Hukum Waris BAB II G
Hukum Waris BAB II G
AB INTESTATO
OLEH :
Dra. Tuti Herawati, SH.,MH
CARA PEWARISAN BERDASARKAN UU
(AB INTESTATO)
Pasal 852 BW
Pada gol.III terjadi kloving → ½ harta untuk keluarga ibu dan ½ untuk
keluarga ayah, keluarga sedarah dalam garis lurus ke atas → pasal
850 dan 853 KUHPerdata
GOL IV Keluarga sedarah lainnya dalam garis menyamping sampai derajat ke-6
(pasal 858) → paman+bibi
MACAM MACAM PENGGANTIAN TEMPAT
1. Penggantian tempat ini hanya berlangsung jika ahli waris yang sah telah meninggal
dunia. Pasal 847 BW menyatakan bahwa, “tidak seorangpun diperbolehkan bertindak
untuk orang yang masih hidup sebagai penggantinya”.
2. Orang yang bertindak sebagai pengganti haruslah keturunan yang sah dari orang yang
digantikan tempatnya. Dengan demikian untuk anak luar kawin, janda, duda tidak dapat
menggantikan tempat.
3. Seorang pengganti haruslah memenuhi syarat sebagaimana ahli waris lainnya, yaitu :
a. Harus sudah ada dan masih ada ketika pewaris meninggal dunia.
b. Tidak menolak warisan.
c. Bukan orang yang dinyatakan tidak patut menerima warisan.
MACAM PENGGANTIAN
TEMPAT
Ca Cb E Ba
Contoh IV :
A+
Ahli waris A :
B. Ca, Cb menggantikan C yang telah
meninggal. Ea dan Eb menggantikan E
B C+ anak luar kawin. Jadi kedudukan anak
E+ luar kawin dapat digantikan oleh
anaknya.
Ea Eb Ca Cb
Contoh V :
Menurut pasal 848 BW dikatakan bahwa,
1960 “seorang anak mengganti kedudukan orang tua
A+ tadi, bahkan bolehlah terjadi seorang pengganti
orang lain yang telah menolak menerima
warisan”.
C meninggal dunia pada tahun 1950 dengan
1950 meninggalkan D, namun D menyatakan menolak
warisan dari C. Tahun 1960 A meninggal dunia,
B C+ ahli warisnya B, dan D menggantikan C.
Dengan demikian dapat kita lihat bahwa,
walaupun D menolak warisan dari C, namun D
masih dapat menerima warisan dari A karena
D kedudukan D menggantikan C.
2. Penggantian tempat menurut pasal 844 BW
Penggantian tempat menurut pasal 844 BW ini adalah dalam garis menyimpang
penggantian diperbolehkan atas keuntungan sekalian anak dan keturunan saudara laki-
laki dan perempuan yang telah meninggal terlebih dahulu, baik mereka mewaris
bersama-sama dengan paman atau bibi mereka walaupun warisan itu setelah
meninggalnya semua saudara si meninggal lebih dahulu, harus dibagi antara sekalian
keturunan mereka yang mana satu dengan yang lainnya bertalian keluarga dalam
golongan yang tidak sama.
Contoh :
A meninggal pada tahun 1965, C meninggal
tahun 1963, maka ahli ahli warisnya adalah :
B saudara dari A Ca dan Cb menggantikan
kedudukan C.
C 1958 Dari ketentuan pasal 844 BW tersebut perlu
A+
diingat tentang adanya pasal 861 BW yang
1965 B menyatakan bahwa keluarga sedarah yang
dengan si mati bertalian keluarga dalam
+ + garis menyimpang lebih dari derajad ke-6
tidak berhak mewaris.
3.Penggantian tempat menurut pasal 845 BW
Menurut pasal ini, penggantian tempat dalam garis meyimpang
diperbolehkan juga bagi keponakan apabila di samping mereka
yang mempunyai pertalian darah terdekat masih ada keturunan
dari saudara daripada orang yang mempunyai pertalian darah
terdekat tadi.
Contoh Kasus :
Mewaris karena diri sendiri (Uit Eigen Hoofde) seperti yang diatur dalam pasal
480 BW, ialah bahwa anak dari seseorang yang telah dinyatakan tidak patut
menerima warisan (onwaardig) ataupun anak dari orang yang menolak warisan
berhak untuk menerima warisan karena dirinya sendiri.
Contoh I :
A+ A meninggal dunia. B dinyatakan tidak patut
menerima warisan (onwaardig), maka C dan
D menerima warisan karena diri sendiri (uit
B eigen hoofde).
(onwaardig)
C D
Contoh II :
A+
D E F G