0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
48 tayangan9 halaman
Fungsi hukum Islam dalam kehidupan bermasyarakat meliputi fungsi ibadah, amar ma'ruf nahi mungkar, zawajir, dan mengatur kehidupan umat untuk mencapai kemaslahatan dan menghindari kemudharatan. Kontribusi umat Islam dalam perumusan hukum Indonesia meliputi peranan dalam persiapan kemerdekaan, pengaturan perkawinan, dan berdirinya peradilan agama dan pengelolaan zakat.
Fungsi hukum Islam dalam kehidupan bermasyarakat meliputi fungsi ibadah, amar ma'ruf nahi mungkar, zawajir, dan mengatur kehidupan umat untuk mencapai kemaslahatan dan menghindari kemudharatan. Kontribusi umat Islam dalam perumusan hukum Indonesia meliputi peranan dalam persiapan kemerdekaan, pengaturan perkawinan, dan berdirinya peradilan agama dan pengelolaan zakat.
Fungsi hukum Islam dalam kehidupan bermasyarakat meliputi fungsi ibadah, amar ma'ruf nahi mungkar, zawajir, dan mengatur kehidupan umat untuk mencapai kemaslahatan dan menghindari kemudharatan. Kontribusi umat Islam dalam perumusan hukum Indonesia meliputi peranan dalam persiapan kemerdekaan, pengaturan perkawinan, dan berdirinya peradilan agama dan pengelolaan zakat.
Fungsi ibadah.Fungsi utama hukum islam adalah untuk beribadah kepada Allah SWT.Fungsi amar Ma`ruf nahi mungkar,hukum islam mengatur hukum islam mengatur kehidupan manusia sehingga dapat menjadi kontrol sosial.Dari fungsi inilah dapat dicapai tujuan hukum islam,yakni mendatangkan kemaslahatan(manfaat) dan menghindarkan kemadharatan(sia-sia) baik di dunia maupun di akhirat. • Fungsi zawajir. Adanya sanksi hukum m encerminkan fungsi hukum islam sebaga i sarana pemaksa yang melindungi umat dari segala perbuatan yang membahaya kan. • Fungsi tanzim wa islah al-ummah. Seba gai sarana untuk mengatur sebaik mung kin dan memperlancar interaksi sosial. K eempat fungsi tersebut tidak terpisahkan melainkan saling berkaitan. (Ibrahim Ho sen, 1996:90) Konsep Hak Asasi Manusia(HAM) dala m Islam • Pada dasarnya, semua Rasul dan Nabi Allah ad alah pejuang-pejuang penegak hak asasi manu sia yang paling gigih.AI-Qur'an menegaskan bah wa Islam adalah agama yang sempurna (QS. 5: 3). Di samping mengajarkan hubungannya deng an sang Pencipta ( Hablummin Allah) juga mene gaskan tentang pentingnya hubungan antar man usia (hablum min al-nas) (QS. 3:112). Berdasarkan tingkatannya, Islam mengajarkan tiga bentuk hak asasi manusia, yaitu: • Pertama,hak darury (hak dasar). Sesuatu dianggap hak dasar apabila hak tersebut dilanggar, bukan han ya mernbuat manusia sengsara, tetapi juga hilang e ksistensinya, bahkan hilang harkat kemanusiaannya , misalnya mati. • Kedua,hak hajy (hak sekunder), yakni hak-hak yang bila tidak dipenuhi akan berakibat pada hilangnya ha k-hak elementer, misalnya hak seseorang untuk me mperoleh sandang pangan yang layak, maka aka n rnengakibatkan hilangnya hak hidup. • Ketiga,hak tahsiny, yakni hak yang tingkatannya l ebih rendah dari hak primer dan sekunder. Perbedaan Prinsip Antara Konsep HAM Dalam Islam Dan Barat • Terdapat perbedaan yang mendasar antara konsep HA M dalam Islam dan Barat. HAM dalam Islam didasarkan premis bahwa aktifitas manusia sebagai khalifah Allah d i muka bumi. Sedangkan dunia Barat percaya bahwa po la tingkah laku hanya ditentukan oleh Negara untuk me ncapai aturan publik yang aman.Perbedaan antara Bara t dan Islam dalam memadang HAM, yang pertama lebih bersifat sekuler karena orientasinya hanya kepada man usia