Anda di halaman 1dari 20

FORMULASI

SEDIAAN STERIL

Pertemuan 2
Rani Prabandari, M.Farm., Apt
PENDAHULUAN

• Formulasi : proses untuk memperoleh sediaan obat


yg memenuhi persyaratan
• Formula : Isi atau bahan-bahan atau komposisi
dalam pembuatan sediaan steril
KOMPONEN

▪ Komponen : tiap bahan yg digunakan dalam peracikan, baik


tampak atau tidak pada sediaan akhir (yaitu bahan antara).
▪ Bila memungkinkan sebaiknya menggunakan komponen
steril yg ada dlm perdagangan
▪ Bahan2 komersial yg ada dlm perdagangan harus dibuat pada
fasilitas yg disetujui FDA dan memenuhi persyaratan
kompendia resmi
▪ Bila persyaratan ini tdk dpt dipenuhi, apoteker harus
menentukan zat alternatif lain
Macam Komponen dalam Sediaan Steril :
1. Pembawa
a. Air untuk injeksi
b. Pembawa isotonik berair
c. Pelarut yg dapat bercampur dg air
d. Pembawa bukan air

2. Zat Terlarut
a. Zat pengawet antimikroba
b. Dapar pH
c. Antioksidan
d. Zat pengkelat
e. Zat pengatur tonisitas
f. Zat penglarut (solubilizer)
g. Zat pengemulsi
1. PEMBAWA
• Pembawa untuk sebagian besar sediaan steril cair tidak
memiliki aktivitas terapeutik atau toksisitas
• Zat ini bertindak sebagai pelarut atau medium untuk
pemberian bahan aktif terapeutik
• Untuk sediaan parenteral, pembawa yg paling sering
digunakan adalah air
• Pembawa harus memenuhi persyaratan USP untuk uji
pirogen dan uji endotoksin bakteri
a. Air untuk Injeksi
• Air untuk injeksi dimurnikan dg destilasi atau osmosis balik dan
bebas pirogen
• Air steril untuk injeksi USP disterilkan dan dikemas dalam wadah
dosis tunggal yg berukuran tidak lebih dari 1000 ml
• Air bakteriostatik untuk injeksi disterilkan dan mengandung satu
atau lebih senyawa bakteriostatik dlm suatu wadah berukuran tdk
lebih dari 30 ml
• Air steril untuk inhalasi disterilkan dan dikemas dlm wadah dosis
tunggal yg diberi label dg nama lengkap
• Air steril untuk cairan irigasi disterilisasi dan dikemas dlm wadah
dosis tunggal tanpa penambahan zat lain
b. Pembawa isotonik berair
• Pembawa isotonik berair sering digunakan dlm sediaan
steril
• Pembawa yg diumumkan digunakan adalah injeksi NaCl
yaitu larutan 0,9% (sering disebut salin normal) yg
disterilisasi dan dikemas dlm wadah dosis tunggal yg
berukuran tdk lebih dari 1000 ml
• Injeksi NaCl 0,9% yg mengandung satu atau lebih senyawa
bakteriostatik dlm suatu wadah yg berukuran tdk lebih dr
30 ml
• Pembawa isotonik lain meliputi injeksi ringer, injeksi
dekstrosa 5% dan injeksi ringer laktat
c. Pelarut yg dpt bercampur dengan air
• Bbrp pelarut yg dpt bercampur dg air digunakan sbg bagian
dari pembawa dlm sediaan steril (yaitu sbg kosolven)
• Contoh : etil alkohol, polietilen glikol cair dan propilen
glikol dlm melarutkan obat2 yg memiliki kelarutan rendah
dlm air
• Sediaan yg diracik dg komponen ini biasanya diberikan secara
intra muskular,
• Contoh obat yg menggunakan formula kosolven :
antihistamin, glikosida jantung
d. Pembawa bukan air
• Pembawa bukan air, ex : minyak lemak dpt digunakan
untuk memformulasi sediaan parenteral
• USP menetapkan bahwa minyak lemak harus berasal dari
sayuran (atau hampir tdk berbau) dan tdk memiliki bau
atau rasa tengik, ex : minyak kacang , minyak biji kapas,
minyak jagung, minyak wijen
• Beberapa vitamin dan hormon hanya dapat dilarutkan dlm
minyak ini
• Sediaan parenteral berbasis minyak hanya dapat diberikan
secara intramuskular
2. ZAT TERLARUT
• Zat kimia terlarut yg dilarutkan dlm pembawa harus memiliki
kualitas USP atau lebih baik dari kualitas USP karena
kontaminasi zat2 ini (khusus nya logam) dpt :
- Mengubah kelarutan dan ketercampuran zat terlarut lain
- Menyebabkan reaksi kimia katalitik
- Menyebabkan toksisitas pada pasien
• Zat terlarut dapat berupa bahan aktif, yaitu obat-obat yg
memberikan efek teraputik atau zat tambahan
• Zat tambahan dpt meningkatkan stabilitas atau manfaat
apabila zat tsb tdk berbahaya dlm jumlah pemberiannya dan tdk
mengganggu efikasi terapeutik dan pengujian
• Contoh zat tambahan : zat pengawet antimikroba, dapar
pH, antioksidan, zat tonisitas, zat penambah kelarutan
(solubilizer), dan zat pengemulsi (emulgator)

