Anda di halaman 1dari 50

“Om

Swastyastu”
Kelompok 4
 NI PUTU ALIT SUSTANTI (859015759)

 NI LUH PUTU ARIE SURYA DEWI (859016671)

 PUTU YULIA KARINA PUTRI (859016664)


PENDIDIKAN ANAK TUNA RUNGU
Dan anak DENGAN
Mind GANGGUAN KOMUNIKASI

Map
Modul KEGIATAN BELAJAR 1
(Definisi dan
Klasifikasi, Penyebab
KEGIATAN BELAJAR 2
(Dampak Tunarungu
KEGIATAN BELAJAR 3
(Kebutuhan Khusus

5
dan Profil Pendidikan
serta Cara dan Gangguan
Anak Tunarungu dan
Pencegahan Komunikasi Bagi
Anak dengan
Terjadinya Tunarungu Perkembangan Anak)
Gangguan
dan Gangguan
Komunikasi)
Komunikasi)
Kegiatan Belajar 1

Penyebab Definisi Penyebab


A Terjadinya
Tunarungu
C Gangguan
Komunikasi
E Gangguan
Komunikasi

Definisi dan Cara Pencegahan Klasifikasi


Klasifikasi
Tunarungu
B Terjadinya
Tunarungu
D Gangguan
Komunikasi
F
Kegiatan Belajar 2
A Dampak Tunarungu Bagi Anak

B Dampak Gangguan Komunikasi Bagi


Anak
Kegiatan Belajar 3

Kebutuhan
Khusus Profil
Profil
Anak Pendidikan
Pendidikan Anak
Tunarungu
Khusus Bagi dengan
dan Anak
Anak Gangguan
dengan
Tunarungu Komunikasi
Gangguan
Komunikasi

A B C
Anak tunarungu merupakan salah satu klasifikasi dari anak yang
dikategorikan anak berkebutuhan khusus yang mempunyai kelainan
dalam pendengarannya sehingga memberikan dampak negative bagi
perkembangannya, terutama dalam kemampuan berbicara dan berbahasa.
Namun demikian, mereka mempunyai hak yang sama sebagaimana
warga negara lainnya dalam memperoleh layanan pendidikan untuk
KEGIATAN BEL
AJAR
1
Tunarungu dapat diartikan sebagai
Hearing impairment istilah umum
yang menunjukkan
ketidakmampuan mendengar dari
yang ringan sampai berat. Orang
yang tuli atau deaf person adalah
seorang yang mengalami
ketidakmampuan mendengar
sehingga mengalami hambatan
dalam berkomunikasi dengan
A. Definisi Tunarungu
orang lain.
Tunarungu dapat diklasifikasikan
berdasarkan empat hal, yaitu tingkat
kehilangan pendengaran, berdasrkan
saat terjadinya ketunarunguan, letak
gangguan pendengaran secara
anatomis serta etimologis.
1) Tunarungu ringan (mild hearing loss) anak dengan tunarungu ringan mengalami
kehilangan pendengaran antara 27 – 40 Db. Anak sulit mendengar suara yang jauh
sehingga membutuhkan tempat duduk yang letaknya strategis.
2) Tunarungu sedang (Moderate Hearing Loss) cirinya: anak mengalami kehilangan
pendengaran antara 41-55 dB, mengerti percakapan dari jarak 3-5 feet secara face
to face, membutuhkan alat bantu dengar.
3) Tunarungu agak berat (Moderately Severe Hearing Loss), cirinya, anak yang
mengalami kehilangan pendengaran 56-90 dB, hanya bisa mendengar suara dari
jarak dekat dengan menggunakan hearing pad.
4) Tunarungu berat (Severe Hearing Loss), cirinya: anak mengalami kehilangan
pendengaran antara 71-90 dB, anak hanya bisa mendengar suara keras dari jarak
Berdasarkan dekat. Membutuhkan pendidikan khusus, alat bantu dengar, serta latihan untuk
tingkat kehilangan mengembangkan kemampuan bicara dan bahasanya.

pendengaran, 5) Tunarungu Berat Sekali (Profound Hearing Loss) cirinya: anak mengalami
kehilangan pendengaran lebih dari 90 dB, mungkin sadar suara yang keras tetapi
diklasifikasikan melalui getarannya dari pada pola suara. Banyak bergantung pada penglihatan dari
menjadi : pada pendengaran untuk proses menerima informasi / berkomunikasi.
Berdasarkan saat terjadinya,
tunarungu diklasifikasikan menjadi
2, yaitu :
• Ketunarunguan prabahasa (Prelingual deafness), yaitu kehilangan
pendengaran yang terjadi sebelum kemampuan bicara dan bahasa
berkembang.
• Ketunarunguan pasca bahasa (post lingual deafness), yaitu
kehilangan pendengaran yang terjadi beberapa tahun setelah
kemampuan bicara dan bahasa berkembang.
Berdasarkan letak gangguan pendengaran
secara anatomis. Ketunarunguan dapat
diklasifikasikan menjadi :
• Tunarungu tipe konduktif, yaitu kehilangan pendengaran yang
disebabkan oleh terjadinya kerusakan pada telinga bagian luar dan
tengah yang berfungsi sebagai alat konduksi getaran suara menuju
telinga bagian dalam.
• Tunarungu tipe sensorineural, yaitu tunarungu yang disebabkan
oleh terjadinya kerusakan pada telinga dalam serta syaraf pendengaran
(nervus chochlearis)
• Tunarungu tipe campuran, yaitu gabungan tipe konduktif dan
sensorineural.
Berdasarkan etiologi / asal usulnya
ketunarunguan dapat diklasifikasikan
menjadi :
• Tunarungu endogen, yaitu tunarungu yang disebabkan oleh
faktor genetic.
• Tunarungu eksogen, yaitu tunarungu yang disebabkan oleh
faktor nongenetik.
B. Penyebab Terjadinya Tunarungu

Penyebab Terjadinya Tunarungu Tipe Konduktif :


• Kerusakan pada telinga luar dapat disebabkan karena tidak terbentuknya
lubang telinga bagian luar yang dibawa sejak lahir dan terjadinya
peradangan pada lubang telinga luar.
• Kerusakan yang terjadi pada telinga tengah dapat disebabkan oleh Ruda
paksa / benturan keras karena terjatuh, terjadinya peradangan pada telinga
tengah, otosclerosis / pertumbuhan tulang pada kaki tulang stapes,
tympanisclerosis / adanya lapisan kalsium pada gendang dengar dan tidak
terbentuknya tulang pendengaran.
Penyebab Terjadinya
Tunarungu Tipe
Sensorineural :
• Ketunarunguan yang disebabkan oleh faktor genetik.
• Penyebab ketunarunguan faktor non genetik, antara lain ;
a. Rubella campak Jerman
b. Ketidaksesuaian antara darah ibu dan anak
c. Meningitis
d. Trauma akustik
C. Cara Pencengahan Terjadinya
Tunarungu
1) Upaya pada saat sebelum menikah (pranikah)
2) Upaya pada saat hamil
3) Upaya pada saat melahirkanya
4) Upaya pada saat setelah melahirkan
D. DEFINISI GANGGUAN
KOMUNIKASI
Komunikasi merupakan suatu aktivitas penyampaian pikiran maupun perasaan, antara
individu kepada invidu atau individu kepada kelompok melalui sistem simbol, yang dapat
dimaknai bersama.
Komunikasi bisa dilakukan secara verbal, non verbal maupun kombinasi keduanya. Masyarakat
berkomunikasi melalui berbicara, menulis, gerak isyarat informal, gerak isyarat yang sistematis dan
sebagainya. Apapun bentuk penyampaiannya komunikasi memiliki 3 komponen, yaitu pengirim
(komunikator), pesan, dan penerima (komunikan). Dalam proses komunikasi, adakalanya tidak
berjalan sebagaimana mestinya sehingga terjadi miskomunikasi.
Yang dimaksud dengan gangguan komunikasi adalah gangguan dalam berkomunikasi dengan orang
lain, baik dalam posisi sebagai komunikator maupun komunikan.
Gangguan komunikasi sering dikaitkan dengan gangguan interaksi awal pada anak. Namun pada kasus
anak tunarungu dampak yang terjadi bagi mereka adalah terhambatnya kemampuan berbicara dan
berbahasa sehingga menimbulkan gangguan dalam berkomunikasi dengan orang mendengar.
E. Klasifikasi Gangguan
Komunikasi
• Gangguan Bicara (speech disorder)
1) Gangguan artikulasi
2) Gangguan kelancaran
3) Gangguan Suara
4) Ganguan bicara yang di hubungkan dengan kelainan orofacial
5) Gangguan bicara yang dihubungkan dengan kerusakan saraf.
• Gangguan bahasa (language disorder)
1) Gangguan dalam bentuk bahasa (fonologi, morfologi dan
sintaksis)
2) Gangguan isi bahasa (semantic)
3) Gangguan dalam fungsi bahasa (pragmatic)
4) Aphasia.
F. PENYEBAB GANGGUAN
KOMUNIKASI
Gangguan komunikasi dapat disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya :
faktor kehilangan pendengaran, kelainan organ bicara, gangguan emosi,
keterlambatan perkembangan, mental retardasi, kerusakan otak, serta
faktor lingkungan.
Pencegahan terjadinya gangguan komunikasi sama seperti pencegahan
terjadinya berbagai kelainan pada anak, karena banyak gangguan
komunikasi merupakan dampak dari adanya kelainan tersebut. Disamping
itu, orang tua harus memonitor tumbuh kembang anak, melakukan
intervensi dini terhadap kelainan yang ditemukan, memberikan dukungan
dengan banyak memberikan stimulasi bunyi-bunyi bahasa serta
menghindari menggunakan dwi bahasa pada awal masa perkembangan
bahasa.
Kegiatan
Belajar 2
Dampak Tuna Rungu dan
Gangguan Komunikasi
Bagi Perkembangan Anak
A. Dampak Tuna Rungu Bagi Anak
1) Dampak Tunarungu Terhadap Perkembangan Bicara dan Bahasa
Kemampuan berbicara dan berbahasa diperoleh melalui proses peniruan bunyi-
bunyi bahasa. Dengan demikian anak tunarungu sejak lahir tidak mendapatkan
stimulasi bunyi-bunyi bahasa yang dapat ditiru sebagai awal perkembangan
bicara dan bahasa. Menurut Robert M. Smith dan John T. Neiswork (1975)
tahapan normal perkembangan bicara adalah sebagai berikut:
• Fase reflexive vocalization , yaitu 0-6 minggu
• Fase babbling / vocal play, yaitu 6 minggu-6bulan
• Fase lalling, yaitu 6-9bulan
• Fase echolalic, yaitu 9-12 bulan
• Fase true speech, yaitu 12-18 bulan
2) Dampak Tunarunggu Terhadap
Kemampuan Akademis
Karakteristik anak tunarungu dalam aspek akademik
adalah keterbatasan dalam kemampuan berbicara dan
berbahasa yang mengakibatkan anak tunarungu cenderung
memiliki prestasi yang rendah dalam mata pelajaran yang
bersifat Verbal (misal Bahasa Indonesia, IPA, IPS,
Matematika) terutama dalam soal cerita, namun dalam
mata pelajaran Nonverbal (misal olahraga dan
keterampilan) mereka memiliki prestasi relatif sama
dengan temannya yang mendengar karena mereka masih
mampu untuk meniru gerak.
3) Dampak Tunarungu Terhadap
Aspek Sosial-Emosional
Karakteristik anak tunarungu dalam aspek sosial-emosional diantaranya :
• Pergaulan yang terbatas dengan sesama tunarungu sebagai akibat dari
keterbatasan dalam kemampuan berkomunikasi.
• Sifat ego-sentris yang melebihi anak normal, yang ditunjukkan dengan
sukarnya mereka menempatkan diri pada situasi berfikir dan perasaan
orang lain.
• Perasaan takut/khawatir terhadap lingkungan sekitar, yang menyebabkan
ia tergantung pada orang lain serta kurang percaya diri.
• Perhatian anak tunarungu sukar dialihkan.
• Memiliki sifat polos.
• Cepat marah dan mudah tersinggung sebagai akibat seringnya
mengalami kekecewaan.
4) Dampak Tunarungu terhadap Aspek
Fisik dan Kesehatan
Pada sebagian tunarungu ada yang mengalami gangguan keseimbangan sehingga
cara berjalannya kaku dan agak membungkuk. Gangguan tersebut timbul jika terjadi
kerusakan pada organ keseimbangan yang ada di telinga bagian dalam. Gerakan
mata anak tunarungu cenderung cepat karena ia ingin menangkap / mengetahui
keadaan sekitar.
Gerakan tangan sangat cepat dan lincah hal tersebut terlihat ketika ia mengadakan
komunikasi dengan bahasa isyarat. Pernafasan pendek karena tidak terlatih melalui
kegiatan berbicara.
Dalam aspek kesehatan pada umumnya Nampak sama dengan anak normal yang
lain, karena anak tunarungu dapat merawat diri sendiri. Namun bagi anak tunarungu
penting untuk memeriksakan telinganya secara periodic supaya tidak memperberat
kondisi ketunarunguannya.
B. DAMPAK GANGGUAN
KOMUNIKASI BAGI ANAK
Ada beberapa dampak yang timbul oleh adanya
gangguan komunikasi, antara lain:
• Hambatan dalam berinteraksi
Untuk berinteraksi sosial perlu adanya komunikasi yang baik, oleh karena
itu seorang anak yang mengalami gangguan komunikasi akan mengalami
hambatan dalam berinteraksi dengan lingkungannya
• Hambatan dalam pengembangan kemampuan
akademik
Ilmu pengetahuan disampaikan melalui bahasa, sehingga untuk memahami
pengetahuan, seseorang harus memahami bahasa terlebih dahulu. Oleh
karena itu, gangguan dalam kemampuan bahasa dapat menghambat
seseorang dalam mengembangkan kemampuan akademiknya
KEGIATAN BELAJAR 3
Kebutuhan Khusus dan Profil
Pendidikan Anak Tunarungu
dan Anak dengan Gangguan
Komunikasi
A. Kebutuhan Khusus Anak Tunarungu
Dan Anak Dengan Gangguan
Komunikasi
• Kebutuhan Khusus Anak Tunarungu
• Kebutuhan Khusus Anak dengan Gangguan
Komunikasi
1) Kebutuhan Khusus Anak
Tunarungu
Kemampuan berbahasa merupakan dasar untuk
mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki
anak.oleh karena itu, anak tunarungu membutuhkan
layanan untuk mengembangkan kemampuan
berbahasanya. Melalui Bina Komunikasi Persepsi
Bunyi dan Irama (BKPBI). Layanan BKPBI adalah
layanan khusus yang merupakan suatu kesatuan
antara pembinaan komunikasi dan optimalisasi sisa
pendengaran untuk memersepsikan buni dan irama.
Berikut layanan dari BKPBI antara lain:
A. Layanan Bina Komunikasi ;
1) Layanan Pengembangan Kemampuan berbahasa
2) Layanan Bina Bicara
3) Layanan Membaca Ujaran
B. Layanan Bina Persepsi Bunyi dan Irama
(BPBI)
Program latihan BPBI sebagaimana dikemukakan oleh Depdiknas (2007)
dan sadjaah , E & Sukardja ( 1996:234-239 ) mencakup berbagai latihan
sebagai berikut;
• Latihan Deteksi / kesadaran terhadap bunyi
• Latihan mengidentifikasi bunyi
• Latihan membedakan / Diskriminasi bunyi
• Latihan memahami bunyi latar belakang dan bunyi bahasa
2) Kebutuhan Khusus Anak dengan
Gangguan Komunikasi, antara lain:
• Kebutuhan anak dengan gangguan artikulasi.
• Kebutuhan khusus anak yang gagap.
• Kebutuhan khusus bagi anak yang mengalami keterlambatan
dalam komunikasi verbal.
• Kebutuhan anak dengan gangguan komunikasi karena autis.
B. PROFIL PENDIDIKAN
KHUSUS BAGI ANAK
TUNARUNGU
• Sistem Pendidikan bagi Anak Tunarungu
• Metode Komunikasi
• Prinsip-Prinsip Pembelajaran Tunarungu
• Strategi Pembelajaran
• Media Pembelajaran
• Fasilitas Pendukung
• Penilaian (asessment)
Sistem Pendidikan bagi
Anak Tunarungu
• Sistem pendidikan segresi, tempat pendidikannya sistem pendidikan
segresi meliputi, Sekolah Khusus, Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB),
Kelas Jauh/kelas Kunjung.
• Sistem Integresi.
• Sistem Pendidikan inklusif.
Metode Komunikasi
• Metode oral-aural,
• Metode manual (metode isyarat), meliputi :
1. Abjad Jari
2. Ungkapan Badaniah/Bahasa Tubuh
3. Bahasa Isyarat asli, dikelompokan menjadi 2 yaitu:
- bahasa Alamiah
- Bahasa Isyarat Konseptual
4. Bahasa isyarat Formal
Prinsip-Prinsip Pembelajaran Tunarungu
• Apabila anda sedang memberi penjelasan kepada siswa,hendaknya posisi selalu
berhadapan dengan siswa (face to face )
• Dalam penempatan siswa kelas regular,siswa tunarungu hendaknya ditempatkan
bagian depan
• Kegiatan anak tunarungu dalam membaca ujaran,tidak secepat anak normal
• Anak tunarungu dikenal sebagai anak visual
• Proses belajar mengajar harus dihindari pemakaian metode ceramah secara
berlebihan
• Dalam materi bersifat verbal penggunaan bahasa perlu disederhanakan
• Anak tunarungu dikenal anak yang miskin kosakata,karena itu harus sering
memberikan tambahan kosakata
Strategi Pembelajaran
• Strategi Individualisasi
• Kooperatif
• Modifikasi Perilaku.
Media Pembelajaran
Berupa media visual seperti gambar, grafis
(diagaram,bagan), realita/objek nyata dari suatu
benda (mata uang, tumbuhan), model/tiruan dari
objek benda.
Fasilitas Pendukung

Fasilitas pendukung dalam penyelenggaraan pendidikan


khusus bagi siswa Tunarungu antara lain :
Adanya ruang sumber yang dilengkapi dengan berbagai media
untuk memfasilitasi pemberian layanan kekhususan,seperti
layanan pengembangan kemampuan berkomunikasi oral
Penilaian
(asessment)
Prinsip yang harus diperhatikan
yaitu:
Berkesinambungan
Menyeluruh
Obyektif dan adaptif
Pedagogis.
C. PROFIL PENDIDIKAN
ANAK DENGAN
GANGGUAN KOMUNIKASI
LaBlance (Smith, J.D., 2006:214)
mengemukakan tiga prinsip bagi guru kelas
dalam membantu siswa mengalami
hambatan dalam berbahasa dan berbicara
yaitu sebagai berikut:
• Berikan suatu contoh berbicara yang baik
• Tingkatkan Self-esteem (harga diri) siswa
• Ciptakan lingkungan bicara yang baik
Menurut Smith Smith, J.D. (2006 : 215-217)
guru perlu mengadakan kerja sama, yaitu
sebagai berikut:
1) Kerja Sama dengan Tenaga Ahli
(Profesional Collaboration)
• Guru penting mengadakan kerjasama dengan tenaga ahli seperti ahli
terapi bicara (speech therafist) untuk keberhasilan siswa yang
mengalami hambatan dalam berkomunikasi,seperti :
- Therapist as Teacher
- Therapist and Team Teacher
- Therapist as classroom-Based Interventionist
- Therapist as Classroom Consultant
- Therapist as Staff and Program Developer
2) Kerja Sama dengan Orang Tua
(Collaboration with Parent)
Orang tua menjadi mitra kerja yang efektif dalam usaha
meningkatkan keberhasilan yang lebih besar bagi anak yang
mengalami gangguan komunikasi,dengan mengetahui program
yang sedang dilaksanakan sekolah serta pengarahan dari
guru,orang tua dapat mengembangkan kemampuan
komunikasi anaknya sejalan dengan program yang
dilaksanakan sekolah.
3) Kerja Sama dengan Teman
Sebaya (Peer Collaboration)
• Siswa pada umumnya dapat menjadi model pembicara yang baik
(good-speech model) bagi temannya yang mengalami gangguan
komunikasi.Bertambahnya kesadaran bahwa mereka dapat membantu
dengan cara berbicara kepada siswa yang memiliki hambatan maka
mereka merasa menjadi bagian dari sebuah tim untuk membantu
temannya.
Menjadi model teman sebaya (peer model) perlu dipresentasikan pada
teman-teman sekelas agar mereka dapat menolong tanpa mengoreksi
atau memberikan perhatian yang negatif pada kekurangan temannya.
4) Intervensi Gangguan
Artikulasi
A. Pelaksanaan assesment
B. Analisis hasil assesment
C. Pembuatan program intervensi
D. Pelaksanaan program intervensi
1) latihan pendengaran
2) latihan pengucapan
3) latihan kinestetik
4) latihan percakapan/pengucapan secara spontan
E. Penilaian dan tindak lanjut
Diskusi
KESIMPULAN
Anak tunarungu merupakan salah satu klasifikasi dari
anak yang dikategorikan berkebutuhan khusus yang
mempunyai kelainan dalam pendengarannya sehingga
memberikan dampak negative bagi perkembangnnya,
terutama dalam kemampuan berbicara dan berbahasa.
Oleh karena itu perlu mendapatkan layanan pendidikan
khusus pada sekolah khusus, sekolah regular, maupun
pendidikan inklusi.
“OM SANTHI, SANTHI,
SANTHI, OM”

Anda mungkin juga menyukai