sedangkan kedua bersifat religious (ketuhanan) kar ena orientasinya kepada Tuhan sehingga bertanggung j awab selain kepada manusia,juga kepada Tuhan. Kontribusi Umat Islam Dalam Perumus an Dan Penegakan Hukum Hukum islam ada dua sifat, yaitu: • Al- tsabat (stabil), hukum islam sebagai wahyu akan tetap dan tidak berubah sepanjang masa • At-tathawwur (berkembang), hukum islam tidak kaku dalam berbaga i kondisi dan situasi sosial. Beberapa kontribusi umat Islam dalam perumusan dan penegakan huk um indonesia, yaitu : 1. Lahirnya UUD 1945 Peranan Umat Islam dalam Mempersiapkan dan Meletakkan Dasar-da sar Indonesia Merdeka.Dalam upaya mempersiapkan kemerdekaan In donesia, tidak disangsikan lagi peran kaum muslimin terutama para ula ma. 2. Lahirnya UU Perkawinan Pengaturan perkawinan di Indonesia tidak dapat lepas dari keterlibatan tiga pihak/kepentingan, yaitu kepentingan agama, kepentingan negara dan kepe ntingan perempuan.M. Syura’i, S.H.I. dalam tulisannya tanggal 6 November 2010 yang berjudul “Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawi nan”. Pada tanggal 6 Mei 1961, Menteri Kehakiman membentuk Lembaga Pembi naan Hukum Nasional yang secara mendalam mengajukan konsep RUU Pe rkawinan, sehingga pada tanggal 28 Mei 1962 Lembaga hukum ini mengelu arkan rekomendasi tentang asas-asas yang harus dijadikan prinsip dasar hu kum perkawinan di Indonesia. Kemudian diseminarkan oleh lembaga hukum tersebut pada tahun 1963 bekerjasama dengan Persatuan Sarjana Hukum I ndonesia bahwa pada dasarnya perkawinan di Indonesia adalah perkawina n monogami namun masih dimungkinkan adanya perkawinan poligami deng an syarat-syarat tertentu. Serta merekomendasikan batas minimum usia cal on pengantin. 3. Lahirnya Peradilan Agama Peradilan Islam di Indonesia yang kemudian dikenal dengan istilah Peradila n Agama telah ada dan dikenal jauh sebelum Indonesia merdeka. Peradilan Agama ada dan seiring dengan perkembangan kelompok masyarakat di kal a itu, yang kemudian memperoleh bentuk-bentuk ketatanegaraan yang sem purna dalam kerajaan Islam. Peradilan Agama adalah salah satu badan per adilan pelaku kekuasaan kehakiman untuk menyelenggarakan penegakan h ukum dan keadilan bagi rakyat pencari keadilan perkara tertentu antara ora ng-orang yang beragama Islam di bidang perkawinan, waris, wasiat, hibah, wakaf, zakat, infaq, shadaqah, dan ekonomi syari'ah.Kekuasaan kehakiman di lingkungan Peradilan Agama dilaksanakan oleh: • Pengadilan Tinggi Agama (pengadilan tingkat banding) • Pengadilan Agama (pengadilan tingkat pertama) • Pengadilan Khusus • Mahkamah Syar'iyah • Mahkamah Syar'iyah Provinsi (pengadilan tingkat banding) • Mahkamah Syar'iyah Kabupaten/Kota (pengadilan tingkat pertama) • 4. Pengelolaan Zakat Undang-undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang pengelol aan Zakat menetapkan bahwa tujuan pengelolaan Zakat adalah sebagai berikut: 1. Meningkatnya kesadaran masyarakat dalam penunai an dan dalam pelayanan ibadah Zakat. 2. Meningkatnya fungsi dan peranan pranata keagaman dalam upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat da n keadilan sosial. 3. Meningkatnya hasil guna dan daya guna Zakat. Guna untuk tercapainya tujuan yang lebih optimal bagi k esejahteraan umum untuk seluruh lapisan masyarakat, maka UU tentang Pengelolaan zakat mencakup pula te ntang pengelolaan infaq, sodhaqah, hibah, wasiat, wari s dan kafarat. Hanya saja sistem pengadministrasian k euangannya dilakukan secara terpisah.