• Jangan menambahkan zat pewarna pd sediaan steril bila


hanya untuk mewarnai sediaan
1. Zat pengawet antimikroba
• Zat pengawet antimikroba dpt ditambahkan hingga mencapai
suatu konsentrasi yg di anggap bakteriostatik atau fungistatik
• Beberapa zat pengawet memiliki toksisitas bawaan pada
konsentrasi ini (misal : fenilmerkuri nitrat 0,01%,
benzalkonium klorid 0,01%, dan fenol 0,5%). Karena toksisitas
nya, zat pengawet ini kebanyakan digunakan dlm sediaan
optalmik dan jarang digunakan untuk sediaan injeksi

• Benzal alkohol (biasanya 0,9%) dan paraben (meril 0,18%


dikombinasi dg propil paraben 0,02%) biasanya digunakan
dlm sediaan injeksi
• Dalam sediaan berminyak, tidak ada antimikroba yg memiliki
efektivitas tinggi, namun heksilresorsinol 0,5% dan fenil
merkuri benzoat 0,1% dilaporkan memiliki sifat bakteriostatik
sedang

• Komponen molekul besar seperti polisorbat 80,


polivinilpirolidon, polietilen glikol dapat membentuk
kompleks yg dpt menonaktifkan paraben
• Untuk memilih sebuat zat pangawet harus di cari acuan yg
sesuai dan keefektifan harus diverifikasi.
2. Dapar pH
• Zat pendapar menstabilkan larutan zat kimia dlm air
terhadap degradasi
• Sistem dapar di formulasikan pd konsentrasi terendah yg
dibutuhkan untuk stabilitas shg pH fisiologis tubuh tdk
terganggu
• Garam2 asam seperti : sitrat, asetat, fosfat umum
digunakan sbg dapar
3. Antioksidan
• Antioksidan membantu mencegah oksidasi komponen
obat
• Antioksidan yg umum digunakan adalah garam natrium
dan kalium dari ion metasulfit dan sulfit
• Pilihan garam bergantungn pd pH sistem yg akan distabilkan
• Metabisulfit digunakan untuk sistem dg nilai pH
rendah, bisulfit untuk pH sedang, dan sulfit untuk
kisaran pH tinggi
• Antioksidan yg lain : aseton metabisulfit, asam
askorbat, tiogliserol dan sistein hidroksida
4. Zat pengkelat

• Zat pengkelat meningkatkan keefektifan


antioksidan
• Zat pengkelat yg umum digunakan : dinatrium
edetat
5. Zat pengatur tonisitas
• Beberapa monografi sediaan injeksi mengharuskan
konsentrasi osmolar dicantumkan pd label sediaan
• Idealnya sediaan parenteral diformulasikan isotonik melalui
penggunaan suatu pembawa isotonik (misal salin normal)
• Apabila konsentrasi bahan aktif yg diinginkan bersifat
hipertonik, obat harus diberikan dg melambatkan
kecepatan injeksi atau melalui pemberian infus ke dalam
vena besar (misalnya pemberian TPN ke dalam vena
subklavian)
6. Zat penglarut
• Apoteker harus mengetahui karakteristik kelarutan bahan obat baru
(khususnya sistem berair) yang larut dengan pelarut air untuk
menghasilkan respon terapeutik

• Untuk mempertahankan beberapa obat dlm larutan, dapat


ditambahkan suatu kosolven yg dapat bercampur atau suatu
penglarut kimia

• Contoh : polietilen glikol 300 dan 400, propilen glikol, gliserin, etil
alkohol sering digunakan
• Kadar toksik pelarut ini harus di hindari, dan jumlah yg dpt
menyebabkan sediaan tsb menjadi terlalu kental untuk penggunaan
parenteral
7. Zat pengemulsi
• Ada beberapa obat yg sedikit larut dlm air
• Pengemulsi digunakan utuk mensuspensikan tetesan
kecil minyak dlm air untuk membentuk emulsi yg
mengandung suatu konsentrasi seragam obat aktif di
seluruh volume cairan

• Emulsi dpt bermanfaat sbg sumber kalori dlm nutrisi


parenteral. Contohnya emulsi : minyak kedelai dan air yg
dibuat dg fosfolipid kuning telur 1,2% dan gliserol 1,7% sbg
pengemulsi

Anda mungkin juga menyukai