Anda di halaman 1dari 20

Kelompok 5

NAMA ANGGOTA :
LINDA FADILA FARIS (20)
MILLENNIA AGATHA SUHARJITO (23)
PIPIT DYAH PALUPI (26)
PUTRI BERLYANTI (27)
DI/TII Kalimantan
Selatan
A. Latar Belakang

Timbulnya pemberontakan DI/TII di Kalimantan Selatan ini


sesungguhnya bisa ditelusuri dari tahun 1948 saat Angkatan Laut
Republik Indonesia (ALRI) Divisi IV sebagai pasukan utama Indonesia
dalam menghadapi Belanda di Kalimantan Selatan, telah tumbuh
menjadi tentara yang kuat dan berpengaruh di wilayah tersebut.
Namun, ketika penataan ketentaraan mulai dilakukan di Kalimantan
Selatan oleh pemerintah pusat di Jawa, tidak sedikit anggota ALRI
Divisi IV yang merasa kecewa karena diantara mereka ada yang harus
didemobilisasi atau mendapatkan posisi yang tidak sesuai dengan
keinginan mereka.
Termasuk Ibnu Hajar yang kecewa terhadap tindakan pemerintah
tersebut. Didasari rasa kekecewaan tersebut akhirnya pada 10
Oktober 1950 Ibnu Hajar membentuk pasukan yang bernama
Kesatuan Rakyat Indonesia yang Tertindas (KRyT). Dengan cepat,
ia berhasil mengumpulkan pengikut terutama di kalangan anggota
ALRI Divisi IV yang kecewa terhadap pemerintah. Latar belakang
pemberontakan di Kalimantan Selatan ini juga dikarenakan
adanya kekecewaan dari para pejuang dari Kalimantan Selatan
yang tidak mendapatkan sertifikat.
B. Kronologis Peristiwa

Ibnu Hajar sewaktu kecil dikenal sebagai sosok yang

pemberani oleh teman sebayanya. Oleh orang tuanya Ibnu

Hajar dididik dengan keras, disiplin, dan banyak

diajarkan ilmu keagamaan, dan konon juga Ibnu Hajar

diajarkan oleh ibunya ilmu kesaktian dari suku Dayak.

Ibnu Hajar tumbuh dewasa menjadi anak yang pemberani

dan alim.
Pada saat mulai dewasa itulah jiwa nasionalisme Ibnu Hajar tumbuh, dia
ingin membaktikan dirinya untuk membela tanah airnya, “banuanya”
dari penjajahan. Ibnu Hajar dikenal sebagai anak yang pintar dalam
penguasaan taktik perang gerilya dan penguasaan medan. Dan juga dia
dikenal sebagai seorang yang pemberani, selalu berada di barisan depan
dalam peperangan. Hanya kekurangan beliau tidak bisa baca tulis,
karena memang sejak kecil tidak diajarkan oleh kedua orang tuanya, dia
hanya diajarkan ilmu keagamaan dengan tulisan dan kata arab/arab
melayu.
Karena peran Ibnu Hajar ini sangat menyusahkan
Belanda, sehingga oleh pemerintah Belanda pada saat
itu dia termasuk tokoh pejuang yang sangat
berbahaya. Karena prestasi beliau itulah maka Ibnu
Hajar menjadi tokoh dan komandan pejuang bersama
Hasan Basry sampai masa kemerdekaan. Banyak
prestasi beliau pada saat masa perjuangan itu.
Kembali terlepas kepada polemic kenapa beliau
berpaling dari NKRI, intinya adalah karena
ketidakadilan terhadap para pejuang kemerdekaan
khususnya yang asli “banua”, campur tangan pusat yang
semena-mena. Singkat kata Ibnu Hajar mengkoordinir
para para pejuang yang merasa termarginalkan oleh
Negara, dan membentuk KRyT pada tanggal 10 Oktober
1950 kemudian beliau dengan anak buahnya merampok
gudang senjata milik TNI dikandangan ( sekarang Yonif
621 kandangan ).
Setelah merebut berbagai senjata dan amunisi, beliau
dan anak buahnya lari ke pedalaman gunung meratus
untuk menyusun strategi dan kekuatan. Akhir tahun
1954, Ibnu Hajar memilih bergabung untuk bergabung
dengan pemerintahan DI/TII Kartosuwiryo, yang
menawarkan padanya jabatan dalam pemerintahan
DI/TII sekaligus Panglima TII Kalimantan.
Markas besar atau basecamp kelompok “garumbulan”
(KRyt) pimpinan Ibnu Hajar ini di daerah Paramasan
( daerah di pegunungan meratus sekarang termasuk dalam
kabupaten banjar yang sekarang disengketakan oleh kab.
Tanah bumbu karena daerah ini kaya akan hasil tambang
batu bara dan bijih besi ). Paramasan terletak strategis
karena ada di jantung pegunungan meratus yang dikelilingi
gunung gunung yang tinggi dan terjal, disertai jurang jurang
yang dalam, sehingga sulit sekali untuk bisa sampai ke
daerah sana.
Dan juga daerah ini mempunyai akses mudah ke seluruh
daerah di kalsel. Seperti tanah bumbu, pelaihari, martapura,
rantau, kandangan dan barabai. Di daerah inilah Ibnu Hajar
menghimpun kekuatan dan menyususn strateginya.
Sebenarnya banyak juga basecamp “garumbulan” di daerah
lain di penjuru daerah pegunungan meratus tetapi masih
dibawah komando oleh “Mabes Paramasan”.
Kelompok KRyT atau “garumbulan” ini banyak mempunyai anggota,

