Anda di halaman 1dari 8

PANDANGAN ISLAM TENTANG

PEMASANGAN KATETER PADA LAWAN


JENIS DAN SHOLAT MENGGUNAKAN
KATETER PADA ORANG SAKIT

1. Hani Nurhasana (A02019032)


2. Ani Ulfatun (A02019007)
3. Dewi Purnamasari (A02019026)
4. Annisa Dwi Nur Aini (A02019009)
5. Devie Astiningrum (A02019020)
6. Anwar Faozi (A02019010)
7. Febrilia Setyaningarti (A02019029)
8. Hanifah (A02019033)
9. Kurnianingsih (A02019040)
01 Pengertian katerisasi/pemasangan kateter

02 Pandangan islam tentang pemasangan kateter


oleh perawat lawan jenis

03 Pandangan islam tentang hukum sholat


menggunakan kateter

04 Tata cara sholat mengguanakan kateter


A. Pengertian

Pemasangan kateter merupakan tindakan keperawataan dengan cara memasukkan kateter ke dalam
kandung kemih melalui uretra yang bertujuan untuk membantu memenuhi kebutuhan eliminasi dan sebagai
pengambilan bahan pemeriksaan (Hidayat, 2006).
B. Pandangan islam tentang pemasangan kateter oleh perawat
lawan jenis
Ulama fiqih dalam mazhab syafi’i telah menjelaskan kepada kita batasan-batasan aurat baik laki-laki
maupun wanita, dan menjelaskan kepada kita kapan seorang diperbolehkan melihat aurat, dan berapa kadar
kedaruratan menurut syariat. Dijelaskan dikitab ghoyatul muna syarah safinatu an-naja karangan syekh
Muhammad Ali bin Muhammad ba-Atiyah al-Dauani pada bab fibayani haddul auroh wa hukmiha (penjelasan
batasan aurat dan hukumnya): 266:
“terdapat pengecualian seorang laki-laki ajnabi melihat seorang wanita ajnabiah, dan seorang wanita ajnabiah
melihat seorang laki-laki ajnabi;Penggambaran pertama: penglihatan disebabkan pengobatan. Seorang
dokter laki-laki diperkenankan melihat anggota yang butuh pengobatannya dari pasien wanita ajnabiah
dengan syarat  dihadiri mahromnya atau suaminya, atau tuannya atau wanita yang tsiqoh, begitu pula dokter
wanita diperkenankan melihat anggota yang sakit dari pasien laki-laki ajnabi dengan tidak berkholwah.
Melihat aurat seorang pasien khususnya ketika pemasangan kateter dilakukan jika telah memenuhi syarat
yang terpenting pada syarat di atas adalah melihat dengan keadaan darurat. Ketiadaan dokter atau perawat
sejenis ,dan apabila tidak dipasang katater dengan segera menyebabkan bertambahnya penyakit, atau
memperlambat penyembuhan, dan tidak mungkin ditunda lagi memasangnya, maka diperbolehkan bagi perawat
lawan jenis memasangnya, karena masuk kemasalah darurat, tetapi jika memungkinkan mengakhirkan untuk
memasang katater dengan menanti perawat yang sejenisnya, maka wajib menanti perawat tersebut.
Hukum pemasangan kateter yang diilakukan oleh lawan jenis Hukumnya boleh jika dalam kedaan darurat
saja. Namun sebaiknya dilakukan oleh sesama jenis karena hukum melihat atau menyentuh yang bukan
mahromnya adalah haram.
Pandangan islam tentang hukum sholat menggunakan kateter

Sholat selamanya akan menjadi kewajiban manusia selama di jasadnya masih ada ruh dan
akal. Hanya saja, syariat memberikan keringanan, dimana manusia boleh melaksanakan shalat
sesuai kemampuannya. Sebagaimana sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam:"Kerjakanlah
shalat dengan berdiri, jika tidak mampu maka dengan duduk, dan jika tidak mampu juga maka
dengan berbaring." (HR. Bukhari). Bagaimana jika menggunakan kateter? Jika penggunaan alat
ini termasuk kondisi terpaksa, di mana kateter harus tetap terpasang dan tidak bisa dilepas
waktu shalat, atau jika sering dilepas akan membahayakan orang yang sakit, maka tidak
masalah shalat dalam keadaan kateter tetap terpasang. Sebagaimana firman Allah:
"Bertaqwalah kalian kepada Allah semampu kalian." (QS. At-Taghabun: 16).
Tatacara sholat menggunakan kateter
Bagaimana wudhu dan sholatnya penderita penyakit komplikasi yang memakai kateter/urinebag?
Ia tetap sholat sesuai keadaannya jika telah masuk waktu sholat, sebagaimana orang yang berpenyakit beser dan wanita yang
istihadhoh. Atau ia bertayammum jika ia TIDAK SANGGUP menggunakan air, namun wajib baginya berwudhu menggunakan
air jika ia mampu, berdasarkan Firman Allah Ta’ala:
‫استَ َط ْعتُم‬ َّ‫َلَل ّـ‬
ْ ‫اــهـ َمـا‬ ‫فـــوا‬
‫َ اُ ّـَّقَتـ‬ “
Bertaqwalah sesuai kemampuan mu…” [Q.S. At Taghobun ayat 16].

Adapun jika keluar sesuatu (kencing) setelah itu maka hal itu TIDAK MENGAPA, dengan syarat ia tidaklah berwudhu kecuali
SETELAH MASUKNYA WAKTU SHOLAT, kemudian ia mendirikan sholat meskipun keluar sesuatu selama masih dalam waktu
sholat, karena ia TIDAK BISA MENGONTROL  yang demikian. Sebagaimana orang yang berpenyakit beser maka ia shalat
pada waktunya meskipun air seninya terus keluar.
Demikian juga wanita yang istihadhoh, ia tetap shalat pada waktunya meskipun  keluar darah dalam waktu lama dan ia
shalat sesuai keadaan-nya. Akan tetapi bagi orang yang berhadats terus-menerus maka tidaklah ia berwudhu KECUALI sudah
masuknya waktu shalat. Berdasarkan perintah Nabi ‫ ﷺ‬ kepada wanita yang istihadhoh:« ‫كـــــل صــــالة‬
‫لــــقت ـ‬
‫تـضئـي ـو‬
‫و‬ »“Berwudhulah
setiap kali masuk waktu(mau) shalat”.Bagi yang berpenyakit beser, wanita istihadhoh dan yang berpenyakit seperti yang
ditanyakan, maka ia tetap shalat di setiap waktu shalat, baik shalat wajib maupun shalat sunnah, dan juga membaca Al Qur’an
dengan mush-haf, thawaf kalau ia berada di Makkah, selama masih berada pada waktunya. Maka apabila telah keluar waktu
sholat, maka ia menahan diri untuk tidak melakukan hal-hal tadi sampai ia berwudhu kembali untuk waktu yang sudah masuk.
Wallahu waliyyut-taufiiq.
 
 
 
THANK YOU
Insert the Subtitle of Your Presentation

Anda mungkin juga menyukai