongga pleura dengan lingkungan luar dengan cara : (PDIPDI, 2009)
• Menusukkan jarum melalui dinding dada hingga masuk ke rongga pleura, dengan demikian tekanan udara yang positif di
rongga pleura akan berubah negatif. Hal ini disebabkan karena udara keluar melalui jarum tersebut.
• Membuat hubungan dengan udara luar melalui kontraventil
• Tindakan Bedah
2
0
1. DEFINISI HEMATORAKS
Hemotoraks merupakan suatu keadaan dimana darah terakumulasi pada rongga pleura
yang disebabkan karena adanya trauma pada dada yang menjadi predisposisi terpenting
perembesan darah berkumpul dikantong pleura tidak bisa diserap oleh pleura
(Muttaqin, 2008).
2. ETIOLOGI
Hemothoraks dapat dibagi berdasarkan penyebabnya : (LWW, 2011)
a. Hemotoraks Spontan
Oleh kerena primer ( rupture blep), sekunder (Infeksi keganasan).
b. Hemotoraks yang didapat
Oleh karena iatrogenic, barotrauma, trauma.
Penyebab paling umumdari hemotoraks adalah trauma dada, misalnya :
• Luka tembus paru-paru, jantung, pembuluh darah besar, atau dinding dada
• Trauma tumpul dada kadang-kadang dapat mengakibatkan lecet hemotoraks.

2
1
3. MANIFESTASI KLINIS
• Gangguan pengembangan dada
• Perubahan kedalaman pernapasan
• Sesak napas mendadak
• Nyeri dada
• Perkusi dada pekak
• Perdarahan nyata (massif)
• Sianosis
• Hipoksia
• Takikardi
• Hipotensi
PENATALAKSANAAN MEDIS
• Resusitasi cairan
• Pemasangan WSD (Water Sealed Drainage)
• Pasien yang sulit bernapas bisa memanfaatkan terapi oksigen supplemental.
• Analgesic bisa diberikan untuk mengontrol nyeri.
• Terapi IV bisa digunakan untuk mngembalikan volume cairan.
• Auto transfuse diperlukan jika pasien kehilangan darah yang signifikan (lebih dari 1 liter)
• Torafotomi diperlukan jika pipa dada tidak memperbaiki kondisi pasien, untuk mengevakuasi darah dan gumpalan
dan untuk mengontrol perdaraha
2
2
Asuhan Keperawatan Kritis Pada Gagal Sistem Pernapasan Efusi Pleura
• DEFINISI
Efusi pleura adalah penimbunan cairan pada rongga pleura (Price & Wilson 2005).Pleura merupakan lapisan tipis yang mengandung kolagen
dan jaringan elastis yang melapisi rongga dada (pleura parietalis) dan menyelubungi paru (pleura visceralis).
• ETIOLOGI
Berbagai penyebab timbulnya effusi pleura adalah :
• Neoplasma, seperti neoplasma bronkogenik dan metastatik.
• Kardiovaskuler, seperti gagal jantung kongestif, embolus pulmonary dan perikarditis.
• Penyakit pada abdomen, seperti pankreatitis, asites, abses dan sindrom Meigs.
• Infeksi yang disebabkan bakteri, virus, jamur, mikobakterial dan parasit.
• Trauma
• Penyebab lain seperti lupus eritematosus sistemik, rematoid arthritis, sindroms nefrotik dan uremia.
• PATOFISIOLOGI
Patofisiologi terjadinya Pleural Effusion tergantung pada keseimbangan antara cairan dan protein dalam rongga pleura. Dalam keadaan
normal cairan pleura dibentuk secara lambat sebagai filtrasi melalui pembuluh darah kapiler. Filtrasi yang terjadi karena perbedaan tekanan
osmotic plasma dan jaringan interstitial submesotelial kemudian melalui sel mesotelial masuk ke dalam rongga pleura. Selain itu cairan
pleura dapat melalui pembuluh limfe sekitar pleura.

