Anda di halaman 1dari 31

Pelarut sediaan

parenteral
Faktor yang mempengaruhi
pemilihan pelarut

1. Kelarutan zat aktif


2. Kestabilan zat aktif
3. Volume sediaan
4. Rute pemberian
5. Absorpsi obat
1 kelarutan zat aktif
• Pelarut campur atau pelarut minyak
• Pembentukan kompeks misalnya penambahan
ethylenediamine pada injeksi aminophyllin dan
penambahan creatinin, nicotineamide, lecithin pada
injeksi steroid
• Modifikasi zat aktif misalnya pembentukan garam/ester
untuk senyawa steroid.
• Penambahan surfaktan teritama golongan non ionik
misalnya pada injeksi vitamin.
• Pelarut non-air dapat dimaksudkan untuk mengurangi
reaksi alergi/iritasi.
• Zat aktif larut lemak juga dapat dibuat untuk sediaan
parenteral berbentuk emulsi
2. Kestabilan zat aktif
– Hidrolisa bahan aktif
• Banyak zat aktif yang larut dalam air tetapi cepat terurai didalamnya.
Contoh : ampisilin, luminal Na. Ampisilin dibuat serbuk rekonstitusi. Luminal
Na dilarutkan dalam pelarut campur. Pada umumnya reaksi hidrolisa
dipercepat dengan adanya panas.
– Destruksi Karena Panas
• Antibiotika, vitamin, hormone, dsb, merupakan zat aktif yang mudah rusak
oleh adanya panas
– Pengaturan PH
• Reaksi Hidrolisa dapat diperlambat dengan memperhatikan pH stabilita zat
aktif. Pendapat diperlukan untuk sediaan yang akan disimpan dalam waktu
lama sebelum digunakan. pH sediaan juga memperhatikan pH cairan tubuh
• Dapar : cukup tinggi untuk menjaga stabilita zat tetapi harus serendah
mungkin sehingga tidak mempengaruhi pH cairan tubuh
– Pemakaian pelarut non air
3.Volume sediaan

–Zat aktif larut air dalam


volume besar
–Keterbatasan volume sediaan
yang dapat diinjeksikan
4.Rute pemberian
–Keterbatasan volume yang
dapat diinjeksikan pada rute
pemberian tertentu
–Absorpsi zat vs rute pemberian
5. Absorpsi obat

• Rute pemberian
• Jenis pembawa
Jenis pelarut sediaan Parenteral
1. Air

2. Non-air, bercampur dengan air

3. Non-air, tidak bercampur dengan air


1. PELARUT AIR

Sifat Air:
• Polar (konstanta dielektrik tinggi, 80) –
melarutkan zat bersifat polar
• Konduktivitas air murni : 0.055
mikrosiemen
• Inert
• Tidak toksik
• Bercampur dengan cairan tubuh
Kontaminan yang terdapat dalam air :

• Elektrolit zat organik larut air, partikel,


mikroba, gas
• Konduktivitas naik dengan adanya
kontaminan
• Konduktivitas (mikrosiemen) x 0.7 = t.d.s
(ppm)
• t.d.s = total dissolved solid
• Konduktivitas air dipengaruhi oleh suhu
Metoda pemurnian air
1. Deionisasi
2. Osmosa terbalik (reverse osmosis)
3. Penyulingan
R  H  NaCl............R  Na  HCl
R  OH  HCl...........R  Cl  H 2 O

1. Deionisasi
• Proses penghilangan ion (kation/anion) dalam air
• Alat mempunyai resin penukar ion (kation/anion) yang dilengkapi
dengan pengukur konduktivitas yang dikoreksi terhadap perubahan
suhu.

• Penukar kation : R-H


• Penukar anion R-OH
R-H + Na Cl → R- Na + HCl
R-OH + HCl → R-Cl + H20
• Resin penukar ion : Matriks yang mengandung penukar ion yang
dihubungkan oleh rantai karbon

• Resin akan jenuh pada suatu titik dan memerlukan regenerasi


(pencucian)
2. Osmosa terbalik (reverse osmosis)
• Alat yang dilengkapi dengan membrane semipermiabel
(umumnya selulosa atau poliamida) tunggal atau
berlapis dan pemberi tekanan (200 – 400 psig)
• Tekanan dimaksudkan untuk menahan tekanan osmosa
dari arah berlawanan sehingga air murni akan terdorong
melewati membrane
• Proses ini dapat menghilangkan ion dan pencemar lain
dengan bobot molekul ca 250 Ion yang lebih kecil dapat
melewati membrane
• Membran berlapis dapat menghilangkan kontaminasi
berupa bakteri atau pirogen
• Kontaminasi oleh pirogen tidak mempengaruhi nilai
konduktivitas
• Air yang dimurnikan dengan cara ini mempunyai
konduktivitas 10 – 80 mikrosiemen/cm
3. Penyulingan
• Alat penyulingan air terdiri atas tabung air yang akan dimurnikan,
pemanas, kondensor dan labu penampung.
Alat suling modern juga dilengkapi alat pengukur konduktivitas (dikoreksi
terhadap suhu) serta alarm yang menunjukan angka kritis. Bahan alat
penyuling terbuat dari gelas tahan panas, baja bahan karat atau logam
yang dilapisi timah murni

• Air suling mempunyai konduktivitas 0.1 – 5 mikrosiemen/cm

• Kontaminasi oleh logam seringkali terjadi pada alat penyuling yang


terbuat dari logam

• Air untuk injeksi : aquabidestilata

• Air untuk injeksi


Umumnys mempunyai konduktivitas ca. 1 mikrosiemen
Persyaratan air untuk sediaan parenteral

1. Dibuat segar (maksimum boleh disimpan selama 24 jam


pada suhu kamar). Penyimpanan yang lebih lama boleh
dilakukan pada penyimpanan pada suhu 5°C atau 65-
85°C.
2. Bebas pirogen (terutama untuk pelarut air untuk
sendiaan infus)
3. Jumlah zat padat terlarut total tidak lebih dari 10 ppm
4. PH 5.0 – 7.0
5. Tidak boleh mengandung ion klorida, sulfat, kalsium,
ammonium, dan karbondioksida
6. Batas logam berat
7. Batas bahan organic
8. Batas jumlah Partikel
Proses Pemurnian Air
1. Klorinasi
2. Penghilangan pirogen (treatment
dengan karbon) dan residu klor
3. Penyarinagan
4. Deionisasi
5. Penyulingan
6. Penyaringan dengan membran
Pembebasan pirogen :

• Carbon aktif,
• kolom kromotografi
Sumber pirogen :

1. Bakteri gram negatif (endotoksin,


terutama lipidA)
2. Bakteri Gram positif
3. Virus
Sediaan Infus harus bebas pirogen

1. Volume yang diinjeksikan besar


2. Diberikan secara intravena-efeknya
cepat
3. Pasien biasanya sudah dalam
kondisi lemah
Sumber kontaminasi pirogen

1. pelarut
2. Bahan obat
3. Peralatan
4. Proses pembuatan
5. Proses sterilisasi
Sifat pirogen
• Thermostabil : tidak dapat dihilangkan
dengan proses otoklaf. Penghilangan
pirogen : 250°C selama 30 min
• Molekul kecil
Tidak dapat dihilangkan dengan proses
penyaringan menggunakan membran
berukuran 0.22 um.
• Larut air tidak menguap
Uji Pirogen
• Hewan percobaan : kelinci – pengukuran
suhu setelah penyuntikan sediaan yang
mengandung pirogen. Dapat digunakan
untuk menguji adanya pirogen tanpa
membedakan sumber pirogen
(bakteri/virus)
Uji limulus (Limulus polypohemus)

• Pengamatan terjadinya koagulasi dengan enzim


yang terdapat pada sel darah amubosis limulus
yang dapat diamati berupa terjadinya gel

• Evaluasi pembentukan gel dianalisa secara


turbidimetri, uji substrat kromogenik. Uji ini
hanya spesifik untuk pirogen yang berasal dari
endotoksin. Pirogen berasal dari virus atau
organisme lainnya tidak berespons terhadap uji
ini.
2. PELARUT NON AIR
• Alasan pemilihan pelarut non air :

1. Zat tidak larut dalam air


2. Zat tidak stabil dalam air
3. Mengatur pelepasan zat
4. Mengurangi reaksi alergi/iritasi
Syarat pelarut non-air:
• Inert Secara kimia/farmokologi
• Tidak toksis, tidak mengiritasi, tidak
menyebabkan reaksi alergi
• Stabil
• Viskositas rendah
• Tidak berubah fasa karena perubahan
suhu
Pelarut non-air, bercmpur dengan air

Etanol
Digunakan sebagai pelarut campur, misalnya sol, petit. Injeksi digitoksin mengandung
etanol 49%. Permasalahan dengan pengendapan zat ketika zat masuk kedalam cairan
tubuh (cairan tubuh mengandung air). Permasalahan dengan rasa nyeri bila suntikan
secara intramuskular atau subkutan.

Propilenglikol
Bersifat higroskopis dan bercampur dengan air.
Digunakan sebagai pelarut campur untuk senyawa antibiotika, barbiturat dan alkaloida.
Menimbulkan rasa nyeri pada waktu penyuntikan sehingga perlu penambahan lokal anastetika.

Polietilenglikol
PEG tersedia dalam berbagai bobot molekul.
Yang dipakai untuk pembawa pada sediaan parenteral adalah yang berbobot molekul rendah (PEG 300 –
400, bentuk cair). Propilenglikol juga dapat meningkatkan kestabilan senyawa barbiturat

Gliserin
Digunakan sebagai pelarut campur.
Mempunyai titik didih tinggi
Penggunaan dosis tinggi menyebabkan efek konvulsi dan gejala paralitik
Pelarut non-air, tak bercampur
dengan air

1. Minyak Lemak
2. Isopropilmiristat
3. Benzylbenzoat
4. Etiloleat
1. Minyak Lemak
• Berasal dari tumbuhan (minyak kacang, biji kapas,
jagung, wijen, kenari, jarak, zaitun)
• Ada yang alergi terhadap minyak tertentu
• Minyak mineral tidak boleh digunakan untuk pembawa
sediaan injeksi karena tidak dimetabolisme oleh tubuh.

• Persyaratan minyak lemak


– Berbentuk cair pada suhu kamar
– Tidak mudah tengik
– Batas kandungan asam lemak bebas
– Derajat kejenuhan

• Minyak lemak banyak digunakan untuk pembawa sediaan hormon,


kalsiferol, dan menadion. Pengawet untuk minyak lemak
dimaksudkan untuk mencegah oksidasi. Pengawet yang dipakai :
BHA, BHT, propilgalat, tokoferol.
2. Isopropilmiristat

• Ester asam lemak


• Viskositas rendah
• Bebas peroksida
• Tidak cocok untuk sediaan lepas
lambat
3. Benzylbenzoat

• Mempunyai bau khas


• Sebagai kosolven untuk injeksi
dimerkaprol dan hidroksiprogesteron
4. Etiloleat
• Dapat bercampur dengan alcohol, eter
dan minyak
Viskositas lebih rendah dari minyak
lebih cepat diabsorpsi daripada minyak
• Digunakan untuk pembawa hormon :
deoksikortison, estradiol monobenzoat,
progestoran, testoteron propionat

Anda mungkin juga menyukai