Anda di halaman 1dari 23

SISTEMASI PELATIHAN

Senior Course
HMI Cab. Sumenep 2021

Fausi Arifin
Pengertian Pelatihan
“Pelatihan adalah suatu bagian pendidikan yang menyangkut proses
belajar untuk memperoleh dan meningkatkan keterampilan diluar
sistem pendidikan yang berlaku, dalam waktu yang relatif singkat
dan dengan metode yang lebih mengutamakan praktek dari pada
teori”
Model-model Training Berdasarkan Kebutuhan
Pelatihan (Training Need\assessment)
1. Model Induktif

Model ini digunakan untuk mengidentifikasi jenis kebutuhan belajar


yang bersifat kebutuhan terasa (felt needs) atau kebutuhan belajar
dalam pelatihan yang dirasakan langsung oleh peserta pelatihan
Langkah-langkah Pelaksanaan Model Pelatihan Induktif

PENGUKURAN KEMAMPUAN PESERTA LATIHAN

PENGELOMPOKAN KEMAMPUAN DALAM KAWASAN PROGRAM PELATIHAN

MEMBANDINGKAN KEMAMPUAN PESERTA DENGAN MATERI PELATIHAN

MENETAPKAN KESENJANGAN KEMAMPUAN KETERAMPILAN

MENGEMBANGKAN PROSES PELATIHAN (BELAJAR)

MELAKSANAKAN PELATIHAN (PEMBBELAJARAN)

PENELITIAN
 2. MODEL DEDUKTIF
◦ Pendekatan pada model ini dilakukan secara deduktif, dalam, pengertian
bahwa identifikasi kebutuhan pelatihan dilakukan secara umum, dengan
sasaran yang luas.
◦ Apabila akan menetapkan kebutuhan pelatihan (belajar) untuk peserta
pelatihan yang memiliki karakteristik yang sama, maka pelaksanaan
identifikasinya dilakukan pengajuan pertimbangan kepada semua peserta
pelatihan (sasaran). Hasil identifikasi diduga dibutuhkan untuk keseluruhan
peserta pelatihan (sasaran) yang mempunyai ciri-ciri yang sama. Hasil
identifikasi macam ini digunakan dalam menyusun materi pelatihan (belajar)
yang bersifat massal dan menyeluruh.
Langkah-langkah identifikasi kebutuhan belajar dalam pelatihan
Deduktif dilakukan secara massal kepada tiga pihak sasaran 

◦ Keluarga peserta pelatihan atau anggota masyarakat lain yang berkepentingan dengan
pelatihan (pendidikan)
◦ Peserta pelatihan, untuk setiap jenis materi pembelajaran yang akan di kelas, sasaran ini
ditetapkan untuk mencocokan keinginan dan kemampuan pelatih dalam mengembangkan
proses dan materi pelatihan (pembelajaran)
◦ Pelaksana dan Pengelola Pelatihan: Kepala, penyelenggara, pelatih dll. Sasaran ini memiliki
pengalaman tentang wujud penyelenggaraan pelatihan yang telah diselenggarakan serta
berbagai hal yang berkaitan dengan aspek-aspek kegiatan pelatihan
3. Model Klasik

Model klasik ini ditujukan untuk menyesuaikan bahan belajar yang


telah ditetapkan dalam kurikulum atau program belajar dengan
kebutuhan belajar yang dirasakan peserta pelatihan (sasaran).
Berbeda dengan model yang pertama, pada model ini pelatih (tutor)
telah memiliki pedoman yang berupa kurikulum
Langkah-langkah kegiatan pada metode klasik

Mengidentifikasi Kemampuan Pada Tujuan Pelatihan

Mengidentifikasikan Kemampuan Peserta Pelatihan (sasaran)

Menetapkan Kesenjangan Kebutuhan Pelatihan

Mengembangkan Program Pelatihan

Melaksanakan Kegiatan Pelatihan

Penilaian
Model-model Pelatihan berdasar pada Proses dan Materi
Latihan
Ada beberapa model latihan yang dikembangkan para ahli yang disesuaikan
dengan pendekatan, strategi serta materi latihan. Pelatihan-pelatihan tersebut
diantaranya adalah :
1. Model latihan keterampilan kerja (Skill training for the job) 
Dikembangkan oleh Louis Genci. Model ini mencakup empat langkah yang
harus ditempuh dalam penyelenggaraan pelatihan, diantaranya:
1. Mengkaji alasan dan menetapkan program latihan
2. Merancang tahapan pelaksanaan latihan
3. Memilih sajian yang efektif
4. memilih sajian yang efektif
Otto dan Glaser dalam bukunya yang berjudul “ The Management of Training: A Handbook for
Training and Development Personnel”, mengemukakan Model Pengembangan Strategi Latihan.
Model ini terdiri atas lima langkah, diantaranya:
1. Menganalisis masalah latihan
2. Merumuskan dan mengembangkan tujuan-tujuan latihan
3. Memilih bahan latihan, media pembelajaran, metode dan teknik latihan
4. Menyusun kurikulum dan unit, materi, dan topik latihan
5. Menilai hasil latihan
METODE PELATIHAN

Metode pelatihan merupakan cara yang ditentukan untuk menjalankan program pelatihan yang
diadakan pihak terkait. Menurut Cherrington, dikatakan bahwa metode dalam pelatihan dibagi
menjadi dua yaitu on the job training dan off the job training.
ON THE JOB TRAINING
On the job training adalah suatu proses yang terorganisasi untuk meningkatkan keterampilan,
pengetahuan, kebiasaan kerja dan sikap karyawan. Dengan kata lain on the job training adalah
pelatihan dengan cara pekerja atau calon pekerja ditempatkan dalam kondisi pekerjaan yang
sebenarnya, dibawah bimbingan dan pengawasan dari pegawai yang telah bepengalaman atau
seorang supervisor
OFF THE JOB TRAINING
Off the job training atau pelatihan di luar kerja adalah pelatihan yang
berlangsung pada waktu karyawan yang dilatih tidak melaksanakan pekerjaan
rutin/biasa.
Metode-Metode Pelatihan dan Pengembangan

Metode On-the-Job
Pelatihan Instruksi Kerja
Rotasi Jabatan
Magang dan Coaching

Metode Off-the-Job
Ceramah dan Presentasi
Vestibule Training
Role Playing dan Behavior Modeling
Studi Kasus
Simulasi
Belajar Mandiri dan Pembelajaran Terprogram
Pelatihan Laboratorium
Mekanisme Pelatihan Senior Course

Rangkaian Senior Course terdiri dari 3 (tiga) fase, diantaranya:


1. Persiapan
2. Pelaksanaan
3. Penyelesaian Pelatihan
Persiapan
o H-60: Pengurus BPL HMI Cabang membentuk OC dan SC dengan mengeluarkan surat keputusan BPL
HMI Cabang. Kemudian SC membuat konsep pelatihan (dituangkan dalam Term of Reference untuk
narasumber/fasilitator, pengumuman materi screening untuk calon peserta, serta syarat dan prasyarat
kepesertaan lain yang dibutuhkan) lalu bersama OC menyusun proposal kegiatan.
o H-53: Pengurus BPL HMI Cabang mengajukan surat permohonan penerbitan surat keputusan dari
pengurus HMI Cabang (u.p. Bidang Pembinaan Anggota) dengan melampirkan proposal kegiatan.
o H-40: Pengurus HMI Cabang menerbitkan surat keputusan penyelenggaraan kegiatan jika dianggap
layak (namun bila dianggap tidak layak, maka pengurus HMI Cabang menyampaikan surat
pemberitahuan bersama lampiran evaluasi). Setelah terbit surat keputusan, OC menyebarkan proposal
dan atau pengumuman, serta mengirim surat pemberitahuan akan diselenggarakannya Senior Course
kepada pengurus BPL PB HMI
o H-35: Rapat koordinasi SC dan MoT untuk menentukan instruktur yang akan terlibat dalam screening
dan proses seleksi lain (jika ada). Kemudian SC menerbitkan surat permohonan kepada screener.
o H-30: OC mengirimkan surat permohonan kepada screener dan narasumber yang diminta SC (berikut
lampiran Term of Reference sesuai materi yang akan disampaikan), kemudian mulai mempersiapkan
perizinan lokasi, berikut hal-hal yang berkenaan dengan akomodasi penyelenggaraan Senior Course.
o H-20: SC menghubungi instruktur yang akan terlibat dalam rangkaian Senior Course (tim screener dan
MoT), lalu merumuskan Term of Reference screening dengan sistem credit point untuk penilaian objektif
yang terarah dan terukur bagi calon peserta. OC mempersiapkan kebutuhan administratif pendaftaran
(formulir pendaftaran, kuitansi pembayaran, dan lain-lain).
o H-10: SC menerbitkan surat keputusan dengan melampirkan daftar nama peserta, memastikan kesiapan
instruktur yang akan terlibat; OC mempersiapkan kebutuhan administratif screening (format penilaian,
kartu screening, daftar nama calon peserta, dan lain-lain) sesuai arahan SC. MoT mempersiapkan
kebutuhan pengelolaan Senior Course (bahan presentasi orientasi pelatihan, format curriculum vitae
narasumber, format presensi dan penilaian peserta, rancangan topik diskusi dan evaluasi peserta, dan
lain-lain).
o H-07: Rapat koordinasi gabungan untuk memastikan kesiapan penyelenggaraan Senior Course.
o H-05: SC membuka dan memulai screening, dibantu oleh instruktur yang ditunjuk untuk menjadi tim
screener dan OC yang bertugas. Soal screening yang diajukan oleh screener mengacu kepada Term of
Reference screening peserta.
o H-01: SC menerbitkan surat keputusan calon peserta yang lolos screening dengan pertimbangan dan
masukan dari tim screener yang bertugas. OC memastikan kesiapan petugas, lokasi, dan akomodasi
pembukaan Senior Course.
Pelaksanaan
o Prosesi pembukaan
o Pengondisian peserta dengan pembacaan presensi, penataan ruang forum, dan dilanjutkan perkenalan
oleh SC dan OC.
o Pembukaan forum (oleh koordinator MoT) dan perkenalan dengan MoT (dipimpin sekretaris MoT),
orientasi pelatihan Senior Course, dan kesepakatan kontrak belajar.
o Acara selanjutnya disesuaikan dengan jadwal yang telah ditentukan.
o Evaluasi peserta diadakan sesuai kebutuhan, selain screening evaluasi berupa tes formatif dan tes
sumatif.
o Prosesi penutupan
Penyelesaian

o OC bertanggung jawab atas kebersihan lokasi, menyelesaikan seluruh urusan administrasi,


mengembalikan seluruh aset yang dipinjam, dan memastikan untuk tidak mencederai nama baik HMI.
o SC menyusun evaluasi kegiatan untuk disampaikan kepada OC.
o OC menyusun laporan pertanggungjawaban kepada pengurus BPL HMI Cabang, kemudian diteruskan
kepada pengurus HMI Cabang dan BPL PB HMI.
o Pengurus BPL HMI Cabang mengirimkan surat pemberitahuan kepada BPL HMI Cabang asal peserta
yang lulus, untuk melakukan follow-up untuk instruktur baru.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai