Anda di halaman 1dari 38

ETIKA, MORAL &

MORALITAS

Artia Diarina, SKM.,MKM


PENGERTIAN ETIKA

Istilah Etika dari bahasa Yunani kuno, dipakai oleh


Aristoteles untuk menunjukkan filsafat moral.

Ethos = kebiasaan/adat, akhlak, watak, perasaan,


sikap, cara berpikir.
Ta etha (jamak) = adat kebiasaan.

Secara etimologis (asal usul kata), etika mempunyai


arti yaitu ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau
ilmu tentang adat kebiasaan (K.Bertens, 2000).
ETIKA
 Etika : ilmu yang mempelajari nilai moral,
yg menjadi prinsip dan kode tindakan yang
ideal
 Etika merupakan peraturan dan prinsip
bagi perbuatan yang benar
 Etika memberi keputusan tentang tindakan
yg diharapkan benar, tepat atau bermoral.
MORAL
• Istilah Moral dari bahasa Latin.
Yaitu Mos (jamaknya mores) yang masing-masing
mempunyai arti yang sama yaitu kebiasaan, adat.
• Secara etimologis ‘etika’ sama dengan kata ‘moral’
karena kedua kata tersebut sama-sama mempunyai
arti yaitu kebiasaan, adat.
• Rumusan arti kata ‘moral’ adalah nilai-nilai dan
norma-norma yang menjadi pegangan bagi
seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur
tingkah lakunya.
MORALITAS
‘Moralitas’ (kata sifat Latin moralis)
mempunyai arti yang pada dasarnya sama dengan
‘moral’, hanya ada nada lebih abstrak.
Berbicara tentang “moralitas suatu perbuatan”, artinya
segi moral suatu perbuatan atau baik buruknya
perbuatan tersebut.
Moralitas adalah sifat moral atau keseluruhan asas
dan nilai yang berkenaan dengan baik dan buruk.
PANDANGAN TENTANG ETIKA
Ahli filosofi : etika sebagai suatu studi formal tentang
moral
Ahli sosiologi : memandang etika sebagai adat
istiadat, kebiasaan dan budaya dlm berperilaku 
Dokter : memenuhi harapan profesi dan masyarakat
serta dapat melakukan kegiatan yg spesifik thd
pasiennya
Perawat : etika adalah suatu pedoman yg digunakan
dalam pemecahan masalah/ pengambilan keputusan
etis baik dlm area praktik, pendidikan, administrasi
maupun penelitian
EMPAT PRINSIP DASAR MORAL

1. HORMAT PADA OTONOMI MANUSIA


2. PRINSIP NON-MAL EFISIEN (TIDAK BERBUAT JAHAT)
3. PRINSIP BENEFISIEN (BERBUAT BAIK)

4. PRINSIP DWI-AKIBAT :
a. Tindakan itu secara moral harus baik, atau
paling tidak bersifat netral.
b. Pelaku tindakan menghendaki efek baiknya
dan bukan yang jahat.
c. Efek jahat bukan merupakan cara untuk
mendapatkan efek baik, melainkan kedua-
nya terjadi bersamaan atau segera lewat
tindakan tersebut.
SUMPAH HIPOKRATES

“SAYA AKAN MENGGUNAKAN


PENGOBATAN UNTUK
MENOLONG YANG SAKIT
SESUAI DENGAN KEMAMPUAN
DAN PERTIMBANGAN SAYA,
TETAPI SAYA TIDAK AKAN
PERNAH MENGGUNAKANNYA
UNTUK MENCEDERAI MEREKA”
PRINSIP DASAR ETIKA OBJEKTIVIS :
• SETIAP MANUSIA MERUPAKAN TUJUAN
DALAM DIRINYA SENDIRI, BUKAN ALAT
UNTUK MENCAPAI TUJUAN ATAU
KESEJAHTERAAN ORANG LAIN
• MANUSIA HARUS HIDUP DEMI DIRINYA
SENDIRI  PENCAPAIAN KEBAHAGIAAN
SESEORANG MERUPAKAN TUJUAN MORAL
TERTINGGI ORANG ITU SENDIRI
• KEBAHAGIAAN ADALAH KEADAAN
KESADARAN YANG MUNCUL DARI
TERCAPAINYA NILAI-NILAI SESEORANG.
Arti Kebahagiaan Menurut John Galt :
“Kebahagiaan adalah keadaan kegembiraan yang tidak
kontradiktif – kegembiraan tanpa hukuman atau rasa
bersalah, kegembiraan yang tidak berbenturan dengan
nilai-nilai anda dan tidak bekerja demi kehancuran diri
anda sendiri… Kebahagiaan hanya mungkin bagi
manusia yang rasional, yakni orang yang
menginginkan pencapaian tujuan yang rasional dan
menemukan kegembiraannya dalam tindakan-tindakan
rasional”

BAGAIMANA DENGAN ETIKA ALTRUISME ?


MENURUT ANDA, MODEL ETIKA MANA YANG SESUAI
DALAM KEPERAWATAN ?
APAKAH ETIKA MODEL OBJEKTIVIS ATAU ALTRUISME ?
PRINSIP-PRINSIP MORAL

PRINSIP MENDUKUNG OTONOMI


 MENDUKUNG KEBEBASAN SESEORANG
PRINSIP KEBEBASAN
 TANPA TEKANAN/ PAKSAAN
PRINSIP KEBENARAN
 MEMBERITAHUKAN YANG SEBENARNYA
PRINSIP KEADILAN
 MEMPERLAKUKAN ORANG LAIN DENGAN ADIL
PRINSIP TIDAK MEMBAHAYAKAN
 MENGHINDARI PERILAKU YANG DAPAT
MEMBAHAYAKAN ORANG LAIN.
PRINSIP-PRINSIP MORAL

PRINSIP KEBAIKAN
 MELAKUKAN HAL-HAL YANG BAIK UNTUK ORANG LAIN.
PRINSIP KESETIAAN
 MEMENUHI JANJI-JANJI
PRINSIP KERAHASIAAN
 MELINDUNGI INFORMASI YANG BERSIFAT PRIBADI.
PRINSIP HAK
 BERPRILAKU SESUAI DENGAN PERJANJIAN
HUKUM, PERATURAN-PERATURAN, MORALITAS.
PERKEMBANGAN SOSIAL MORAL
Jean Piaget & Lawrence Kohlberg
 teori cognitive psychology
• Dengan perkembangan sosial hampir dapat
dipastikan juga perkembangan moral, sebab perilaku
moral pada umumnya merupakan unsur fundamental
dalam bertingkah laku sosial.
• Pemikiran moral seseorang anak, terutama
ditentukan oleh kematangan kapasitas kognitifnya.
Sedangkan disisi lain, lingkungan sosial merupakan
pemasok materi mentah yang akan diolah oleh ranah
kognitif anak tersebut secara aktif.
PERKEMBANGAN SOSIAL MORAL

Dua tahap perkembangan moral anak dan remaja (Piaget)


• Antara tahap pertama dan kedua diselingi dengan masa
transisi, yakni pada usia 7-10 tahun.
• Tahap kedua, perkembangan moral yang bertepatan
dengan tahap perkembangan kognitif formal operasional
-- menunjukkan bahwa manusia pada awal masa
“yuwana” dan “pasca yuwana”, yaitu masa remaja awal
dan masa setelah remaja sudah memiliki persepsi yang
jauh lebih baik daripada sebelumnya.
• Parayuwana dan pascayuwana memandang moral sebagai
sebuah perpaduan yang terdiri dari otonomi moral
(sebagai hak pribadi), realisme moral (sebagai
kesepakatan sosial), dan resiprositas moral (sebagai
aturan timbal balik).
PERKEMBANGAN SOSIAL MORAL

