Laporan Kasus Hemofilia
Laporan Kasus Hemofilia
HEMOPHILIA
Pembimbing: dr. Hasan basri, SpA.
Penyusun: Della Ayu Putri (2015.061.214)
IDENTITAS PASIEN
Nama : An. M
Usia : 8 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Alamat : Kp. Lemah Duhur RT 15/
RW05
Care giver : orang tua (ibu)
Tanggal Pemeriksaan : 13 – 03 – 2017
Tanggal masuk RS : 22 – 02 – 2017
Tanggal keluar RS : 15 – 03 – 2017
IDENTITAS ORANG TUA
Ayah Ibu
Nama ayah : Tn. Y Nama ibu: Ny. A
Usia : 45 tahun Usia : 40 tahun
Alamat : Kp Lemah Duhur
Alamat : KP Lemah Duhur
Pekerjaan: Guru Madrasah
Pekerjaan: Pedagang
Pendidikan : D3
Suku
Suku : Sunda
: Sunda
Agama : Islam Agama : Islam
Pendapatan : 4 juta / bulan Pendapatan : 1-2 juta/bulan
Anamnesis (Aloanamnesis dengan Ibu
pasien)
Keluhan Utama
• Perdarahan yang tidak kunjung berhenti
Keluhan tambahan
• Nyeri
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dibawa oleh Ibunya ke IGD RSUD Syamsudin SH dengan
keluhan perdarahan di jari ke 3 tangan kiri pada bekas luka tusuk 1 bulan
SMRS. Jari pasien kembali berdarah saat sedang main dengan temannya di
sekolah. Perdarahan terjadi di jari yang sama dengan sebelumnya terluka 1
bulan SMRS. Saat datang, masih terdapat perdarahan aktif pada jari pasien.
Pasien juga mengeluhkan adanya nyeri pada jari yang berdarah, pada saat
datang ke rumah sakit luka akibat tertusuk gunting sudah membentuk ulkus,
tidak lagi berupa luka terbuka.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat Keluhan Serupa
• 1 bulan SMRS pasien teluka pada jari yang sama dan darah susah berhenti. Pasien dirawat di Bangsal Tanjung kurang lebih 1 minggu dengan
diagnosa anemia dan suspek kelainan pembekuan darah.
Riwayat alergi obat maupun makanan
• Disangkal
Riwayat Trauma
• Disangkal
Riwayat Operasi
• Disangkal
Dilahirkan secara spontan per vaginam dibantu oleh bidan di rumah tanpa
penyulit dengan BBL : 2850 gram
Menangis kuat saat lahir, sianosis (-), bergerak aktif
Tanda-tanda vital
Tekanan Darah : 90/60 mmHg (P5: <90 mmHg; P50: 97/58 mmHg; P90:
111/73 mmHg; P95: 115/77; P99: 122/85)
Nadi : 110 x/menit (N: 60-100 x/menit) Teratur, kuat dan penuh
Laju pernapasan : 24 x/ menit (N: 14-22 x/menit)
Suhu : 36OC (N: 36.5-37.5°C)
Pemeriksaan Fisis (2)
Kepala : Normosefali, deformitas (-)
Mata : Konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-), air mata (+/+), pupil isokor
3mm/ 3mm, refleks cahaya langsung (+/+), Refleks cahaya tidak langsung (+/+)
15
Pemeriksaan Fisis (3)
Thorax Abdomen
Paru: Inspeksi : Tampak datar
Auskultasi: Bising usus (+) , 6-7x per menit
Inspeksi : gerakan napas tampak simetris,
Palpasi: Supel, nyeri tekan (-), hepar teraba 5 cm dari
retraksi subcostal (-) arcus costa, splen tidak teraba
Palpasi: gerakan napas teraba simetris Perkusi : Timpani
Perkusi : sonor Ekstremitas: Akral hangat, CRT< 2 detik, edema (-/-/-/-), akral
Auskultasi: bunyi napas vesikuler +/+, ronkhi hangat, CRT< 2 detik, edema (-), terdapat luka terbuka a/r
-/-, wheezing -/- phalang proksimal digiti III manus sinistra dengan
perdarahan aktif
Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
Kulit : Turgor kulit baik, ptechiae (-)
Palpasi: ictus cordis tidak teraba
Auskultasi: bunyi jantung I dan II reguler, murmur (-),
gallop (-)
Pemeriksaan Neurologis (1)
Kesadaran : compos mentis (GCS E4V5M6)
Saraf Kranial
NI : tidak dilakukan
N II : pupil isokor 3mm/3mm, refleks cahaya langsung +/+, refleks cahaya tidak langsung +/+
N III, IV & VI : gerak bola mata baik, tidak ada strabismus
NV : fungsi sensorik dan motorik wajah baik
N VII : wajah tampak simetris
N VIII : respon suara baik
N IX, X : saliva (+), refleks menelan baik
N XI : tonus m. trapezius baik dan simetris
N XII : lidah simetris, deviasi dan fasikulasi (-)
Pemeriksaan Neurologis (2)
Refleks Fisiologis
Biceps ++/++
Triceps ++/++
Patela ++/++
Achilles ++/++
Refleks Patologis
Babinski -/-, Chaddock -/-, Gordon -/-, Schaeffer -/-, Oppenheim -/-,
Refleks Otonom
BAB (+)
BAK (+)
Keringat (+)
RESUME
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik :
Mata : konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-), cekung (-), pupil isokor 3mm/3mm
Ekstremitas : Akral hangat, CRT< 2 detik, edema (-), terdapat luka terbuka a/r phalang proksimal digiti III manus sinistra
dengan perdarahan aktif
Paru, Abdomen, Jantung, PF Neurologis : dalam batas normal
Diagnosis Banding Saran Pemeriksaan
Kasus Gejala menurut Teori
Pendekatan Diagnosis Pemeriksaan Fisik : Pemeriksaan Fisik :
Keadaan umum : Tampak sakit sedang Kulit mudah memar, perdarahan memanjang akibat
Kesadaran : Compos Mentis GCS E4V5M6 luka, hematuria spontan, epiktasis, hemartrosis
Tanda-tanda vital (perdarahan pada persendian menyebabkan nyeri,
Tekanan Darah : 90/60 mmHg pembengkakan, dan keterbatasan gerak, perdarahan
(P5: <90 mmHg; P50: 97/58 mmHg; jaringan lunak.
P90: 111/73 mmHg; P95: 115/77;
P99: 122/85)
Nadi : 110 x/menit (N: 60-100
x/menit) Teratur, kuat dan penuh
Laju pernapasan : 24 x/ menit (N: 14-
22 x/menit)
Suhu : 36OC (N: 36.5-37.5°C)
Ekstremitas : Akral hangat, CRT< 2 detik,
edema (-), terdapat luka terbuka a/r phalang
proksimal digiti III manus sinistra dengan
perdarahan aktif
Paru, Abdomen, Jantung, PF Neurologis :
dalam batas normal
Kasus Gejala menurut Teori
Pendekatan Diagnosis Etiologi Etiologi
Hemofilia A disebabkan oleh defisiensi faktor VIII, Hemofilia A disebabkan oleh defisiensi faktor VIII,
sedangkan hemofilia B disebabkan karena sedangkan hemofilia B disebabkan karena
defisiensi faktor IX defisiensi faktor IX
Terapi Terapi
Cefotaxime 2 x 1 gr IV Transfusi koate bertujuan untuk
Asam traneksamat 3 x 250mg IV mempertahankan nilai faktor VIII yang
Ketorolac 1x ½ ampul berperan dalam proses pembekuan darah
Untuk hemofilia A diberikan konsentrat F VIII
Khusus dengan dosis 0.5 x BB (kg) x kadar yang
Transfusi koate 500 ml diinginkan (%). F VIII diberikan tiap 12 jam
- Transfusi 15-25 ui/kgBB sedangkan F IX diberikan tiap 24 jam untuk
hemofilia B
Hemophilia
Tinjauan Pustaka
Definisi
Hemofilia suatu penyakit yang diturunkan, yang artinya
diturunkan dari ibu kepada anaknya pada saat anak tersebut
dilahirkan.
Penyakit kelainan faktor Gen Faktor VIII dan Faktor IX
yang teretak pada kromosom X bersifat resesif, maka
penyakit ini dibawa oleh perempuan (Karier , XXh) dan
bermanifestasi klinis pada laki-laki (pasien XhY)
Epidemiologi
Hemofilia tersebar di seluruh ras di dunia dengan prevalensi sekitar 1/10
000 penduduk untuk hemofilia A dan 1/50 000 penduduk untuk hemofilia
B.
Survei yang dilakukan oleh World Federation of Hemophilia (WFH) pada
tahun 2010, terdapat 257.182 penderita kelainan perdarahan di seluruh
dunia, di antaranya dijumpai 125.049 penderita hemofilia A dan 25.160
penderita hemofilia B.
Di Indonesia, berdasarkan survei tersebut di atas, terdapat 334 orang
penderita hemofilia A, 48 orang penderita hemofilia B dan 1006 orang
penderita hemofilia yang belum ditentukan jenisnya.
Patofisiologi (1)
Proses hemostasis tergantung pada faktor koagulasi, trombosit dan pembuluh darah.
Mekanisme hemostasis terdiri dari :
1. Respon pembuluh darah
2. Adesi trombosit
3. Agregasi trombosit
4. Pembentukan bekuan darah
5. Stabilisasi bekuan darah
6. Pembatasan bekuan darah pada tempat cedera oleh regulasi antikoagulan, dan
7. Pemulihan aliran darah melalui proses fibrinolisis dan penyembuhan pembuluh darah
Patofisiologi (2)
Cedera pada pembuluh darah akan menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah dan
terpaparnya darah terhadap matriks subendotelial.
Faktor von Willebrand (vWF) akan teraktivasi diikuti adesi trombosit. Setelah proses
ini, adenosine diphosphatase, tromboxane A2 dan protein lain trombosit dilepaskan
granul yang berada di dalam trombosit dan menyebabkan agregasi trombosit dan
perekrutan trombosit lebih lanjut.
Cedera pada pembuluh darah juga melepaskan faktor jaringan dan mengubah
permukaan pembuluh darah, sehingga memulai kaskade pembekuan darah dan
menghasilkan fibrin. Selanjutnya bekuan fibrin dan trombosit ini akan distabilkan
oleh faktor XIII.
Patofisiologi (3)
Penderita hemofilia dimana terjadi defisit F VIII atau F IX maka pembentukan
bekuan darah terlambat dan tidak stabil. Oleh karena itu penderita hemofilia
tidak berdarah lebih cepat, hanya perdarahan sulit berhenti.
Namun pada luka yang terbuka dimana efek tamponade tidak ada, perdarahan
masif dapat terjadi. Bekuan darah yang terbentuk tidak kuat dan perdarahan
ulang dapat terjadi akibat proses fibrinolisis alami atau trauma ringan.
Klasifikasi
Manifestasi
Kelainan pembekuan darah biasa diketahui setelah tindakan sirkumsisi atau suntikan.
Gejala khasnya : hematrosis (perdarahan sendi) yang nyeri dan menimbulkan keterbatasan gerak.
Persendian yang bengkak, nyeri atau pembengkakan pada tungkai atau lengan (terutama lutut atau siku)
Ultrasonograph Doppler / Pletismografi (mengetahui aliran darah yang melambat melalui pembuluh darah)
Prognosis
Prognosis bergantung pada tipe dan tingkat keparahan dari hemofilia. Seperti
dijelaskan sebelumnya, kondisi klinis penderita hemofilia sangat bervariasi
dari ringan bahkan hingga berat dan mengancam jiwa.
TERIMA KASIH