DEFINISI
Chronic Kidney Disease (CKD) didefinisikan oleh KDIGO sebagai:
● Kerusakan ginjal ≥ 3 bulan (Kelainan patologi atau penanda kerusakan ginjal
seperti proteinuria, kelainan darah yang patognomonik, gambaran
hidronefrosis) ± Penurunan GFR
Atau
● Penurunan GFR 60 mL/min/1,73 m2 ≥ 3 bulan ± kerusakan ginjal. Pada GFR
tersebut ginjal telah kehilangan fungsinya 50% dan terjadi komplikasi
DIAGNOSIS Klasifikasi atas Dasar Derajat
Penyakit
Klasifikasi Berdasarkan
Etiologi
Kidney Disease: Improving Global Outcomes (KDIGO) Acute Kidney Injury Work Group.
KDIGO Clinical Practice Guideline for Acute Kidney Injury. Kidney inter., Suppl. 2012; 2: 1–
138.
PENDEKATAN DIAGNOSTIK UNIVERSITAS AIRLANGGA
4. Kelainan urinalisis
a. Proteinuria, hematuria, leukosuria, cast,
isostenuria (berat jenis 1.010)
UNIVERSITAS AIRLANGGA
PATOFISIOLOGI CKD
UNIVERSITAS AIRLANGGA
TATALAKSANA
Pengobatan terhadap penyakit dasar harus dilakukan pada kondisi yang masih
dapat diperbaiki, termasuk pengendalian tekanan darah, gula darah, dan
pengobatan infeksi sebagai penyakit dasar.
Asupan protein
0,6 - 0,8 gram/kgBB/hari (bergantung pada stage CKD)
Asupan kalori
30 - 35 kcal/kgBB/hari
UNIVERSITAS AIRLANGGA
Asidosis metabolik :
Pada keadaan tidak gawat dan memungkinkan secara oral, diuretik dan natrium bikarbonat
dapat diberikan peroral
Pada keadaan gawat, pengobatan diberikan diuretik dengan furosemide, hemodialisis, dan
natrium bikarbonat intravena.
Pada kondisi edema paru, natrium bikarbonat dapat memperburuk edema sehingga diberikan
diuretik dahulu
Target HCO3 : 20-22 mEq
Kebutuhan Na bikarbonat : (25-HCO3 saat itu) x 0,6 x BB
UNIVERSITAS AIRLANGGA
Pengendalian hiperphosphatemia :
Target serum phospat : 6 mg/dl
Diet; pantangan susu, yogurt, es krim, daging (termasuk pencegahan hiperkalemia)
Konsumsi tablet kalsium karbonat 500-600 mg/hari (termasuk pengobatan hipokalsemia)
sebagai penghambat absorbsi fosfat
Pengendalian PTH :
Pemberian kalsitrol (hanya dilakukan pada pasien dengan kadar fosfat normal dan PTH >
2,5x normal karena dapat meningkatkan absorbsi fosfat dan kalsium)
UNIVERSITAS AIRLANGGA
Pemberian diet tinggi protein pada pasien CKD akan menyebabkan penimbunan hasil
metabolisme protein seperti nitrogen, urea, dan ion anorganik sehingga menimbulkan
gejala uremik seperti pruritus dan keluhan gastrointestinal seperti mual.
Selain mengurangi gejala uremik, protein tinggi dapat mengakibatkan peningkatan aliran
darah dan tekanan intraglomerular
Anemia
Kerusakan ginjal menyebabkan defisiensi Eritropoietin
Terapi :
1. pemberian EPO rekombinan (kelemahan : mahal dan efek kerja lama)
2. Transfusi PRC (murah dan cepat); hati-hati penularan penyakit, monitoring ketat
karena efek bahaya overhidrasi dan hiperkalemia
UNIVERSITAS AIRLANGGA
Pemberian obat dihindari yang bersifat nefrotoksik seperti aminoglikosida, obat yang
meningkatkan protein seperti tetrasiklin, dan diuretik hemat kalium perlu dihindari
UNIVERSITAS AIRLANGGA
Hemodialisis dilakukan pada CKD stage 5, namun pada komplikasi seperti ensefalopati uremik,
perikarditis, neuropati progresif, hiperkalemia yang tidak respon terapi lain, overload cairan,
dan lain-lain, hemodialisis dapat dilakukan.
Pembuatan akses vaskuler dianjurkan jika clearance creatinine < 20 ml/menit, dan harus
dilakukan pada clearance creatinine < 15 ml/menit.
UNIVERSITAS AIRLANGGA
Thank You!