Anda di halaman 1dari 19

UNIVERSITAS AIRLANGGA

Chronic Kidney Disease


Oleh:
Savero Mizan Jahidi
Lu’lu’il Maqnun
Ian Marvin Gotama
Defo A.E
Cinta Adinda Roswinabila
Dimas Luthfi Razantira
Rayhan Alma Shafannisa Heru
Nicholas Fernando Purnomo
Aqidah Khariri
Johan Sebastian Tjioewinata
Muhammad Khafidin Al Alim
Radika Naufal
Bambang Satrio Utomo
Maeril Kirana Widayana
Fabita Erian Zahra
Imaniar Indraswara
UNIVERSITAS AIRLANGGA

DEFINISI
Chronic Kidney Disease (CKD) didefinisikan oleh KDIGO sebagai:
● Kerusakan ginjal ≥ 3 bulan (Kelainan patologi atau penanda kerusakan ginjal
seperti proteinuria, kelainan darah yang patognomonik, gambaran
hidronefrosis) ± Penurunan GFR
Atau
● Penurunan GFR 60 mL/min/1,73 m2 ≥ 3 bulan ± kerusakan ginjal. Pada GFR
tersebut ginjal telah kehilangan fungsinya 50% dan terjadi komplikasi
DIAGNOSIS Klasifikasi atas Dasar Derajat
Penyakit
Klasifikasi Berdasarkan
Etiologi

Kidney Disease: Improving Global Outcomes (KDIGO) Acute Kidney Injury Work Group.
KDIGO Clinical Practice Guideline for Acute Kidney Injury. Kidney inter., Suppl. 2012; 2: 1–
138.
PENDEKATAN DIAGNOSTIK UNIVERSITAS AIRLANGGA

Gambaran Klinis Gambaran Laboratoris

1. Sesuai penyakit yang mendasari 1. Sesuai penyakit yang mendasari


2. Sindrom Uremia 2. Penurunan fungsi ginjal
a. lemah, letih, anoreksia, mual muntah, nokturia, a. Kadar ureum dan Csr DAN
kelebihan volume cairan (volume overload), b. Penurunan GFR (dengan rumus Kockcroft-Gault)
neuropati perifer, pruritus, uremic frost,
3. Kelainan biokimiawi darah
perikarditis, kejang, koma
a. Penurunan Hb, penaikan kadar as. Urat,
3. Gejala komplikasi hiper/hipokalemia, hiponatremia

4. Kelainan urinalisis
a. Proteinuria, hematuria, leukosuria, cast,
isostenuria (berat jenis 1.010)
UNIVERSITAS AIRLANGGA

PATOFISIOLOGI CKD
UNIVERSITAS AIRLANGGA

TATALAKSANA

1. Pengobatan penyakit dasar


2. Pengendalian Keseimbangan Air dan Garam
3. Diet Rendah Protein dan Tinggi Kalori
4. Pengelolaan Hipertensi
5. Pengendalian Gangguan Keseimbangan Elektrolit dan Asam-Basa
6. Pencegahan dan Pengobatan ROD
7. Pengobatan Gejala Uremi Spesifik
8. Deteksi dan Pengobatan Infeksi
9. Penyesuaian Pemberian Obat
10. Deteksi dan Pengobatan Komplikasi
11. Persiapan Dialisis dan Transplantasi

Sumber : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam UNAIR


UNIVERSITAS AIRLANGGA

Rencana Tatalaksana PGK Berdasarkan Derajatnya

Deraja GFR Tatalaksana


t

1 >= 90 Terapi penyakit dasar, kondisi komorbid, evaluasi


pemburukan fungsi ginjal, memperkecil risiko
kardiovaskular

2 60 - 89 Menghambat pemburukan fungsi ginjal


3 30 - 59 Evaluasi dan terapi komplikasi

4 15 - 29 Persiapan untuk terapi pengganti ginjal


5 < 15 Terapi pengganti ginjal Sumber : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam PAPDI (2014)
UNIVERSITAS AIRLANGGA

Pengobatan Penyakit Dasar

Pengobatan terhadap penyakit dasar harus dilakukan pada kondisi yang masih
dapat diperbaiki, termasuk pengendalian tekanan darah, gula darah, dan
pengobatan infeksi sebagai penyakit dasar.

● Hipertensi : ACE-I dan ARB sebagai antihipertensi dan antiproteinuria


● Diabetes Melitus : digunakan Thiazoledinedion sebagai OAD
UNIVERSITAS AIRLANGGA

Pengendalian Keseimbangan Air dan Garam

Pengendalian keseimbangan air dan garam diperlukan sebagai pengendalian


edema dan risiko hipertensi, sehingga monitoring produksi urine, edema,
tekanan darah diperlukan sebagai dasar pemberian cairan dan garam elektrolit
Pemberian cairan perhari :
Produksi urin perhari + 500-800 ml
Kebutuhan garam (Na) perhari :
40-120 mEq/hari
UNIVERSITAS AIRLANGGA

Diet Rendah Protein dan Tinggi Kalori

Asupan protein
0,6 - 0,8 gram/kgBB/hari (bergantung pada stage CKD)
Asupan kalori
30 - 35 kcal/kgBB/hari
UNIVERSITAS AIRLANGGA

Pengendalian Tekanan Darah

Tekanan darah berperan penting dalam perburukan fungsi ginjal


sehingga target tekanan darah untuk mengurangi risiko ini adalah
125/75 mmHg. Dari berbagai studi, ACE-I dan ARB merupakan terapi
farmakologis antihipertensi yang efektif pada pasien CKD untuk
memperlambat kerusakan ginjal.
UNIVERSITAS AIRLANGGA

Pengendalian Gangguan Keseimbangan Elektrolit dan Asam-Basa

Gangguan asam-basa dan elektrolit yang sering terjadi pada pasien


CKD adalah hiperkalemia dan asidosis metabolik.
Hiperkalemia :
Pencegahan : diet rendah kalium (3,5 - 5,5 mEq/lt) dan pencegahan
penggunaan diuretik hemat kalium
Pengobatan : diuretik (Furosemide), hemodialisis apabila tidak ada
produksi urine, pada keadaan gawat digunakan Ca glukonas i.v.,
glukosa dan insulin i.v., dan natrium bikarbonat i.v., dan setelah
stabil digunakan Kalium exchange resin.
UNIVERSITAS AIRLANGGA

Asidosis metabolik :
Pada keadaan tidak gawat dan memungkinkan secara oral, diuretik dan natrium bikarbonat
dapat diberikan peroral
Pada keadaan gawat, pengobatan diberikan diuretik dengan furosemide, hemodialisis, dan
natrium bikarbonat intravena.
Pada kondisi edema paru, natrium bikarbonat dapat memperburuk edema sehingga diberikan
diuretik dahulu
Target HCO3 : 20-22 mEq
Kebutuhan Na bikarbonat : (25-HCO3 saat itu) x 0,6 x BB
UNIVERSITAS AIRLANGGA

Pencegahan dan Pengobatan ROD

Pengendalian hiperphosphatemia :
Target serum phospat : 6 mg/dl
Diet; pantangan susu, yogurt, es krim, daging (termasuk pencegahan hiperkalemia)
Konsumsi tablet kalsium karbonat 500-600 mg/hari (termasuk pengobatan hipokalsemia)
sebagai penghambat absorbsi fosfat
Pengendalian PTH :
Pemberian kalsitrol (hanya dilakukan pada pasien dengan kadar fosfat normal dan PTH >
2,5x normal karena dapat meningkatkan absorbsi fosfat dan kalsium)
UNIVERSITAS AIRLANGGA

Pengobatan Gejala Uremi Spesifik

Pembatasan Asupan Protein

Pemberian diet tinggi protein pada pasien CKD akan menyebabkan penimbunan hasil
metabolisme protein seperti nitrogen, urea, dan ion anorganik sehingga menimbulkan
gejala uremik seperti pruritus dan keluhan gastrointestinal seperti mual.

Selain mengurangi gejala uremik, protein tinggi dapat mengakibatkan peningkatan aliran
darah dan tekanan intraglomerular

Pembatasan dilakukan pada pasien dengan GFR <= 60 ml/mnt


UNIVERSITAS AIRLANGGA

Anemia
Kerusakan ginjal menyebabkan defisiensi Eritropoietin
Terapi :
1. pemberian EPO rekombinan (kelemahan : mahal dan efek kerja lama)
2. Transfusi PRC (murah dan cepat); hati-hati penularan penyakit, monitoring ketat
karena efek bahaya overhidrasi dan hiperkalemia
UNIVERSITAS AIRLANGGA

Deteksi dan Pengobatan Infeksi

Penderita CKD merupakan pasien dengan imunocompromised sehingga harus selalu


mempertimbangkan kemungkinan infeksi

Penyesuaian Pemberian Obat

Pemberian obat dihindari yang bersifat nefrotoksik seperti aminoglikosida, obat yang
meningkatkan protein seperti tetrasiklin, dan diuretik hemat kalium perlu dihindari
UNIVERSITAS AIRLANGGA

Deteksi Komplikasi dan Persiapan Dialisis

Hemodialisis dilakukan pada CKD stage 5, namun pada komplikasi seperti ensefalopati uremik,
perikarditis, neuropati progresif, hiperkalemia yang tidak respon terapi lain, overload cairan,
dan lain-lain, hemodialisis dapat dilakukan.
Pembuatan akses vaskuler dianjurkan jika clearance creatinine < 20 ml/menit, dan harus
dilakukan pada clearance creatinine < 15 ml/menit.
UNIVERSITAS AIRLANGGA

Thank You!

Anda mungkin juga menyukai