kira kira jumlahnya ratusan orang. disana terkumpul mantan

pejuang yang beralih haluan, ada juga “bubuhan tacut yang jagau”

yang tidak punya pekerjaan di kampungnya karena kemiskinan dan

masih morat maritnya perekonomian NKRI pada masa itu.

Tapi ada satu mata rantai yang putus antara sosok Ibnu Hajar dan

kelompok yang dia pimpin. Ibnu Hajar dikenal sebagai sosok yang

alim, berwibawa, dan mempunyai rasa sosial yang tinggi, tetapi

bertolak belakang dengan kelompok “garumbulan”.


Kelompok “garumbulan” terkenal sangat kejam, mereka
tidak segan membunuh dan membantai orang, mereka
sering menculik masyarakat. Mereka sering menculik
masyarakat yang kaya di desa, untuk minta tebusan.
Mungkin uang tebusan ini untuk digunakan sebagai dana
operasional dan logistic mereka. Kalau tidak bisa ditebus
maka sandera ini akan dibunuh, baru mayatnya dibuang.
C. Upaya Penyelesaian

Dalam menghadapi pemberontakan Ibnu Hajar, pemerintah


pusat menggunakan tokoh-tokoh kharismatik local seperti Hasan
Basery (mantan komandannya Ibnu Khajar) dan Idham Khalid
seorang politikus dari Nahdiatul Ulama (NU), dan ada juga dari
keluarga Ibnu Hajar sendiri untuk mermbujuk Ibnu Khajar dan
KRIyTnya agar meletakan senjata atau biasa disebut juga jalan
damai. Namun upaya pemerintah untuk menghentikan
pemeberontakan ini dengan jalan damai ternyata gagal.
Akhirnya pemerintah menggunakan operasi militer untuk
menghentikan pemberontakan DI/TII Kalimantan Selatan.
Pada bulan Juli 1963, mungkin karena sudah banyak para
pengikut dekatnya nya yang mati, ditambah dana operasional
yang tidak lagi mencukupi, akhirnya dengan bujukan Ibnu
Hajarpun menyerah. Dia dibujuk supaya menyerah tapi dia
tetap akan menjadi tentara, dia akan diberi kenaikan pangkat
dan disekolahkan kemiliteran ke Jawa.
Akhirnya Ibnu Hajar mau menyerah. Pada saat penyerahan diri

Ibnu Hajar, beliau langsung disambut oleh ratusan masyarakat,

dan juga dihadiri oleh gubernur dan petinggi TNI di Kalimantan

Selatan pada saat itu, diadakan pesta besar dengan menyembelih

sapi dan dibagikan serta dimakan bersama-sama masyarakat di

desa longawang. Ibnu Hajar dan pengikutnya turun

menyerahkan diri di Desa Ambutun kemudian terus bergerak ke

desa longawang Hulu Sungai Selatan.


Ibnu Hajar turun dengan pakaian tentara kebanggaan
nya, seragam tentara dengan atribut lengkap dengan
pangkat letnan dua. Baju kebanggaan nya pada saat
dia sebelum memberontak. Ibnu Hajar berhasil
ditangkap pada 1959 dan dihukum mati pada 22 Maret
1965.
Kahar Muzakar Ibnu Hajar
PERTANYAAN

Anda mungkin juga menyukai