2
3
TANDA DAN GEJALA
• Batuk
• Dispnea bervariasi
• Adanya keluhan nyeri dada (nyeri pleuritik)
• Pada efusi yang berat terjadi penonjolan ruang interkosta.
• Pergerakan dada berkurang dan terhambat pada bagian yang mengalami efusi.
Pemeriksaan Penunjang
• Rontgen Toraks
• CT Scan Thoraks
• Ultrasound
• Torakosentesis
PENATALAKSANAAN
• Prosedur thoracentesis apabila cairan pleura masih sedikit.
• Pemasangan selang plastik khusus ke dalam rongga pleura melalui bedah torakotomi selama beberapa
hari untuk mengeluarkan cairan yang banyak secara terus menerus.
• Pleurodesis adalah pengobatan yang dilakukan setelah cairan berhasil dikeluarkan.
• Operasi
• Pleurectomy atau pengangkatan lapisan pleura juga merupakan pilihan dalam kasus yang sangat
parah.
2
4
RESIKO
Komplikasi yang paling umum terjadi pada thorakosintesis atau pleural tap adalah pneumothorax. Selain itu,dapat terjadi
reakumulasi cairan,nyeri,pendarahan,infeksi dan edema paru. Edema paru biasanya terjadi akibat aspirasi cairan yang terlalu
banyak atau terlalu cepat. Oleh karena itu,aspirasi biasanya disarankan tidak melibihi 1.5 liter per kali.
Komplikasi lain yang mungkin terjadi adalah
• Hemathorax
• cedera neurovascular
• cedera diagfarma
• cedera organ keganasan.
Perdarahan paling sering disebabkan oleh laserasi arteri inekostal posterior. Karena itu ,titik penusukan harus dilakukan tepat diatas
tulang iga untuk mencegah cedera arteri interkostal posterior tersebut.

PENYAKIT PENUNJANG
Thorakosintesis untuk pasien yang mengalami penumpukan cairan dalam ronga pleura. Kondisi ini disebut efusi pleura dan bisa
terjadi karena :
• Kanker paru
• Infeksi paru seperti pneumonia
• Penyakit paru kronis
• Nanah pada ruang pleura(empiema)
• Penyakit autoimun misalnya lupus
• Peradangan pada pancreas
• Gumpulan darah pada paru (emboli paru)
• Penyakit jantung kongensif
2
• Gagal hati 5
KOMPLIKASI
• Fibrotoraks
pleural effusion yang berupa eksudat yang tidak ditangani dengan drainase yang baik akan terjadi perlekatan
fibrosa antara pleura parietalis dan pleura viseralis.
• Atalektasis
Atalektasis adalah pengembangan paru yang tidak sempurna yang disebabkan oleh penekanan akibat efusi
pleura.
• Fibrosis paru
Fibrosis paru merupakan keadaan patologis dimana terdapat jaringan ikat paru dalam jumlah yang berlebihand.
• Kolaps Paru
Pada efusi pleura, atalektasis tekanan yang diakibatkan oleh tekanan ektrinsik pada sebagian / semua
bagian paru akan mendorong udara keluar dan mengakibatkankolapsparu

2
6
Pengkajian Keperawatan Circulation
Pengkajian Primer (Primery Survey) : Nadi cepat
Airway TD meningkat atau hipotensi
Ada atau tidak penumpukan secret Distritmia
Refleks batuk menurun Disability
Refleks menelan menurun Kesadaran GCS
Wheezing Pupil
Edema tracheal/faringeal Mual dan muntah
Breathing Geliisah
Sesak nafas Nyeri dada
RR < 20 x7menit
Menggunakan otot bantu pernafasan
Retraksi dinding dada asimitris
Irama nafas tidak teratur,
Pernafasan cepat dan dangkal

2
7
Asuhan Keperawatan Kritis Pada Gagal Sistem Pernapasan Thorakosintesis

PENGERTIAN
Thorakosintesis adalah prosedur medis invasive untuk mengeluarkan cairan atau udara dari rongga pleura untuk tujuan diagnostic atau
terapeutik.
Thorakosintesis juga dikenal sebagai pleurocentesis ,umumnya digunakan untuk mendiagnosis penyebab penumpukan cairan pleura di sekitar
paru-paru. Karena thorakosintesis minimal invasive, tindakan ini dilakukan sebagai pengobatan paliatif untuk pasien mesotheolioma pleura
tertentu.

PENANGANAN
Pada pasien yang sadar, thorakosintesis dapat dilakukan dalam posisi pasien duduk agak condong kearah depan. Namun, pada pasien yang
tdak sadar atau tidak dapat duduk, tindakan bisa dilakukan dalam posisi pasien berbaring supinasi.

PROSEDURAL
Langkah-langkah thorakosintesis adalah sebagai berikut :
• Identifikasi ada tidaknya kelainan kulit di sekitar lokasi tusukan. Thorakosintesis tidak dapat dilakukan apabila ada kelainan kulit di lokasi
tusukan.
• Lakukan tindakan aseptic terlebih dahulu. Lokasi tusukan dapat dibersihkan dengan larutan antiseptic atau chlorhexidine.
• Letakkan duk steril di sekitar lokasi tusukan dan handuk di tempat pasien duduk
• Tusukkan jarum menembus kulit hingga rongga pleura.
• Jarum ditusukkan sedalam +5 cm. jangan lupa menyambungkan bagian ujung jarum yang berada di luar tubuh pasien dengan syringe
atau botol vakum untuk mengaspirasi cairan
• Aspirasi disarankan tidak melebihi 1.5 liter cairan pada sekali pungsi
• 2
Jika sudah selesai,jarum dikeluarkan secara perlahan lalu luka ditutup dengan kassa steril dan perban. 8
Asuhan Keperawatan Kritis Pada Gagal Sistem
Pernapasan Pneumotomy & Pneumonectomi

PENGERTIAN
Pneumonektomi adalah pembedahan untuk menghapus keseluruhan dari salahsatu paru-paru. Pengkajian
dan penatalaksanaan terutama sekali sangat penting pada pasien yang akan menjalani bedah toraks.
Prosedur bedah toraks dilakukan untuk beragam alasan.

PENANGANAN
Pada pembedahan akibat tuberkulosis, flap otot sering digunakan untuk memperkuat jahitan pasca reseksi
lobus/seluruh paru(lobectomy/pneumonectomy), biasanya digunakan M.latissimus dorsi.
Indikasi penggunaan flap otot meliputi sputum BTA (+) pada saat operasi, fistula bronchopleural,
kontaminasi polimikrobial, dan antisipasi terjadinya residual space pasca operasi. Infeksi akibat
kuman Mycobacterium menyebabkan perlengketan yang luas antara pleura visceralis dan pleura
parietalis.

2
9
PROSEDURAL
Operasi ini apabila kondisi dari paru-paru pasien sudah tidak dapat bekerja sebagaimana mestinya. Selain itu
jika dibiarkan maka kerusakan tersebut dapat menjalar ke area lain dari tubuh pasien itu sendiri.Saat operasi
berlangsung pasien akan mengalami pembiusan total. Setelah pasien dalam kondisi tidak sadar maka dokter
akan membuat sayatan pada dada.
Bagian yang telah rusak tersebut akan diputus dari setiap jaringan yang mengikatnya. Bagian yang akan di
angkat ini sendiri bisa salah satu bagian paru-paru atau bisa juga kedua bagian dari paru- paru.
Setelah menjalani tindakan operasi tersebut biasanya pasien akan menjalani perawatan yang cukup intensif di
rumah sakit. Hal ini bertujuan untuk dapat melihat dan mempelajari apakah ada gejala- gejala abnormal yang
dapat timbul setelah operasi berlangsung. Selama berada di rumah sakit pasien akan dihubungkan dengan selang
nafas.
RESIKO
Dalam menjalankan operasi pneumonektomi sendiri memiliki resiko yang juga cukup besar. Jika terjadi
kesalahan prosedur dan kesalahan penilaian keadaan maka akan dapat berujung kematian pada pasien yang
mengalami operasi.
PENYAKIT PENUNJANG
• Kanker paru
• Penyakit paru obstruktif kronik
3
0

Anda mungkin juga menyukai