Lawrence Kohlberg
Menemukan 3 tkt perkembangan moral manusia , yaitu :
• Tingkat moralitas prakonvensional, yaitu ketika manusia
berada dalam fase perkembangan prayuwana (usia 4-
10 tahun) yang belum menganggap moral sebagai
kesepakatan tradisi sosial.
• Tingkat moralitas konvensional, yaitu ketika manusia
menjelang dan mulai memasuki fase perkembangan
yuwana (usia 10-13 tahun) yang sudah menganggap
moral sebagai kesepakatan tradisi sosial.
• Tingkat moralitas pascakonvensional, yaitu ketika
manusia telah memasuki fase perkembangan yuwana
dan pascayuwana (usia >13 tahun) yang memandang
moral lebih dari sekedar kesepakatan tradisi sosial.
NILAI-NILAI
PENGERTIAN :
• SESUATU YANG BERHARGA, KEYAKINAN YANG DIPEGANG
SEDEMIKIAN RUPA OLEH SESEORANG SESUAI DENGAN
TUNTUNAN HATI NURANINYA (Pengertian secara umum)
• SEPERANGKAT KEYAKINAN DAN SIKAP-SIKAP PRIBADI
SESEORANG TENTANG KEBENARAN, KEINDAHAN DAN
PENGHARGAAN DARI SUATU PEMIKIRAN, OBJEK, ATAU PERILAKU
YANG BERORIENTASI PADA TINDAKAN DAN PEMBERIAN ARAH
SERTA MAKNA KEHIDUPAN SESEORANG (Simon, 1973).
• KEYAKINAN SESEORANG TENTANG SESUATU YANG BERHARGA,
KEBENARAN ATAU KEINGINAN MENGENAI IDE-IDE, OBJEK ATAU
PERILAKU KHUSUS (Znowski, 1974)

NILAI-NILAI
BERSIFAT PRIBADI
NILAI-NILAI MERUPAKAN SUATU CIRI
1. MEMBENTUK DASAR PERILAKU SESEORANG
2. DIPERLIHATKAN MELALUI POLA PERILAKU YANG KONSISTEN
3. MENJADI KONTROL INTERNAL BAGI PERILAKU SESEORANG
4. MERUPAKAN KOMPONEN INTELEKTUAL DAN EMOSIONAL DARI
SESEORANG.

ADA DUA TIPE NILAI (VALUE), DIMANA SETIAP INDIVIDU MEMPUNYAI


KEUNIKAN DALAM MEMADUKAN NILAI-NILAI YANG DIMILIKI, NAMUN
SATU DIANTARANYA ADA YANG DOMINAN, YAITU :
• TERMINAL VALUE  PENEKANAN PADA NILAI AKHIR ATAU TUJUAN,
SEPERTI : DAMAI, BAHAGIA, SUKSES, DSB.
• INSTRUMENTAL VALUE  PENEKANAN PADA BENTUK YANG
DIINGINKAN, SEPERTI : JUJUR, RAMAH, RAPI, DSB.
NILAI-NILAI
DALAM ETIKA OBJEKTIVIS

NILAI
 ADALAH APA YANG ORANG BERTINDAK UNTUK
MEMEPEROLEH DAN MEMPERTAHANKANNYA.

KEBAJIKAN
 TINDAKAN YANG DENGANNYA ORANG MEMPEROLEH
DAN MEMPERTAHANKANNYA.
TIGA NILAI UTAMA ETIKA OBJEKTIVIS

TIGA NILAI YG SECARA BERSAMA-SAMA MERUPAKAN


SARANA BAGI REALISASI DARI NILAI TERTINGGI
SESEORANG, KEHIDUPAN SESEORANG

REALISASI NILAI

RASIONALITAS PRODUKTIVITAS KEBANGGAAN


NILAI-NILAI ETIKA OBJEKTIVIS

ADALAH TUJUAN UTAMA KEHIDUPAN MANUSIA RASIONAL,


KERJA  NILAI SENTRAL YANG MENGINTEGRASIKAN DAN
PRODUKTIF  MENENTUKAN HIERARKI SEMUA NILAI LAINNYA.

AKAL BUDI SUMBER PRAKONDISI KERJA PRODUKTIFNYA

KEBANGGAAN
NILAI-NILAI ETIKA OBJEKTIVIS

EMUA

DI SEBAGAI
RANG,
ANDUAN
NILAI-NILAI ETIKA OBJEKTIVIS

KEBAJIKAN PRODUKTIVITAS :
ADALAH PENGAKUAN AKAN FAKTA BAHWA KERJA
PRODUKTIF MERUPAKAN PROSES YANG DENGANNYA
PIKIRAN MANUSIA MEMPERTAHANKAN KEHIDUPANNYA.
PROSES YANG MEMBEBASKAN MANUSIA DARI
KEHARUSAN UNTUK MENYESUAIKAN DIRI DENGAN
LATAR BELAKANGNYA, SEBAGAIMANA SEMUA HEWAN,
DAN MEMBERI DIA KEKUASAAN UNTUK MENYESUAIKAN
LATAR BELAKANGNYA DENGAN DIRINYA SENDIRI.
NILAI-NILAI ETIKA OBJEKTIVIS

AMBISI TEGAS
TIDAK MAU
MENANGGUNG KEMAMPUAN
RESIKO YANG PENGABDIAN
KREATIF
TERLALU BESAR PADA TUJUAN
NILAI-NILAI ETIKA OBJEKTIVIS

KEBAJIKAN KEBANGGAAN :
PENGAKUAN AKAN FAKTA “BAHWA MANUSIA HARUS MEMBUAT
NILAI-NILAI FISIK YG DIA BUTUHKAN UNTUK MEMPERTAHANKAN
KEHIDUPANNYA, MAKA DIA HARUS MEMPEROLEH NILAI-NILAI
KARAKTER YANG MENJADIKAN KEHIDUPANNYA BERNILAI
UNTUK DIPERTAHANKAN”

“AMBISI MORAL”
BERARTI ORANG HARUS MEMPEROLEH HAK, UTK MENGANGKAT
DIRINYA KE NILAI TERTINGGI DENGAN MENCAPAI KESEMPURNAAN MORAL

 TIDAK PERNAH MENERIMA ATURAN-ATURAN KEBAJIKAN IRASIONAL


APAPUN YANG MUSTAHIL UNTUK DIPRAKTIKKAN.
 TIDAK PERNAH MEMBIARKAN DENGAN PASIF KEKURANGAN DALAM
KARAKTERNYA, DENGAN TIDAK PERNAH MENEMPATKAN PAKSAAN,
NILAI ESENSIAL
PERAWAT PROFESIONAL

1. AESTHETIC
2. ALTRUISTIK
3. EQUALITY
4. FREEDOM
5. HUMAN DIGNITY
6. JUSTICE
7. TRUST
1. AESTHETIC (ESTETIKA)
ADALAH KEPUASAN TERHADAP KUALITAS OBJEK
 SIKAP PERSONAL :  PENGHARGAAN
 KREATIF
 IMAGINATIF
 SENSITIF

CONTOH PERILAKU :
• Membiasakan/ menyediakan lingkungan yang menyenang-
kan bagi klien.
• Kreatif dalam bekerja, sehingga menciptakan lingkungan
kerja yang nyaman bagi dirinya dan orang lain.
• Kehadiran / penampilan dirinya memberikan image
positif terhadap keperawatan.
2. ALTRUISTIK
 PEDULI/ MEMENTINGKAN ORANG LAIN
 SIKAP PERSONAL :  CARING
 MENEPATI JANJI
 PERASAAN KASIH
 MURAH HATI
 TEKUN
CONTOH PERILAKU :
• Penuh atensi saat memberikan asuhan keperawatan
• Membantu orang lain dalam memberikan askep jika
mereka tidak mampu.
• Menunjukkan perhatian terhadap segala permasala-
han yang berkaitan dengan asuhan keperawatan.
3. EQUALITY (PERSAMAAN)
 MEMILIKI PERSAMAAN HAK, DENGAN MENGHARGAI
HAK ATAUPUN STATUS ORANG LAIN.
 SIKAP PERSONAL :  MENERIMA
 JUJUR
 TOLERANSI
 TEGAS

CONTOH PERILAKU :
• Mampu berintegrasi dengan orang lain tanpa
diskriminatif.
• Memberikan askep atas dasar kebutuhan individu
lepas dari karakteristik personal.
4. FREEDOM (KEBEBASAN)
 SIKAP PERSONAL :  PERCAYA DIRI
 MANDIRI
 DISIPLIN DIRI
 TERBUKA

CONTOH PERILAKU :
• Memberikan kebebasan individu untuk menolak
therapi, dsb.
• Memberikan kebebasan mengeluarkan pendapat
dalam diskusi dengan anggota tim keperawatan.
5. HUMAN DIGNITY
 MENGHARGAI MARTABAT MANUSIA YANG UNIK
 SIKAP PERSONAL :
 MEMPERTIMBANGKAN  HORMAT
 EMPATI  BAIK HATI
 RAMAH  PERCAYA

CONTOH PERILAKU :
• Berusaha melindungi privacy individu.
• Mempertahankan kerjasama yang baik dengan
klien dan teman sejawat.
• Menyenangkan orang lain, penuh perhatian,
tanpa memperhatikan latar belakang.
6. JUSTICE (KEADILAN)
 MEMEGANG TEGUH PRINSIP LEGAL DAN
MENJUNJUNG TINGGI ASPEK MORAL
 SIKAP PERSONAL :
 BERANI /TEGUH HATI
 OBJEKTIF
 INTEGRITAS
 MORALITAS

CONTOH PERILAKU :
• Bertindak sebagai advokat bagi klien.
7. TRUST (KEBENARAN)
 KETEPATAN PADA FAKTA/ REALITAS
 SIKAP PERSONAL :
 BERTANGGUNG JAWAB
 JUJUR/ APA ADANYA
 RASIONAL
 CEKATAN

CONTOH PERILAKU :
• Mendokumentasikan askep secara akurat dan
jujur.
• Berpartisipasi dalam upaya profesional untuk
memberikan informasi yg benar tentang
keperawatan.
TUGAS SEMINAR KELOMPOK

-Utilitarisme dan Deontologi dalam masalah etik (AD)


-Kode Etik Keperawatan Indonesia dan perilaku etik (AD)
-Permenkes tentang regulasi keperawatan (HG)
-Hak dan kewajiban pasien/klien (NA)
-Mal-praktik dan kelalaian dalam praktik keperawatan (HG)
-Tanggung jawab dan tanggung gugat dalam praktik
keperawatan professional (NA)
Bab I
Tanggung jawab perawat terhadap
masyarakat kelurga dan penderita
• Perawat dalam rangka pengabdiannya senantiasa
berpedoman kepada tanggung jawab yang pangkal
tolaknya bersumber dari adanya kebutuhan akan
perawat untuk orang seorang, keluarga dan
masyarakat.
• Perawat dalam melaksanakan pengabdiannya dalam
bidang perawat senantiasa memelihara suasana
lingkungan yang menghomati nilai-nilai budaya, adat
istiadat dan kelangsungan hidup beragama dari orang
seorang, keluarga atau penderita, keluarganya dan
masyarakat.
BAB II
Tanggung jawab perawat tehadap tugas

1. Perawat senantiasa memelihara mutu pelayanan


keperawatan yang tinggi disetai kejujuran profesional dalam
menerapkan pengetahuan serta keterampilan perawatan
sesuai dengan kebutuhan orang seorang atau penderita,
keluarga dan masyarakat.
2. Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang
diketahuinya sehubungan dengan tugas yang dipercayakan
kepadanya.
3. Perawat tidak akan menggunakan pengetahuan dan
ketermpilan perawatan untuk tujuan yang bertentangan
dengan norma-norma kemanusiaan.
BAB II
Tanggung jawab perawat tehadap tugas
4. Perawat dalam menunaikan tugas dan kewajibannya
senantiasa berusaha dengan penuh kesadaran agar tidak
terpengaruh oleh pertimbangan kebangsaan, kesukuan,
keagamaan, warna kulit, umur, jenis kelamin, aliran politik
yang dianut serta kedudukan sosial.
5. Perawat senantiasa mengutamakan perlindunagan-
perlindungan dan keselamatan penderita dalam
melaksanakan tugas keperawatan, serta dengan matang
mempetimbangkan kemampuan jika menerima dan
mengalihtugaskan tanggung jawab yang ada hubungannya
dengan perawatan
BAB III
Tanggung jawab perawat terhadap sesama
perawat dan profesional kesehatan lain

Anda mungkin juga menyukai