SISTEM PERKANTORAN
3.1 KONSEP SISTEM
Pada sebuah organisasi terdapat beberapa fungsi
(pemasaran, keuangan, SDM, R&D, produksi, dan
lainnya), dimana masing-masing mempunyai aktivitas
dan deskripsi pekerjaan yang berbeda satu sama
lainnya.
Aktivitas pekerjaan pada bagian administrasi
(perkantoran) sebagian besar menghasilkan data dan
informasi. Data adalah kumpulan fakta yang
merepresentasikan keadaan maupun aktivitas
pekerjaan sebelum diolah dan diorganisasikan ke
dalam form yang dapat dipahami oleh orang lain.
Adapun informasi merupakan data yang telah diubah
ke dalam form yang dapat dipahami dan berguna bagi
organisasi. Pengelolaan data dan informasi yang baik
akan membuat keputusan maupun pengontrolan yang
dilakukan oleh Manajer Administrasi, baik yang
bersifat strategis maupun taktis, semakin optimal
guna mencapai tujuan organisasi. Hal ini disebabkan
karena sistem perkantoran yang baik akan
menjelaskan bagaimana sebuah data dikumpulkan,
ditransformasikan ke dalam form agar dapat
didistribusikan, mendapatkan umpan balik, hingga
sebuah keputusan dapat diambil oleh manajer.
Beberapa manfaat digunakannya pendekatan sistem
(Quible, 2001) adalah:
Mengoptimalkan hasil dari penggunaan sumber daya
yang efisien;
Salah satu alat pengendali biaya;
Untuk mengefisienkan aktivitas yang dilakukan
dalam kantor;
Alat bantu pencapaian tujuan organisasi;
Alat bantu organisasi dalam menerapkan fungsi-
fungsinya.
Adapun kerugiannya adalah:
Pengoperasian yang kurang fleksibel akan
menjadikan sistem tidak berfungsi secara optimal;
Tuntutan lingkungan untuk mengubah sebuah
metode atau prosedur akan menyebabkan perubahan
pada metode atau prosedur bagian atau departemen
yang lain. Begitu juga, jika sistem atau subsistem
diubah, maka seluruh metode dan prosedur di suatu
organisasi akan ikut berubah;
Perlunya waktu sosialisasi bagi sebuah metode,
prosedur, atau sistem baru yang akan diterapkan
perusahaan;
Kemungkinan terdapat resistensi dari anggota
organisasi.
Karakteristik Sistem
Menurut Mcleod dan Schell (2001), sebuah sistem
yang baik memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Fleksibel. Walaupun sistem yang efektif adalah
sistem yang terstruktur dan terorganisir dengan
baik, namun sebaiknya cukup fleksibel agar lebih
mudah disesuaikan dengan keadaan yang sering
berubah.
2. Mudah diadaptasikan. Sistem yang baik juga harus
cepat dan mudah diadaptasikan dengan kondisi
baru tanpa mengubah sistem yang lama maupun
mengganggu fungsi utamanya.
3. Sistematis. Agar berfungsi secara efektif, hendaknya
sistem yang ada bersifat logis dan sistematis, yaitu
sistem yang dibuat tidak akan mempersulit aktivitas
pekerjaan yang telah ada.
4. Fungsional. Sistem yang efektif harus dapat
membantu mencapai tujuan yang telah ditentukan.
5. Sederhana. Sebuah sistem seharusnya lebih
sederhana sehingga lebih mudah dipahami dan
dilaksanakan.
6. Pemanfaatan sumber daya yang optimal. Sistem yang
dirancang dengan baik akan menjadikan
penggunaan sumber daya yang dimiliki organisasi
dapat dioptimalkan pemanfaatannya.
Unsur Sistem
Menurut ( Laudon dan Laudon, 2004; Odgers, 2005)
sebuah sistem yang ideal memiliki unsur sebagai berikut:
1. Input. Aliran sistem dimulai oleh input dari beberapa
jenis sumber daya. Di dalam area kerja, jenis input yang
biasa dijumpai adalah data, informasi, dan material
yang diperoleh baik dari dalam maupun luar organisasi.
2. Processing. Perubahan dari input menjadi output yang
diinginkan dilakukan pada saat pemrosesan yang
melibatkan metode dan prosedur dalam sistem.
Biasanya aktivitas ini akan secara otomatis
mengklasifikasikan, mengonversikan, menganalisis,
serta memperoleh kembali data atau informasi yang
dibutuhkan.
3. Output. Setelah melalui pemrosesan, input akan
menjadi output, berupa informasi pada sebuah kertas
atau dokumen yang tersimpan secara elektronik.
Output ini akan didistribusikan kepada bagian atau
pegawai yang membutuhkan.
4. Feedback. Pemberian umpan balik mutlak diperlukan
oleh sebuah sistem, karena hal itu akan membantu
organisasi untuk mengevaluasi dan memperbaiki
sistem yang ada sekarang menjadi lebih baik lagi.
5. Pengawasan. Seperti halnya elemen sistem yang lain
pengawasan juga memiliki dimensi internal dan
eksternal. Dimensi internal yaitu kebijakan perusahaan
dan prosedur sistem yang harus ditaati. Dimensi
eksternal melibatkan negara, peraturan pemerintah,
dan regulasi yang berdampak pada kebijakan sistem
begitu juga etika, dan pertimbangan moral.
Tahapan dalam Pengembangan Sistem
Tahapan pengembangan sistem menurut Quible (2001):
1. Batasi secara jelas proses yang perlu dipelajari.
2. Beri rencana tentang isi dan proses yang berjalan.
Rencanakan setiap proses yang berjalan dari masing-
masing langkah. Lengkapi dengan langkah-langkah
yang dapat meyakinkan, yaitu dengan memberikan
pertanyaan-pertanyaan berikut: siapa, apa, kapan,
dimana, mengapa, dan bagaimana.
3. Analisis proses yang sedang berjalan. Adanya
pertanyaan dapat membantu mengidentifikasi proses
dengan sederhana, aktivitas kantor apa yang perlu
dieliminasi atau dapat dikombinasi dengan yang lain.
4. Rencanakan proses yang dikembangkan. Pada beberapa
kasus dapat di coba dengan menggunakan uji coba dan
segera melakukan pembenahan sebelum sistem
seluruhnya diimplementasikan.
5. Buat proses baru. Setelah keputusan dibuat untuk
diimplementasikan pada proses yang baru, maka
pembuatan proses baru dapat dimulai.
Jenis Sistem
Menurut Martin dkk. (2002), terdapat 4 jenis sistem,
antara lain:
6. Sistem pada tingkatan operasional. Berupa sistem
komputer yang mencatat transaksi harian dalam bisnis,
seperti pemasukan data penjualan, data pembayaran gaji
atau tagihan, dan sebagainya.
7. Sistem pada tingkatan staf (perkantoran). Sistem
informasi yang mendukung pekerjaan yang dilakukan
pegawai teknis maupun pegawai administrasi. Beberapa
sistem yang dapat digunakan antara lain Microsoft
Office, document imaging system, dan lain-lain.
3. Sistem pada tingkatan manajemen. Menurut Laudon dan Laudon
(2004), ada 2 sistem yang dapat diklasifikasikan dalam sistem ini:
- Sistem informasi manajemen (Management Information
System-MIS): sistem informasi yang mendukung fungsi
perencanaan, pengorganisasian, pengawasan, dan pengambilan
keputusan dengan menyediakan ringkasan rutin tentang
aktivitas pekerjaan.
- Sistem pendukung keputusan (Decision Support System-DSS):
sistem informasi pada tingkatan manajemen yang
mengkombinasikan data dengan sistem analisis data untuk
mendukung pengambilan keputusan yang terstruktur maupun
tidak.
4. Sistem pada tingkatan strategis. Sistem informasi yang
mendukung aktivitas perencanaan jangka panjang (strategis)
yang dilakukan oleh manajer senior, yang biasa dikenal dengan
nama ESS (executive support system). Sistem ini ditujukan untuk
menangani masalah yang tidak rutin terjadi dan membutuhkan
pertimbangan, evaluasi, dan solusi yang tidak normal.
Mendeteksi Sistem Informasi yang Bermasalah
Masalah yang terdapat pada organisasi berkaitan
dengan sistem informasi tidak lepas dari 3 aspek, yaitu
manajemen, organisasi, dan teknologi (Laudon dan
Laudon, 2004). Terdapat 6 langkah yang dapat
digunakan dalam mendeteksinya yaitu:
1. Mengidentifikasi masalah. Masalah apakah yang ada
di sistem? Apakah manajemen, teknologi, organisasi,
ataukah kombinasi ketiganya? Isu apakah dari
masing-masing aspek yang berkontribusi terbesar
dalam permasalahan tersebut?
2. Apakah solusi yang paling tepat? Apa tujuan dari
solusi yang ditawarkan? Adakah solusi alternatif
yang dapat diajukan? Manakah alternatif terbaik
bagi permasalahan ini dan mengapa?
3. Bagaimana solusi yang ditawarkan akan memberikan nilai
tambah bagi organisasi?
4. Teknologi apa yang diharapkan bisa mengatasi masalah ini?
5. Perubahan apakah yang dibutuhkan dalam proses
organisasi guna mendukung solusi yang ditawarkan?
6. Kebijakan manajemen apa yang dibutuhkan untuk
mengatasi masalah yang dihadapi?