Anda di halaman 1dari 20

JOURNAL READING

ACUTE DACRYOCYSTITIS WITH GIANT


LACRIMAL ABSCESS: A CASE REPORT

Resmi Suci - 112019240


Pembimbing : dr. Santi Anugrahsari, Sp.M,
M.Sc
Identitas Jurnal
Judul :
Acute dacryocystitis with giant lacrimal abscess: a case
report
Penulis :
Maria Di Cicco , Elisabetta Maria Bellino ,
AndreaMarabotti , et al.
Publikasi :
February 2020
https://doi.org/10.1186/s13052-020-0779-7
Penerbit: Italian journal of pediatrics
ABSTRAK
• Latar Belakang
Kasus seorang anak perempuan 4 tahun dengan
dakriosistitis akut dengan komplikasi abses lakrimal
besar yang menjalani dakriosistektomi terbuka

• Kasus
Pasien ke UGD dengan keluhan daerah kantung air mata kanan
bengkak, eritema, massa hangat dengan fluktuasi terlokalisasi di
inferior khantus medial mata kanan.
Pasien memiliki riwayat edema kelopak mata kanan bawah &
hiperemi selama 2 minggu
ABSTRAK
• Kesimpulan

Dakriosistitis akut pada anak merupakan kondisi yang


berpotensi serius. Diobati dengan antibiotik intravena dan
diikuti dengan pembedahan yang disesuaikan dengan
klinis pasien. Probing dan dakriosistorinostomi paling
banyak dilakukan pada pasien dewasa dan anak. Namun
dakriosistektomi terbuka juga pilihan yang aman dan
berhasil terutama pada kasus yang parah. Kasus dimana
studi pencitraan tidak tersedia
Latar Belakang
• Pediatric Acute dacryocystitis (PAD) merupakan
inflamasi akut sakus lakrimal. Penyebabnya adalah
Ductus nasolacrimal obstruksi.
• Tatalaksana yang sering digunakan adalah
Antibiotik sistemik dengan probing atau
dakriosistorinostomi
• Pada pasien ini dilakukan dakriosistektomi
Presentasi Kasus
• Pasien mengalami edema kelopak mata kanan
inferior & hiperemi selama 2 minggu
• Tidak demam, tidak ada gangguan penglihatan
• Riwayat NLD obstruksi sebelumnya (-), riwayat
trauma pada wajah (-)

• Diobati : dexa & netilmicin tetes mata, amoxilin


klavulanat oral
• Gejala memburuk : massa teraba hangat dengan
fluktuasi berlokasi di inferior dari medial kanthus
mata kanan. Tanpa purulent, tidak ada gejala
konjungtivitis
Pemeriksaan Penunjang

• Hasil USG : lesi bulat berbatas


tegas (2,9cm x 1,2cm x 2,2 cm)
berisi cairan anechoic
• Hasil pemeriksaal sel darah putih
7.810 mcl, c-reactive protein &
prokalsitonin dalam batas normal
• CT kepala tidak dilakukan
• Hari - 1 diberi obat teicoplanin intravena (20mg/kg
diikuti dengan 10mg/kg) & piperacillin /
tazobactam (100mg/kg)
• 3 hari kemudian lesi makin tumbuh progresif,
dengan skin fistula dan pecah yang berisi purulent
• Hasil kultur : tumbuh staphylococcus yang
sensitive terhadap metycilin
• Hari ke 5 dilakukan DCT dengan hasil estetika yang
baik
• Pemeriksaan anatomopatologi dari specimen
bedah menyingkirkan diagnosis tumor &
malformasi
• Hari ke 6 pascaoperasi pasien dipulangkan. Diberi
klindamisin oral (30mg/kg) selama 7 hari
• Follow up 2 minggu setelah operasi & 2 bulan
setelahnya tidak meunjukan kekambuhan
PEMBAHASAN
• PAD berpotensi serius dengan tanda inflamasi akut
pada sakus lakrimal
• 6 % bayi baru lahir sehat punya NLD obstruksi
kongenital & hanya 2,9 % yang berkembang jd PAD
• Gejala : nyeri akut, eritema, bengkak daerah
kantung lakrimal
• Dalam laporan kasus terbaru (320 pasien) gejala
yang sering muncul pada bengkak kantung lakrimal
yaitu nyeri akut (84,4%), pada abses lakrimal gejala
yang dialami epiphora & demam (23%)
Etiologi

• PAD disebabkan terutama karena obstruksi distal


NLD
• Pada penelitian lain, etiologinya bisa karena
sinusitis, trauma wajah, benda asing & mikroba
• Kultur bakteri. Kuman yang sering ditemui yaitu
staphylococcus aureus lalu streptococcus
pneumoniae.
Komplikasi

• PAD yang tidak diobati dapat terjadi selulitis orbita,


trombosis v.opthalmika superior, trombosis sinus
kavernosus & septikemia.
• Anak-anak lebih beresiko tinggi utk mengalami
komplikasi

Diagnosis Banding
• hemangioma, glioma hidung, ensefalokel, kista
dermoid & epidermoid, limfangioma
Tatalaksana

• Pengobatan PAD : penisilin, sefalosporin,


klindamisin / vankomisin, tapi tidak ada consensus
tentang durasi terapi
• PAD dgn terapi konservatif telah berhasil
dilaporkan pada 23% pasien
• Probing bertujuan untuk menentukan letak
obstruksi pada saluran sekresi air mata
• DCR external / endoskopi memberikan pengobatan
definitive pada orang dewasa. Tapi pendekatan ini
digunakan pada anak-anak hanya jika serangan
berulang / pada pasien yang sulit melakukan
probing. Karena anatomi yang sempit & butuh alat
khusus
• Pada pasien ini dokter mata menyarankan
dilakukan DCT untuk membuang kantung air mata
a. DCT biasanya dilakukan pada masa anak-anak,
ketika menunjukkan mucopyocele sakus lakrimal
dan fistula
b. Bila tidak mungkin untuk menyingkirkan
diagnosis tumor sakus lakrimal
c. Pada trauma
d. Pasien dengan komorbid
e. Saat DCR gagal beberapa kali
f. Saat tidak mungkin menyingkirkan diagnosis
malformasi / hypoplasia hidung
KESIMPULAN
• PAD dapat berpotensi menjadi kondisi yang serius
• Harus cepat diterapi AB intravena diikuti dengan
pembedahan disesuaikan dengan klinis pasien
• Probing & DCR adalah operasi paling banyak
digunakan pada dewasa dan anak-anak, namun
DCT terbuka adalah pilihan yang aman & bisa
berhasil, terutama dalam kasus yang parah &
pemeriksaan radiologi tidak tersedia
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai