Anda di halaman 1dari 8

PRAKTIK LEGAL DRAFTING

PADA MASA ROMAWI


Oleh:
Ahmad Burhanuddin,S.H.I.,M.H.I
PRAKTIK LEGAL DRFATING
PADA MASA ROMAWI
Kekuasaan pemerintahan didunia yang pertama
kali mempraktikan legal drafting adalam
pemerintahan romawi. Para sejarawan dan ahli
hukum seperti Shufi Hasan Abu Thalib seorang
ahli hukum Universitas Kairo, membagi
perkembangan Legal Drafting pada masa
pemerintahan Romawi ke dalam tiga fase yaitu:
1. Fase Rintisan (daur thufulah) .

2. Fase Penggagasan (daur Ilmi).

3. Fase Byzantium.
1.Fase Rintisan

Fase Rintisan (daur thufulah) bersamaan dengan


dimulainya pembentukan kota romawi (754 SM
sampai pertengahan Abad II SM). Fase ini merupakan
cikal-bakal munculnya tradisi legal drafting di dunia.
Pada masa itu pemerintahan romawi menjadikan
putusan-putusan tokoh-tokoh adat sebagai ketetapan
yang berlaku dan mengikat secara umum pada
wilayah kekuasaan romawi di pesisir tengah pantai
Byzantium. Selain putusan tokoh adat yang dianut
masyarakat luas, pada tahun 212 M juga telah lahir
“peraturan Caracla” dinisbatkan dengan pembuatnya
yakni Emperatorium Caracla yang hanya mengikat
khusus penduduk asli.
2. Fase Penggagasan

Fase Penggagasan (daur ‘Ilmi) yang diawali dengan


pembahasan lex aebutia pada pertengahan abad II SM
sampai tahun 284M. Fase ini bertepatan dengan masa
kekuasaan Raja Theodosius yang banyak melakukan
diskusi dengan senator dalam rangka pembahasan
peraturan hukum sehingga melahirkan lex aebutia.
Undang-undang romawi ini mendapat tempat
tersendiri dikalangan filusuf sebab menjadi hukum
rasional pertama yang lahir di Romawi.
3. Fase Byzantium.

Fase Byzantium terhitung sejak pengundangan lex aebutia oleh


Theodosius sampai pemberlakuannya di masa kekuasaan justianus
(berakhir tahun 565 M). Selain diberlakukan lex aebutia sebagai
konstitusi juga diberlakukan empat peraturan Emperatoriunm
justianus (disebut Corpus Yuris) yang terdiri dari:
1. Codex sebagai kitab undang-undang yang ditetapkan raja yang
pertama terbit pada 529M.
2. Digesta atau Pandecten, semacam penafsiran atas codex yang
dikompilasikan oleh pakar hukum Romawi yang terbit pada 533 M.
3. Novellen yaitu peraturan teknis sebagai tambahan pemberlakuan
Undang-Undang Romawi diterbitkan pada tahun 533 M.
4. Instituten yaitu ajaran tetapi berlaku mengikat seperti Undang-
undang .
(semuanya ditulis menggunakan bahasa latin terkecuali Instituten yang
ditulis dalam bahasa Grex)
Lanjutan Fase Byzantium
Pada masa Kaisar Justianus itu kekuasaan romawi
terbagi menjadi 2 Yaitu:
1. Emperatorium Romawi barat dengan pusat
kekuasaan di kotamilan kemudian pindah ke kota
Roma. Tetapi kekuasaan ini tidak mampu bertahan
dari gempuran etnis jerman pada tahun 476 M.
2. Emperatorium romawi timur dengan pusat
kekuasaan di Byzantium yang belakangan disebut
konstantin.
Lanjutan Fase Byzantium
Menurut Collinet (1912) sebelum fase Byzantium keputusan-
keputusan hukum melalui lex aebutia bersumber dari noram
kesusilaan dan norma hukum yang berkembang dalam
peradaban Romawi. Akan tetapi sejak fase Byzantium keputusan
hukum juga dipengaruhi norma-norma lain seperti ajaran
kristiani, walaupun pengarushnya sedikit.
Di era Byzantium telah pula lahir peraturan perundang-
undangan baru bernama Droit Romano-Nellenique. Yang
sifatnya adalah:
1. Mengunivikasikan seluruh Undang-Undang Romawi yang
pernah berlaku.
2. Mengatur hukum baru yang belum diatur dalam undang-
undang sebelumnya.
3. Merevisi ketentuan hukum dalam undang-undang
sebelumnya yang sudah tidak memiliki relevansi.
Selesai

Anda mungkin juga menyukai