Anda di halaman 1dari 12

REFERAT

GANGGUAN ANXIETAS MENYELURUH


(F41.1)

Hikmawaty Tahir
(C111 11 332)

Supervisor : dr. Theodorus Singara, SpKJ (K)


Residen Pembimbing : dr. Agustine Mahardika

Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin
PENDAHULUAN

Gangguan anxietas merupakan keadaan psikiatri yang paling sering ditemukan di Amerika Serikat
dan di seluruh dunia. Studi menunjukkan bahwa gangguan ini meningkatkan morbiditas
penggunaan pelayanan kesehatan, dan hendaya fungsional. Pemahaman neuroanatomi dan biologi
molekular anxietas menjanjikan pengertian baru mengenai etiologi dan terapi yang lebih spesifik.

Pengalaman anxietas memiliki dua komponen: kesadaran akan sensasi fisiologis (seperti palpitasi
dan berkeringat) serta kesadaran bahwa ia gugup atau ketakutan. Anxietas mempengaruhi pikiran,
persepsi, dan pembelajaran. Anxietas cenderung menimbulkan kebingungan dan distorsi persepsi,
tidak hanya persepsi waktu dan ruang tetapi juga oleh orang dan arti peristiwa.

Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin
DEFINISI

Gangguan anxietas menyeluruh merupakan kondisi gangguan yang ditandai


dengan kecemasan dan kekhawatiran yang berlebihan dan tidak rasional bahkan
terkadang tidak realistik terhadap berbagai peristiwa kehidupan sehari-hari.
Kondisi ini dialami hampir sepanjang hari, berlangsung sekurang-kurangnya
selama 6 bulan. Kecemasan yang dirasakan sulit untuk dikendalikan dan
berhubungan dengan gejala-gejala somatik seperti ketegangan otot, iritabilitas,
kesulitan tidur dan kegelisahan sehingga menyebabkan penderitaan yang jelas dan
gangguan yang bermakna dalam fungsi sosial dan pekerjaan.

Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin
EPIDEMIOLOGI

Gangguan kecemasan adalah salah satu gangguan mental yang paling lazim terjadi di
masyarakat umum. Di Amerika Serikat dilaporkan prevalensi gangguan cemas pada
orang dewasa adalah sebesar 2,9% dari seluruh populasi, sedangkan di Indonesia
diperkirakan ada sebanyak 6-7%. Wanita lebih banyak mengalami gangguan cemas
dibandingkan pria, dengan rentang usia 16-40 tahun.

Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin
ETIOLOGI

Teori Biologi
Area otak yang diduga terlibat pada timbulnya GAD adalah lobus oksipitalis yang
mempunyai reseptor benzodiazepine tertinggi di otak. Basal ganglia, sistem limbik, dan
korteks frontal juga dihipotesiskan terlibat pada etiologi timbulnya GAD. Pada pasien
GAD juga ditemukan sistem serotonergik yang abnormal. Neurotransmiter yang berkaitan
dengan GAD adalah GABA, serotonin, norepinefrin, glutamate, dan kolesistokinin.
Pemeriksaan PET (Positron Emision Tomography) pada pasien GAD ditemukan
penurunan metabolisme di ganglia basal dan massa putih otak.

Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin
ETIOLOGI
Teori Genetik
Pada sebuah studi didapatkan bahwa terdapat hubungan genetik pasien GAD dan gangguan
Depresi Mayor pada pasien wanita. Sekitar 25% dari keluarga tingkat pertama penderita
GAD juga menderita gangguan yang sama. Sedangkan penelitian pada pasangan kembar
didapatkan angka 50% pada kembar monozigotik dan 15% pada kembar dizigotik.

Teori Psikoanalitik
Teori ini menghipotesiskan bahwa anxietas adalah gejala dari konflik bawah sadar yang tidak
terselesaikan

Teori kognitif-perilaku
Penderita GAD berespon secara salah dan tidak tepat terhadap ancaman, disebabkan oleh
perhatian yang selektif terhadap hal-hal yang negatif pada lingkungan, adanya distorsi pada
pemrosesan informasi dan pandangan yang sangat negative terhadap kemampuan diri untuk
menghadapi ancaman.
Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin
GAMBARAN
KLINIS
Gejala somatik Gejala psikologik
-Gemetar -Rasa takut yang berlebihan  dan sulit untuk
-Nyeri punggung dan nyeri kepala dikontrol
-Ketegangan otot -Sulit konsentrasi
-Napas pendek, hiperventilasi -Insomnia
-Mudah lelah, sering kaget -Libido menurun
-Hiperaktivitas otonomik (wajah merah dan pucat, -Rasa mual di perut
takikardia, palpitasi, tangan rasa dingin, diare, mulut -Hipervigilance (siaga berlebih)
kering, sering kencing)
-Parestesia
-Sulit menelan

Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin
DIAGNOSIS
Penegakan diagnosis gangguan anxietas menyeluruh berdasarkan PPDGJ-III sebagai berikut:

-Pasien harus menunjukkan anxietas sebagai gejala primer yang berlangsung hampir setiap hari untuk
beberapa minggu sampai beberapa bulan, yang tidak terbatas atau hanya menonjol pada keadaan situasi
khusus tertentu saja (sifatnya “free floating” atau “mengambang”)
Gejala-gejala tersebut biasanya mencakup unsur-unsur berikut :
-Kecemasan (khawatir akan nasib buruk, merasa seperti di ujung tanduk, sulit
konsentrasi, dan sebagainya);
-Ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak dapat santai); dan
-Overaktivitas  otonomik (kepala terasa ringan, berkeringat, jantung berdebar-debar, seska
napas, keluhan lambung, pusing kepala, mulut kering dan sebagainya).
-Pada anak-anak sering terlihat adanya kebutuhan berlebihan untuk ditenangkan (reassurance) serta
keluhan-keluhan somatic berulang yang menonjol.
-Adanya gejala-gejala lain yang sifatnya sementara (untuk beberapa hari), khususnya depresi, tidak
membatalkan diagnosis utama Gangguan Anxietas Menyeluruh, selama hal tersebut tidak memenuhi
kriteria lengkap dari episode depresif (F32.-), gangguan anxietas fobik (F40.-), gangguan panik
(F41.0), atau gangguan obsesif-kompulsif (F42.-).
Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin
DIAGNOSIS
BANDING
Fobia
Pada fobia, kecemasan terjadi terhadap objek/hal tertentu sehingga pasien
berusaha untuk menghindarinya, sedangkan pada GAD, tidak terdapat objek tertentu yang menimbulkan
kecemasan.

Gangguan obsesif kompulsif


Pada gangguan obsesif kompulsif, pasien melakukan tindakan berulang-ulang (kompulsi) untuk menghilangkan
kecemasannya, sedangkan pada GAD, pasien sulit untuk menghilangkan kecemasannya, kecuali pada saat tidur.

Hipokondriasis
 Pada hipokondriasis maupun somatisasi, pasien merasa cemas terhadap penyakit serius ataupun gejala-gejala
fisik yang menurut pasien dirasakannya dan berusaha datang ke dokter untuk mengobatinya, sedangkan pada
GAD, pasien merasakan gejala-gejala hiperaktivitas otonomik sebagai akibat dari kecemasan yang dirasakannya.

Gangguan stres pasca trauma


Pada gangguan stres pasca trauma, kecemasan berhubungan dengan sutau peristiwa ataupun trauma yang
sebelumnya dialami oleh pasien, sedangkan pada GAD kecemasan berlebihan berhubungan dengan aktivitas
sehari-hari.
Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin
PENATALAKSANAAN

PSIKOTERAPI
-Terapi kognitif perilaku
-Terapi suportif
-Psikoterapi berorientasi tilikan

FARMAKOTERAPI
-Benzodiazepin
Diazepam, dosis anjuran oral = 2-3 x 2-5 mg/hari; injeksi = 5-10 mg (im/iv)
Chlordiazepoxide, dosis anjuran 2-3x 5-10 mg/hari
Lorazepam, dosis anjuran 2-3x 1 mg/hari
Clobazam, dosis anjuran 2-3 x 10 mg/hari
Bromazepam, dosis anjuran 3x 1,5 mg/hari
Alprazolam, dosis anjuran 3 x 0,25 – 0,5 mg/hari
-Non benzodiazepin (Buspiron)
-Venflaksin
Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin
PROGNOSIS

Gangguan anxietas menyeluruh merupakan suatu keadaan kronis yang mungkin


berlangsung seumur hidup. Prognosis dipengaruhi oleh usia, onset, durasi gejala dan
perkembangan komorbiditas gangguan cemas dan depresi. Karena tingginya insidensi
gangguan mental komorbid pada pasien dengan gangguan kecemasan menyeluruh,
perjalanan klinis dan prognosis gangguan cemas menyeluruh sukar untuk ditentukan.
Namun demikian, beberapa data menyatakan bahwa peristiwa kehidupan berhubungan
dengan onset gangguan kecemasan umum. Terjadinya beberapa peristiwa kehidupan yang
negatif secara jelas meningkatkan kemungkinan akan terjadinya gangguan cemas
menyeluruh. Menurut definisinya, gangguan kecemasan umum adalah suatu keadaan
kronis yang mungkin seumur hidup. Sebanyak 25% penderita akhirnya mengalami
gangguan panik, juga dapat mengalami gangguan depresi mayor.

Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai