Anda di halaman 1dari 7

Fikih Dan Syari’ah

Hakikat Fikih
 Fikih secara bahasa mempunyai arti
pengetahuan dan pemahaman terkait suatu
hal. Secara istilah, sebagian ulama
berpendapat bahwa fikih adalah displin ilmu
yang membahas tentang hukum-hukum
syara’ (bersifat amaliah) yang diperoleh dari
dalil-dalil yang terperinci, baik dari Quran
maupun Hadits.
• Abu Ishaq bin Ali al-Fairuzabadzi as-Syirazi
mengatakan bahwa fikih adalah mengetahui
beberapa hukum syariat yang diperoleh
melalui ijtihad seorang mujtahid. (Al Luma’,
h. 82)

• Fikih bisa dimaknai sebagai elaborasi


terhadap syari’ah yang berisi rincian atau
kejelasan dari syari’ah.
Ruang lingkup kajian fikih berada di dalam
persoalan-persoalan yang berkaitan dengan
amaliah atau perbuatan manusia, yang
pemahaman hukumnya didapatkan dari sumber
hukum melalui serangkaian proses ijtihad.
Karena didapatkan melalui proses ijtihad, maka
banyak sekali perbedaan pendapat tentang suatu
hukum yang disampaikan oleh Mujtahid.

• Qiyas
Sumber • Istihsan
• Quran • Maslahah HasilHukum
Hukum • Ijtihad
Islam Hadits Mursalah Ijtihad
• Saddu
Adzdzarai’’

2
Hakikat Syari’ah

3
Ibnu Hazm dalam kitab Al-Ihkam fi Ushulil
Ahkam berpendapat bahwa Syariah adalah nash
(teks yang tidak multitafsir) yang terdapat di
dalam Al-Quran, nash hadits adalah nash yang
didapat dari perbuatan Baginda NAbi, nash yang
didapat dari taqrir Baginda Nabi, dan ijma’
sahabat.

Dari penjelasan di atas, syariah bisa dipahami


sebagai segala tuntunan, perintah, atau
larangan yang diberikan oleh Allah kepada
hambaNya, baik dalam bidang akidah, amaliah,
(perbuatan fisik), dan akhlak. Semua sumber
tuntunan, perintah, atau larangan bisa
didapatkan dari teks yang terdapat dalam
Quran dan Hadits.
Hubungan
Fikih dan Syari’ah
4

Fikih dan Syari’ah memiliki hubungan


kausalitas atau sebab akibat, serta
hubungan antara keumuman dan
kekhususan. Karena ada Syari’ah di
situlah ada fikih. Ini bisa dilihat dari poin
berikut ini:

Pertama, obyek kajian syariat sifatnya lebih


umum karena mencakup akidah, perbuatan,
dan akhlak manusia. Sedangkan fikih hanya
berlaku pada amaliah perbuatan manusia, tidak
membahas persoalan akidah dan akhlak.

Kedua, Syari’ah bersifat absolut karena memang


hakikat syariah itu diterima begitu saja sesuai
dengan apa yang dijelaskan oleh Allah (Taken
for Granted). Sedangkan fikih tidak memiliki
sifat absolut semacam itu karena merupakan
temuan dari ijtihad masing-masing mujtahid.
Perbedaan pendapat pasti ada dalam memutuskan
sebuah hukum fikih, dan Rasulullah tidak
mempermasalahkan hal tersebut karena ia
menganggap keduanya sebagai sesuatu yang bisa
membuahkan pahala.

Ketiga, syariat menggunakan bahasa yang


terkadang lebih umum dan membutuhkan yang
rincian dari sebuah perintah atau tuntunan,
sehingga di sinilah peran mujtahid untuk
menggali sebuah hukum.

Contohnya, kewajiban salat adalah syariat yang


dijelaskan nash Quran sedangkan teknis
pelaksanaannya dijelaskan oleh teks Hadits yang
bervariasi, dan dipahami berbeda oleh kalangan
mujtahid, misal terkait kesunahan qunut dan letak
sujud sahwi.
5
ANALOGI SYARIAH dan FIKIH

‫ " َع ْن اَن ِفع ٍ َع ْن ا ْب ِن مُع َ َر َريِض َ اهَّلل ُ َعهْن ُمَا قَ َال قَ َال النَّيِب ُّ َصىَّل اهَّلل ُ عَلَ ْي ِه َو َسمَّل َ ي َ ْو َم اَأْل ْح َز ِاب اَل‬
َّ ‫ي ُ َص ِل ّنَي َّ َأ َح ٌد الْ َعرْص َ اَّل يِف بَيِن قُ َريْ َظ َة فََأد َْركَ ب َ ْعضُ ه ُْم الْ َعرْص َ يِف‬
‫الط ِر ِيق فَ َق َال ب َ ْعضُ ه ُْم اَل ن َُصيِّل‬
‫َحىَّت نَْأ ِتهَي َا َوقَ َال ب َ ْعضُِإ ه ُْم ب َ ْل ن َُصيِّل ل َ ْم يُ ِر ْد ِمن َّا َذكِل َ فَ ُذ ِك َر َذكِل َ ِللنَّيِب ِ ّ َصىَّل اهَّلل ُ عَلَ ْي ِه َو َسمَّل َ فَ ْمَل‬
‫ ِك َتاب الْ َمغ َِازي؛ اَب ب َم ْر ِجع ِ النَّيِب ِ ّ َص ىَّل اهَّلل ُ عَلَ ْي ِه َو َس مَّل َ ِم ْن‬:‫يُ َع ِنّ ْف َوا ِحدً ا ِمهْن ُ ْم [ البخاري‬
]‫اَأْل ْح َز ِاب‬
 Artinya: Baginda Nabi ketika perang Ahzab pernah
memberi intruksi kepada para sahabat: jangan ada
seorangpun yang melakukan salat ashar kecuali sudah
sampai perkampungan Bani Quraidhah.
 Di tengah perjalanan sebagian sahabat, masuk waktu
salat ashar. Sebagian sahabat berkata: kami tidak akan
salat ashar sehingga kami sudah berada di perkampungan
Bani Quraidhah.
 Sebagian sahabat berkata: tidak, kami akan salat ashar
terlebih dulu, bukan begitu yang dikehendaki Baginda
Nabi, beliau hanya ingin agar kita bisa bergegas sampai
tujuan.
 Kejadian tersebut disampaikan kepada Baginda Nabi dan
ternyata beliau tidak menyalahkan satupun dari mereka
atas keputusan yang mereka pilih.
PENJELASANNYA BEGINI

 Dari kisah tersebut bisa kita buat


penggambaran bahwa perintah
dari Baginda Nabi (jangan ada
seorangpun yang melakukan salat
ashar kecuali sudah sampai
perkampungan Bani Quraidhah)
itu adalah syariat.
 Adapun pertimbangan serta
keputusan yang diambil para
sahabat setelah mendengar,
mencermati dan memahami adalah
fikih.

Anda mungkin juga menyukai