Anda di halaman 1dari 46

DISKUSI TOPIK

PENDEKATAN KLINIS DEMAM


4 Juni 2021

Surya Ulhaq – 1706118980


Narasumber: Dr. dr. Leonard Nainggolan, SpPD-KPTI
DEFINISI
• Demam sebagai suatu keadaan peningkatan suhu
inti, yang sering (tetapi tidak seharusnya)
merupakan bagian dari respons pertahanan
organisme multiselular (host) terhadap invasi
mikroorganisme atau benda mati yang patogenik
atau dianggap asing oleh host.

International Union of Physiological Sciences Commission for Thermal Physiology


DEFINISI
• Secara patofisiologis demam adalah peningkatan
thermoregulatory set point dari pusat hipotalamus
yang diperantarai oleh interleukin 1 (IL-1).
• Secara klinis demam adalah peningkatan suhu
tubuh 10C atau lebih besar di atas nilai rerata suhu
normal di tempat pencatatan.

El-Radhi AS, Carroll J, Klein N. Clinical manual of fever children. USA; 2009.
DEFINISI
• Suhu tubuh normal bervariasi sesuai irama suhu
circardian (variasi diurnal). Suhu terendah dicapai
pada pagi hari pukul 04.00 – 06.00 dan tertinggi
pada awal malam hari pukul 16.00 – 18.00.
• Suhu tubuh dipengaruhi oleh faktor individu dan
lingkungan, meliputi usia, jenis kelamin, aktivitas
fisik dan suhu udara ambien.
DEFINISI
DEFINISI
MEKANISME DEMAM
• Sebagai respon terhadap rangsangan pirogenik, maka
monosit, makrofag, dan sel-sel Kupffer mengeluarkan
suatu zat kimia yang dikenal sebagai pirogen
endogen IL-1 (interleukin 1), TNFα (Tumor Necrosis
Factor α), IL-6 (interleukin 6), dan INF (interferon)
yang bekerja pada pusat termoregulasi hipotalamus
untuk meningkatkan patokan termostat.
• Hipotalamus mempertahankan suhu di titik patokan
yang baru dan bukan di suhu normal.
Ganong, W.F. 2002. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 9. Jakarta: EGC. 280-281.
MEKANISME DEMAM
• Berbagai laporan penelitian memperlihatkan bahwa
peningkatan suhu tubuh berhubungan langsung dengan
tingkat sitokin pirogen yang diproduksi untuk mengatasi
berbagai rangsang.
• Rangsangan endogen seperti eksotoksin dan endotoksin
menginduksi leukosit untuk mengeluarkan pirogen
endogen, dan yang poten diantaranya adalah IL-1 dan
TNFα, selain IL-6 dan IFN.

Nelwan, R.H., 2009, Demam: Tipe dan Pendekatan. Dalam: Sudoyo, A.W., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, M., dan Setiati, S., ed.
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III, Edisi 5, Interna Publishing, Jakarta, hal. 2767-8.
MEKANISME DEMAM
• Pirogen endogen ini akan bekerja pada sistem saraf pusat
tingkat OVLT (Organum Vasculosum Laminae Terminalis) yang
dikelilingi oleh bagian medial dan lateral nukleus preoptik,
hipotalamus anterior, dan septum palusolum.
• Sebagai respon terhadap sitokin tersebut maka pada OVLT
terjadi sintesis prostaglandin, terutama prostaglandin E2
melalui metabolisme asam arakidonat jalur COX-2
(cyclooxygenase 2), dan menimbulkan peningkatan suhu tubuh
terutama demam.

Nelwan, R.H., 2009, Demam: Tipe dan Pendekatan. Dalam: Sudoyo, A.W., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, M., dan Setiati, S., ed.
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III, Edisi 5, Interna Publishing, Jakarta, hal. 2767-8.
MEKANISME DEMAM
• Mekanisme demam dapat juga terjadi melalui jalur non
prostaglandin melalui sinyal aferen nervus vagus yang dimediasi oleh
produk lokal MIP-1 (machrophage inflammatory protein-1) dan ini
tidak dapat dihambat oleh antipiretik.
• Menggigil ditimbulkan agar dengan cepat meningkatkan produksi
panas, sementara vasokonstriksi kulit juga berlangsung untuk
dengan cepat mengurangi pengeluaran panas.
• Kedua mekanisme tersebut mendorong suhu naik.
• Dengan demikian, pembentukan demam sebagai respon terhadap
rangsangan pirogenik adalah sesuatu yang disengaja dan bukan
disebabkan oleh kerusakan mekanisme termoregulasi.
Nelwan, R.H., 2009, Demam: Tipe dan Pendekatan. Dalam: Sudoyo, A.W., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, M., dan Setiati, S., ed.
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III, Edisi 5, Interna Publishing, Jakarta, hal. 2767-8.
Sherwood,Lauralee. 2001. Fisiologi manusia :dari sel ke sistem. Jakarta : EGC
POLA DEMAM
• Interpretasi pola demam sulit karena berbagai alasan, di antaranya
adalah anak yang telah mendapat antipiretik sehingga mengubah
pola, atau pengukuran suhu secara serial dilakukan di tempat yang
berbeda.
• Akan tetapi bila pola demam dapat dikenali, walaupun tidak
patognomonis untuk infeksi tertentu, infomasi ini dapat menjadi
petunjuk diagnosis yang berguna.

Ogoina Dimie. Journal of Infection and Public Health. Fever, fever patterns and diseases called ‘fever’ – A review. Volume 4, Issue 3, August
2011, Pages 108-124. https://doi.org/10.1016/j.jiph.2011.05.002
POLA DEMAM
POLA DEMAM
• Demam kontinyu atau sustained fever ditandai oleh peningkatan
suhu tubuh yang menetap dengan fluktuasi maksimal 0,4oC selama
periode 24 jam. Fluktuasi diurnal suhu normal biasanya tidak terjadi
atau tidak signifikan.
POLA DEMAM
• Demam remiten ditandai oleh penurunan suhu tiap hari tetapi tidak
mencapai normal dengan fluktuasi melebihi 0,50C per 24 jam. Pola
ini merupakan tipe demam yang paling sering ditemukan dalam
praktek dan tidak spesifik untuk penyakit tertentu. Variasi diurnal
biasanya terjadi, khususnya bila demam disebabkan oleh proses
infeksi.
POLA DEMAM
• Pada demam intermiten suhu kembali normal setiap hari, umumnya
pada pagi hari, dan puncaknya pada siang hari. Pola ini merupakan
jenis demam terbanyak kedua yang ditemukan di praktek klinis.
POLA DEMAM
• Demam septik atau hektik terjadi saat demam remiten atau
intermiten menunjukkan perbedaan antara puncak dan titik
terendah suhu yang sangat besar.
• Demam quotidian, disebabkan oleh P. Vivax, ditandai dengan
paroksisme demam yang terjadi setiap hari.
• Demam quotidian ganda memiliki dua puncak dalam 12 jam (siklus
12 jam)
POLA DEMAM
• Demam lama (prolonged fever) menggambarkan satu penyakit
dengan lama demam melebihi yang diharapkan untuk penyakitnya,
contohnya > 10 hari untuk infeksi saluran nafas atas.
• Demam rekuren adalah demam yang timbul kembali dengan
interval irregular pada satu penyakit yang melibatkan organ yang
sama (contohnya traktus urinarius) atau sistem organ multipel.
POLA DEMAM
• Demam bifasik menunjukkan satu penyakit dengan 2 episode
demam yang berbeda (camelback fever pattern, atau saddleback
fever). Poliomielitis merupakan contoh klasik dari pola demam ini.
Gambaran bifasik juga khas untuk leptospirosis, demam dengue,
demam kuning, Colorado tick fever, spirillary rat-bite fever (Spirillum
minus), dan African hemorrhagic fever (Marburg, Ebola, dan demam
Lassa).
KLASIFIKASI DEMAM
• Klasifikasi demam diperlukan dalam melakukan pendekatan berbasis
masalah. Untuk kepentingan diagnostik, demam dapat dibedakan
dengan atau tanpa localizing signs. Tiga kelompok utama demam
yang dijumpai pada praktek:

Ogoina Dimie. Journal of Infection and Public Health. Fever, fever patterns and diseases called ‘fever’ – A review. Volume 4, Issue 3, August
2011, Pages 108-124. https://doi.org/10.1016/j.jiph.2011.05.002
KLASIFIKASI DEMAM
Demam dengan localizing signs
• Penyakit demam yang paling sering ditemukan pada praktek berada
pada kategori ini.
• Demam biasanya berlangsung singkat, baik karena mereda secara
spontan atau karena pengobatan spesifik seperti pemberian
antibiotik.
• Diagnosis dapat ditegakkan melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik
dan dipastikan dengan pemeriksaan sederhana seperti pemeriksaan
foto rontgen dada.
KLASIFIKASI DEMAM
• Penyebab utama demam karena penyakit localized signs
KLASIFIKASI DEMAM
Demam tanpa localizing signs
• Sekitar 20% dari keseluruhan episode demam menunjukkan
tidak ditemukannya localizing signs pada saat terjadi.
• Penyebab tersering adalah infeksi virus, terutama terjadi selama
beberapa tahun pertama kehidupan.
• Infeksi seperti ini harus dipikirkan hanya setelah menyingkirkan
infeksi saluran kemih dan bakteremia.
• Demam tanpa localizing signs umumnya memiliki awitan akut,
berlangsung kurang dari 1 minggu.
KLASIFIKASI DEMAM
• Penyebab umum demam tanpa localizing signs
KLASIFIKASI DEMAM
Persistent Pyrexia of Unknown Origin (PUO)
• Istilah ini biasanya digunakan bila demam tanpa localizing signs
bertahan selama 1 minggu dimana dalam kurun waktu tersebut
evaluasi di rumah sakit gagal mendeteksi penyebabnya.
• Persistent pyrexia of unknown origin, atau lebih dikenal sebagai
fever of unknown origin (FUO) didefinisikan sebagai demam yang
berlangsung selama minimal 3 minggu dan tidak ada kepastian
diagnosis setelah investigasi 1 minggu di rumah sakit.
• Penyebab FUO sesuai golongan penyakitnya antara lain;
infeksi (40%), neoplasma (20%), penyakit kolagen (20%), penyakit
lain (10%), dan yang tidak diketahui sebabnya (10%).
KLASIFIKASI DEMAM
Fever of unknown origin (FUO) dapat dibagi dalam 4 kelompok:
1. FUO Klasik
Penderita telah diperiksa di rumah sakit atau klinik selama 3 hari
berturut-turut tanpa dapat ditetapkan penyebab demam.
2. FUO Nosokomial
Penderita yang pada permulaan dirawat tanpa infeksi di rumah sakit
dan kemudian menderita demam >38,30C dan sudah diperiksa
secara intensif untuk menentukan penyebab demam tanpa hasil yang
jelas.
KLASIFIKASI DEMAM
3. FUO Neutropenik
Penderita yang memiliki hitung jenis neutrofil <500 μL dengan
demam >38,30C dan sudah diusahakan pemeriksaan intensif selama 3
hari tanpa hasil yang jelas.
4. FUO HIV
Penderita HIV yang menderita demam >38,30C selama 4 minggu
pada rawat jalan tanpa dapat menentukan penyebabnya atau pada
penderita yang dirawat di RS yang mengalami demam selama lebih
dari 3 hari dan telah dilakukan pemeriksaan tanpa hasil yang jelas.
Demam > 380C x 3 minggu; 1 minggu "penyelidikan cermat dan invasif"

Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik

Lakukan
pemeriksaan
Temuan positif Ya diagnostik yang tepat
dan spesifik

Tidak

Darah perifer lengkap, elektrolit, urinalisa, tes fungsi hati,


kultur urin, kultur darah, kultur sputum, laju endap darah,
uji tuberkulin, foto toraks
Lakukan
pemeriksaan
Hasil positif Ya
diagnostik lanjutan
yang sesuai

Tidak

USG atau CT-scan


abdomen/pelvis dengan
kontras

Tentukan ke kategori yang


paling mungkin

Infeksi Keganasan Penyakit autoimun Miselanous


Kultur BTA dari urin dan Faktor rematoid, ANA Lakukan
sputum, VDRL, uji HIV, Diagnosis tegak? pemeriksaan lanjutan
serologi CMV, EBV. berdasarkan riwayat
Kadar ASO penyakit
Diagnosis tegak? Hematologi Nonhematologi Diagnosis tegak?
Sediaan apus darah tepi, Mammografi, CT-scan Tidak
eltroforesa protein dada dengan kontras,
Diagnosis tegak? endoskopi
atas/bawah, scan
tulang
Tidak
Tidak Diagnosis tegak?

Biopsi arteri
Tidak
Transthoracic Biopsi sumsum tulang temporalis, biopsi
echocardiography/Tran Diagnosis tegak? KGB
sesophageal Diagnosis tegak?
MRI otak, biopsi lesi
echocardiography, kulit atau KGB, biopsi
pungsi lumbal, foto/CT- hati, laparoskopi
sinus diagnostik
Diagnosis tegak? Diagnosis tegak?

Tidak

Terapi empirik Menunggu dengan waspada

Terapi Anti-TB, Kolkisin, NSAIDS


terapi
antimikroba
Steroid
ANAMNESIS
• Poin yang perlu diingat dalam anamnesis yaitu pada pasien yang
demam kita harus mengidentifikasi apakah demam disebabkan oleh
infeksi local atau tidak.
• Jika demam non lokalisasi kita harus mencari gejala yang mungkin
mengindikasikan infeksi sistemik tertentu.
• Kita juga harus mengidentifikasi gejala yang mengkhawatirkan karena
pasien membutuhkan evaluasi dan pemantauan yang lebih rinci.
• Identifikasi kondisi komorbiditas yang signifikan adalah sama
pentingnya karena pasien ini mungkin memiliki toleransi yang buruk
dan sering perlu pendekatan agresif dalam manajemen klinis.

Ogoina Dimie. Journal of Infection and Public Health. Fever, fever patterns and diseases called ‘fever’ – A review. Volume 4, Issue 3, August
2011, Pages 108-124. https://doi.org/10.1016/j.jiph.2011.05.002
ANAMNESIS
Tujuan dilakukan anamnesis pada pasien dengan demam yaitu untuk :
• Mengetahui apakah infeksi mempunyai lokalisasi organ atau tidak.
• Jika pasien memiliki gejala yang mengkhawatirkan yang perlu masuk
atau dirawat segera
• Untuk mengidentifikasi kondisi komorbiditas terkait, seperti :
– Usia lanjut
– Diabetes
– Penyakit hati kronis atau penyakit ginjal
– Gagal jantung
– Terapi imunosupresif
– Penyakit paru-paru kronis
– Baru dirawat di rumah sakit
ANAMNESIS
Gejala penyakit demam dapat dibagi menjadi
• Konstitusi gejala yang terdiri dari kelelahan, mialgia, kehilangan nafsu
makan, mual, sakit kepala, dll.
• Gejala sesuai keterlibatan organ tertentu:
– Tonsillo-faring : sakit tenggorokan, batuk, dan sakit saat menelan
– Maksilaris / Frontal sinus : rhinitis, hidung tersumbat, sakit kepala.
– Otak dan meninges : sakit kepala, muntah.
– Paru-paru dan pleura : batuk, produksi sputum, hemoptisis, sesak napas, dan nyeri dada
– Myopericardium : nyeri dada, sesak napas, dan palpitasi
– Hati : muntah, nyeri epigastrium atau hypochondrial kanan, ikterus
– Kandung empedu dan saluran empedu : sakit perut dan muntah
– Appendix : nyeri perut kanan bawah, muntah, dan / atau konstipasi atau diare.
– Saluran kemih : nyeri saat berkemih dan nyeri pinggang
– Sendi : sendi nyeri dan pembengkakan.
– Jaringan lunak : Pembengkakkan, perubahan warna, kemerahan dan sakit pada jaringan lunak
– Kelenjar getah bening perifer : Pembengkakan ekstremitas
PEMERIKSAAN FISIK
• Gejala harus memandu kita dalam melakukan pemeriksaan fisik.
• Sebagai contoh : volume nadi dan tekanan darah harus dinilai pertama
pada pasien yang mengalami riwayat perdarahan atau episode muntah
berulang.
• Pemeriksaan fisik dilakukan mulai dari pemeriksaan tanda - tanda vital yang
mencakup tekanan darah, nadi, laju pernapasan, serta suhu; keadaan
umum; dan pemeriksaan generalis yang dimulai dari ujung rambut sampai
ujung kaki.
PEMERIKSAAN FISIK
• Berikut ini pemeriksaan yang terkait dengan pasien dengan demam:
– Orientasi, kewaspadaan,
– Mata : Conjungtiva anemis, sclera ikterus, perdarahan sub-conjuctival
– Hidung : Kelembutan sinus
– Mulut : Pembesaran tonsil, faring hiperemis,
– Leher : Pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran kelenjar tiroid, kaku
kuduk.
– Jantung : bunyi jantung, regurgitasi murmur
– Paru-paru : suara nafas, wheezing dan ronchi, efusi pleura
– Abdomen : nyeri perut, organomegali (hepatomegaly, spleenomegali), nyeri
ketuk CVA, nyeri tekan McBurney, bising usus, nyeri tekan suprapubik, asites,
pembesaran ginjal (ballottement),
– Pemeriksaan genital bila dicurigai infeksi genitalia
– Ekstremitas : edema tungkai, petechiae, ruam.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Pemeriksaan penunjang yang bisa dilakukan untuk membantu
menegakkan diagnosis pada pasien demam antara lain :
– Hematologi rutin : Dapat mendeteksi adanya infeksi dan penyakit darah
termasuk leukemia
– Urinalisa : Untuk mendeteksi infeksi pada ginjal dan saluran kencing
– Malaria : Untuk mendeteksi kemungkinan infeksi malaria
– Widal : Untuk mendeteksi kemungkinan infeksi oleh salmonella typhi
– Pemeriksaan fungsi hepar (SGOT – SGPT) : untuk mengetahui gangguan pada
hati yang bisa dijumpai pada demam tifoid
– Anti-Dengue IgG/IgM : Untuk mendeteksi infeksi virus dengue yang dapat
menyebabkan demam dengue (demam berdarah)

Ogoina Dimie. Journal of Infection and Public Health. Fever, fever patterns and diseases called ‘fever’ – A review. Volume 4, Issue 3, August
2011, Pages 108-124. https://doi.org/10.1016/j.jiph.2011.05.002
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan hematologi rutin mencakup :
• Hemoglobin (Hb)
Interpretasi Hasil :
Hb rendah (<10 gram/dL) biasanya dikaitkan dengan anemia defisiensi besi.
Sebab lainnya dari rendahnya Hb antara lain pendarahan berat, hemolisis,
leukemia leukemik, lupus eritematosus sistemik, dan diet vegetarian ketat (vegan).
Dari obat-obatan: obat antikanker, asam asetil salisilat, rifampisin, primakuin, dan
sulfonamid.
Ambang bahaya adalah Hb < 6 gram/dL.
Hb tinggi (>18 gram/dL) berkaitan dengan luka bakar, gagal jantung, COPD
(bronkitis kronik dengan cor pulmonale), dehidrasi / diare, eritrositosis, polisitemia
vera, dan pada penduduk pegunungan tinggi yang normal.
Dari obat-obatan: metildopa dan gentamisin.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Hematokrit
Interpretasi Hasil :
Ht tinggi (> 55 %) dapat ditemukan pada berbagai kasus yang
menyebabkan kenaikan Hb; antara lain penyakit DBD, penyakit
Addison, luka bakar, dehidrasi / diare, diabetes melitus, dan
polisitemia.
Ambang bahaya adalah Ht >60%.
Ht rendah (< 30 %) dapat ditemukan pada anemia, sirosis hati, gagal
jantung, perlemakan hati, hemolisis, pneumonia, dan overhidrasi.
Ambang bahaya adalah Ht <15%.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Leukosit (Hitung total)
Interpretasi Hasil :
Segala macam infeksi menyebabkan leukosit naik; baik infeksi bakteri,
virus, parasit, dan sebagainya.
Kondisi lain yang dapat menyebabkan leukositosis yaitu:
– Anemia hemolitik
– Sirosis hati dengan nekrosis
– Stres emosional dan fisik (termasuk trauma dan habis berolahraga)
– Keracunan berbagai macam zat
– Obat: allopurinol, atropin sulfat, barbiturat, eritromisin, streptomisin,
dan sulfonamid.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Leukosit (hitung jenis)
Merupakan pemeriksaan terpenting untuk mendeteksi infeksi.
Penilaian hitung jenis tunggal jarang memberi nilai diagnostik, kecuali
untuk penyakit alergi di mana eosinofil sering ditemukan meningkat.
Interpretasi Hasil :
Neutrofil berfungsi melawan infeksi bakteri.
Biasa jumlahnya adalah 55-70% dari leukosit.
Jika neutrofil kita rendah (disebut neutropenia), kita lebih mudah
terkena infeksi bakteri.
Penyakit HIV lanjut dapat menyebabkan neutropenia.
Begitu juga, beberapa jenis obat yang dipakai oleh ODHA
(misalnya gansiklovir untuk mengatasi virus sitomegalo) dan AZT
(semacam ARV).
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Ada dua jenis utama limfosit : sel-T yang menyerang dan membunuh
kuman, serta membantu mengatur sistem kekebalan tubuh; dan sel-B
yang membuat antibodi, protein khusus yang menyerang kuman.
Jumlah limfosit umumnya 20-40% dari leukosit.
Salah satu jenis sel-T adalah sel CD4, yang tertular dan dibunuh oleh
HIV.
Hitung darah lengkap tidak termasuk tes CD4.
Tes CD4 ini harus diminta sebagai tambahan.
Hasil hitung darah lengkap tetap dibutuhkan untuk menghitung
jumlah CD4, sehingga dua tes ini umumnya dilakukan sekaligus.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Monosit atau makrofag mencakup 2-8% dari leukosit.
Sel ini melawan infeksi dengan ‘memakan’ kuman dan memberi
tahu sistem kekebalan tubuh mengenai kuman apa yang ditemukan.
Monosit beredar dalam darah.
Monosit yang berada di berbagai jaringan tubuh disebut makrofag.
Jumlah monosit yang tinggi umumnya menunjukkan adanya infeksi
bakteri.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Eosinofil biasanya 1-3% dari leukosit. Sel ini terlibat dengan alergi dan
tanggapan terhadap parasit. Kadang kala penyakit HIV dapat
menyebabkan jumlah eosinofil yang tinggi. Jumlah yang tinggi,
terutama jika kita diare, kentut, atau perut kembung, mungkin
menandai keberadaan parasit.
• Fungsi basofil tidak jelas dipahami, namun sel ini terlibat dalam
reaksi alergi jangka panjang, misalnya asma atau alergi kulit. Sel ini
jumlahnya kurang dari 1% leukosit.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Persentase leukosit mengukur lima jenis sel darah putih: neutrofil,
limfosit, monosit, eosinofil dan basofil, dalam bentuk persentase
leukosit.
Untuk memperoleh limfosit total, nilai ini dikalikan dengan leukosit.
Misalnya, bila limfosit 30,2% dan leukosit 8.770, limfosit totalnya
adalah 0,302 x 8.770 = 2.648.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Shift to the left. Peningkatan jumlah netrofil (baik batang maupun
segmen) relatif dibanding limfosit dan monosit dikenal juga dengan
sebutan shift to the left. Infeksi yang disertai shift to the left biasanya
merupakan infeksi bakteri dan malaria. Kondisi noninfeksi yang
dapat menyebabkan shift to the left antara lain asma dan penyakit
penyakit alergi lainnya, luka bakar, anemia perniciosa, keracunan
merkuri (raksa), dan polisitemia vera.
• Shift to the right. Sedangkan peningkatan jumlah limfosit dan
monosit relatif dibanding netrofil disebut shift to the right. Infeksi
yang disertai shift to the right biasanya merupakan infeksi virus.
Kondisi noninfeksi yang dapat menyebabkan shift to the right antara
lain keracunan timbal, fenitoin, dan aspirin.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Trombosit
Interpretasi Hasil
Penurunan trombosit (trombositopenia) dapat ditemukan pada
demam berdarah dengue, anemia, luka bakar, malaria, dan sepsis.
Nilai ambang bahaya pada <30.000 sel/mm3.
Peningkatan trombosit (trombositosis) dapat ditemukan pada
penyakit keganasan, sirosis, polisitemia, ibu hamil, habis
berolahraga, penyakit imunologis, pemakaian kontrasepsi oral,
dan penyakit jantung.
Biasanya trombositosis tidak berbahaya, kecuali jika >1.000.000
sel/mm3.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Laju endap darah
Interpretasi Hasil
LED yang meningkat menandakan adanya infeksi atau inflamasi,
penyakit imunologis, gangguan nyeri, anemia hemolitik, dan penyakit
keganasan.
LED yang sangat rendah menandakan gagal jantung dan
poikilositosis.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Hitung eritrosit
Interpretasi Hasil
Peningkatan jumlah eritrosit ditemukan pada dehidrasi berat, diare,
luka bakar, perdarahan berat, setelah beraktivitas berat, polisitemia,
anemia sickle cell.
Penurunan jumlah eritrosit ditemukan pada berbagai jenis anemia,
kehamilan, penurunan fungsi sumsum tulang, malaria, mieloma
multipel, lupus, konsumsi obat (kloramfenikol, parasetamol,
metildopa, tetrasiklin, INH, asam mefenamat)
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai