Anda di halaman 1dari 35

Akuntansi dalam Al-Qur’an

dan Hadist
Presented by: Khadijah Ath Thahirah
Ayat Al-Qur’an tentang Akuntansi
• Al-Baqarah : 282
• An Nisa 135
• An Nisa : 58
• An-Nahl : 90
• Al-Muthaffifin : 1-3
• An - Nisa : 29
An-Nahl : 90
• Perintah untuk berbuat adil dan kebaikan
• Sifat adil dan benar sangat penting bagi seorang akuntan dalam
menjalankan tugasnya
• Bahkan keadilan adalah azaz dalam akuntansi syariah
• Adil adalah menempatkan sesuatu pada posisinya, kebalikan dari
keadilan adalah kezhaliman.
• Ajaran agama selaras dengan akal dan fitrah manusia kecendrungan
kepada keadilan dan ihsan jauh dari perbuatan mungkar adalah
tuntutan semua manusia yang sekaligus perintah Allah.
Al-Muthaffifin : 1-3
• Menjelaskan tentang larangan perbuatan curang, yang dimaksud dengan orang curang
adalah orang yang curang dalam menakar dan menimbang. Dalam Akuntansi Syariah
dilarang berbuat curang
• Ada beberapa kecurangan dalam akuntansi yang menyebabkan prusahaan pailit, yang
terkenal dengan kasus Enron termasuk praktek earning management dilarang dalam
akuntansi syariah, kecuali untuk mendatangkan mashlahah dan menghindari mudharat.
• Allah memulai surat dengan ancaman, “Hai orang-orang curang yang mengurangi
timbangan, Celakalah. Adalah suatu indikasi bahwa mereka akan mendapat azab yang
pedih.
• Mereka adalah orang-orang yang jika menerima takaran, mereka minta ditambah, jika
mereka menimbang mereka akan mengurangi
• Merekalah orang2 yang curang dalam jual beli, mereka tidak beriman dengan hari
kiamat, hari kebangkitan, hari yang sangat besar hari pertanggungjawaban atas yang
mereka perbuat
An - Nisa : 29
• Transaksi secara umum, lebih umum tentang perdagangan (bisnis jual
beli)
• Allah mengharamkan memakan, memanfaatkan harta orang lain
secara bathil
• Boleh melakukan transaksi terhadap harta orang lain dengan jalan
perdagangan dengan saling ridho dan saling ikhlas
• Allah melarang untuk membunuh, baik diri sendiri ataupun orang lain
• Allah menerangkan semua ini karena Allah itu Maha Penyayang
Dasar Hukum pembukuan Pencatatan
(Transaksi)
• Q.S. AL-BAQARAH : 282
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu`amalah tidak secara tunai untuk waktu yang
ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu
menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah telah
mengajarkannya, maka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan
(apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia
mengurangi sedikitpun daripada hutangnya. Jika yang berhutang itu orang yang lemah akalnya atau
lemah (keadaannya) atau dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, maka hendaklah walinya mengimlakkan
dengan jujur. Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki diantaramu). Jika tak ada
dua orang lelaki, maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai,
supaya jika seorang lupa maka seorang lagi mengingatkannya. Janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi
keterangan) apabila mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis hutang itu, baik kecil maupun
besar sampai batas waktu membayarnya. Yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih dapat
menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada tidak (menimbulkan) keraguanmu, (Tulislah mu`amalahmu
itu), kecuali jika mu`amalah itu perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu, maka tak ada
dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak menulisnya. Dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli; dan
janganlah penulis dan saksi saling sulit-menyulitkan. Jika kamu lakukan (yang demikian), maka
sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. Dan bertakwalah kepada Allah; Allah
mengajarmu; dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu”.
a)      Kandungan Ayat :
o Bila uang atau sesuatu dipinjamkan dalam waktu tertentu, maka harus ditulis dalam dokumen
tertulis
o Seorang penulis (sekretaris) yang ditugaskan untuk menuliskan utang piutang, tidak boleh menolak
karena Allah telah menganugerahkan kepadanya kemampuan menulis. Dia harus menulis dengan
tepat sesuai dengan yang didiktekan
o Orang yang mengangkat sumpah harus menulis
o Bila orang itu dalam kondisi lemah akalnya atau lemah kondidsinya dan tidak mampu menulis
dengan baik atau karena masih kecil atau orang asing yang tidak mengetahui bahasa setempat,
maka walinya ang harusmeneruskan dengan jujur
o Dua orang saksi laki-laki harus melakukan kesaksiannya. Dua orang saksi ini hendaknya orang
dewasa dan sehat akalnya, orang yang merdeka dan harus Hrus memilki akhlak ang baik. Bila terjadi
perselisihan maka harus diputuskan berdasarkan kesaksian saksi-saksi tadi, bukan berdasarkan
kekuatan dokumen tertulis, karena dokumen tertulis hanya bersifat sekunder atau sekedar
pendukung saja
o Apabila dua orang sksi laki-laki tidak ada, maka diperlukan satu orang saksi laki-aki dan dua orang
saksi perempuan. Apbila kita membandingkan hal ini dengan aturan-aturan Yahudi yang tidak
mengakui kesaksian oang perempuan, ternyata berbeda dengan pandangan islam ang praktis
tentang pengambilan saksi-saksi.
o Semua pihak harus bertaqwa kepada Allah dan melaksanakannya dengan jujur
b)     Tafsir ayat
Perintah tulis menulis mencakup  perintah kepada kedua orang  yang
bertransaksi, dalam arti salah seorang menulis dan apa yang dituliskan
di serahkan kepada mitranya jika mitra pandai tulis baca, dan bila tidak
pandai, atau keduanya tidak pandai maka hendaklah mencari orang
ketiga.
Dan Allah menegaskan : dan hendaklah seorang penulis berlaku adil
diantara kamu menulis dengan adil, yakni yang benar, tidak menyalahi
ketentuan allah dan perundangan yang berlaku dalam masyarakat.
Tidak merugiakan salah satu pihak yang bermuamalah, sebgaimana
dipahami dari kata adil diantara kamu. Dengan demikian, dibutuhkan
tiga criteria bagi penulis, yaitu kemampuan menulis, pengetahuan,
tentang aturan serta tatacara menulis, dan kejujuran.
c)      Prinsip dasar dalam pembukuan (pencatatan)
Adapun prinsip dasar yang terkandung dalam Q.S. Al-Baqarah, yakni :
 Prinsip pertanggung jawaban
Prinsip pertanggung jawaban (accountability) merupakan konsep yang tidak
asing lagi dikalangan masyarakat muslim. Pertanggung jawaban selalu
berkaitan dengan konsep amanah.
 Prinsip keadilan
Kata keadilan dalam konteks aplikasi akuntansi mengandung dua
pengertian:
1. praktik moral, yaitu kejujuran, yang merupakan factor yang sangat
dominan. Dimana tanpa kejujuran ini informasi yang disajikan akan
menyesatkan dan sangat merugikan masyarakat
2. kata adil bersifat lebih fundamental (dan tetap berpijak pada nilai-nilai
etika atau syariah dan moral)
 Prinsip kebenaran
Prinsip kebenaran ini sebenarnya tidak dapat dilepaskan dengan
prinsip keadilan. Sebagai contoh misalnya , dalam akuntansi kita
akan selalu dihadapkan pada masalah pengakuan, pengukuran dan
pelaporan. Aktifitas ini akan dapat dilakukan dengan baik apabila
dilandaskan pada nilai kebenaran. Kebenaran ini akan dapat
menciptakan keadilan dalam mengakui, mengukur, dan
melaporkan transaksi-transaksi ekonomi
An-Nisa : 58
Tidak secara spesifik menjelaskan akuntansi, tapi menjadi landasan
akuntan dalam bekerja, yaitu mencatat transaksi sesuai posisinya..
• Q.S. An-Nisa : 135
Artinya :“wahai orang-orang yang beriman jadilah kamu benar-benar
penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu
sendiri atau ibu bapak dan kaum kerabatmu.jika ia kaya ataupun
miskin. Maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu
mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan
jika kamu memutar balikan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi,
maka sesungguhnya Allah adalah maha mengetahui segala apa yang
kamu kerjakan”
a) Kandungan Ayat
Seorang pencatat harus memiliki karakter yang baik , jujur, adil dan
dapat dipercaya. Dan tidak boleh membedakan yang satu dengan yang
lain sehingga tidak terjadi keadilan antara keduanya. Jujur menuliskan
apa yang dia seharusnya tulis. Dan harus dapat menjaga amanah yang
diberikan.
b) Penafsiran Ayat
wahai orang-orang yang beriman jadilah kamu benar-benar penegak
keadilan yang sebenar-benarnya, menjadi saksi karena Allah, yakni
selalu merasakan kehadiran Ilahi memperhitungkan segala langksh
kamu dan menjadikannya demi karena Allah biarpun keadilan yang
kaumu tegakkan itu terhadap diri-sendiri  atau terhadap ibu bapak  dan
kaum kerabatmu
Hadist tentang akuntansi
• Menurut Ibnu Majjah
(IBNUMAJAH - 2356) : “Telah menceritakan kepada kami Ubaidullah bin
Yusuf Al Jubairi dan Jamil bin Al Hasan Al Atiki keduanya berkata; telah
menceritakan kepada kami Muhammad bin Marwan Al Ijli berkata,
telah menceritakan kepada kami Abdul Malik bin An Nadlrah dari
Bapaknya dari Abu Sa'id Al Khudri ia berkata ketika dia membaca ayat
ini: ' Wahai orang-orang yang beriman, apabila kalian berhutang
piutang untuk waktu tertentu, hendaklah kalian menuliskannya, hingga
ayat: ' Akan tetapi jika sebagian kalian percaya kepada sebagian yang
lain', ia mengatakan, "Ayat ini menghapus ayat yang sebelumnya."
• Dari Ibnu Mas’ud
Sesungguhnya kejujuran itu menunjukkan pada kebaikan dan
sesungguhnya kebaikan itu menunjukkan Surga. Dan sesungguhnya
bseseorang selalu berbuat jujur sehingga dicatat di sisi Allah sebagai
seorang yang jujur dan sesungguhnya dusta itu menunjukkan kepada
kejahatan, dan sesungguhnya kejahatan itu neraka. Dan sesungguhnya
seseorang yang selalu berdusta maka dicatat di sisi Allah sebagai
pendusta.
• (DARIMI - 2467) : Telah mengabarkan kepada kami Abu 'Ashim dari
Ibnu Juraij dari 'Ubaidullah bin Abu Yazid dari Ibnu Abbas, ia berkata;
telah mengabarkan kepadaku Usamah bin Zaid bahwa Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya riba bisa
terjadi dalam hutang piutang." Abdullah berkata; "Maksudnya adalah
satu dirham dengan dua dirham."
• Rasulullah bersabda ”Hitunglah diri kalian sebelum kalian dihitung
(hisab) timbanglah diri kalian sebelum kalian ditimbang. Adalah lebih
ringan kalian menghitung diri kalian sebelum besok dihitung”.
Pengertian Akuntansi dalam Islam
1. Pengertian Muhasabah dan Hisab dalam Bahasa Arab

Kata muhasabah berasal dari kata hasaba dan diucapkan juga dengan hisab hasibah
muhasabah dan hisaba .
Kata kerja hasaba termasuk kata kerja yang menunjukkan adanya interaksi seseorang dengan orang
lain.
Arti kata musabah secara bahasa adalah “menimbang” atau ‘memperhitungkan amal-amal manusia
yang telah diperbuatnya’, seperti firman Allah,

“ Dan, berapalah banyaknya (penduduk) negeri yang mendurhakai perintah Tuhan mereka dan rasul-
rasulNya, maka Kami hisab penduduk negeri itu dengan hisab yang keras dan Kami azab mereka
dengan azab yang mengerikan” (ath-Thalaaq:8)
Selanjutnya, akar kata hasaba ialah hisaba, yaitu ‘menghitung dengan
saksama atau teliti yang harus tercatat di surat-surat atau buku-buku’,
seperti firman Allah,

“Adapun orang yang diberikan kitabnya dari sebelah kanannya, maka


dia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah.” (al-
Insyiqaaq: 7-8)
• Menghisab sesuatu juga bisa berarti “mengkalkulasi dan mendata”.
Menghisab sesuatu juga bisa berarti mendata, menyusun, dan
mengkalkulasi, seperti firman Allah,

“Dan, Kami jadikan malam dan siang sebagai dua tanda, lalu Kami hapuskan
tanda malam dan Kami jadikan tanda siang itu terang, agar kamu mencari
karunia dari Tuhanmu, dan supaya kamu mengetahui bilangan tahun-tahun
dan perhitungan. Dan segala sesuatu telah Kami terangkan dengan jelas.”
(al-Israa:12)
2. Pengertian Kata Muhasabah dan Hisab
dalam Al-Qur’an
a. Arti Kata Muhasabah dalam Al-Qur’an
Kata muhasabah tidak pernah ada dalam Al-Qur’an dalam bentuk masdar atau akar
kata, tetapi yang ada hanyalah kata kerjanya, yaitu hasaba sebanyak tiga kali:
Surah al-Baqarah: 284
Surah ath-Thalaaq: 8, yuhaasibkum yang artinya perhitungan di hari kiamat kelak
tentang pekerjaan manusia di dunia, apakah itu kebaikan atau keburukan
Surah al-Insyiqaaq: 7-8, kata kerja yuhasabuu disini menunjukkan atas erhitungan
yang ringan, yang sesuai dengan data-data dan catatan dari setiap kitab itu.
Dari ayat diatas dapat disimpulkan kata kerja hasaba, muhasabah, hisaba, berarti
‘perhitungan dan pembalasan, baik di dunia maupun di akhirat, sesuai dengan data-
data dan catatan dalam buku amalan’
b. Arti Kata Hisab dalam Al-Qur’an
Kata hisab terdapat dalam Al-Qur’an sebanyak 39 kali dan tidak satu kata pun muncul
dalam kata kerja, yaitu hasaba dengan fathah semua baris hurufnya.
Hisab seperti firman Allah dalam surah Yunus ayat 5, yang maksudnya adalah
“penghitungan dan pendataan waktu”
Hisab dengan arti “perhitungan dan pembalasan” di hari kiamat, surah al-Insyiqaaq:
7-8 dan surah an-Nuur: 39
Hisab dengan arti “menanyai seseorang dengan mendebatnya di Hari Kiamat tentang
perbuatannya di dunia” surah Ibrahim: 41
Hisab dengan arti “berinfak dan memberi secara mutlak tanpa sebab dan syarat”
surah al-Baqarah: 212, Shaad: 39, az-Zumar: 10, arti hisab dalam ayat-ayat di atas
adalah merasa cukup dengan karunia dan kelapangan rahmat, pemberian tanpa
pujian, ikatan, serta tekanan.
c. Pengertian Kata al-Muhasib dalam Al-
Qur’an
Kata al-muhasib tidak ada dalam Al-Qur’an, yang ada yang semakna dengan itu yaitu
hasiib dan hasibin, adapun kata hasiib muncul dalam Al-Qur’an beberapa kali untuk
fungsi yang berbeda, yaitu:

 Surah an-Nisaa: 6, yang berarti raqiib (pengawas)


 Surah al-Ahzab; 39, yang berarti Pembuat perhitungan
 Surah an-Nisaa: 86, yang berarti hafizh (yang menjaga)
 Surah al-Israa: 14, yang berarti muhasib (yang menghitung)

Al Hasan al-Basri dalam tafsir ayat al-Israa berkata,


“ betapa adilnya Allah menjadikan kamu untuk menghisab dirimu sendiri.”
d. Pengertian Kata Hasibiin dalam Al-Qur’an
Adapun kata hasibin hanya muncul sebanyak dua kali dalam Al-Qur’an, yaitu sebanyak
berikut :
Surah al-An’aam: 62, berarti muhasibin (yang menghitung)

Surah al-Anbiyaa: 47, berarti muhasibin (yang menghitung)


Al-Qurtubi juga mengantakan,”Cukuplah Allah sebagai pengawas terhadap apa yang
mereka kerjakan, baik atau buruk”

Dari dua ayat di atas dapat disimpulkan bahwa kata hasibin sama maknanya dengan
muhasibin, dengan pengertian mencakup proses pendataan, penghitungan, kemudian
dilanjutkan dengan proses perhitungan serta pembalasan, seperti ditegaskan dalam surah
al-Kahfi: 49
3. Pengertian al-Muhasabah dan al-Hisab
dalam Sunah Nabawiyyah
Dalam hadist-hadits Nabi banyak dijumpai kata-kata haasaba maupun hasaba :
• HR Thabrani, arti lafal yuhasabu ialah musaalah (perhitungan dan
pembalasan)
• HR Tirmidzi, kata hasaba sama artinya dengan menulis, menyusun, dan
menghitung.
• Al-Miqdam bin Ma’ad, lafal katiban berarti orang yang mencatat dan
mendata semua usaha
• HR Bukhari, lafal haasabahu berarti menghitung, menyusun, kemudian
perhitungan dan pembalasan, serta perdebatan yang menyebabkan
Rasulullah mengambil keputusan untuk memindahkan hadiah itu ke
baitulmal
Kesimpulan kata muhasabah :
a. Perhitungan dan pembalasan
b. Catatan, data dan hitungan
4. Pengertian al-Muhasabah dan al-Hisab di
Kalangan Ahli Fiqih
Ahli Fiqih mengganggap bahwa istilah muhasabah sama artinya dengan catatan
keuangan.
Al-Qalqasyandi dalam bukunya, Shubhu al-A’sya, kitabah ada :
1. kitabatul insya’ (menulis karangan)
2. kitabatul amwal (menulis/mencatat keuangan)
Al-Haririy: “ Kerja menghitung harus dengan teliti, Pena seorang akuntan adalah
sebagai pengontrol, sedangkan hisbah adalah orang yang mengontrol keuangan”
Umar ibnul-Khathab r.a.:” Hitunglah dirimu sebelum kamu sendiri yang dihitung
dan timbanglah amal perbuatanmu sebelum amal itu ditimbang atas dirimu, dan
bersiaplah untuk menghadapi hari di mana semua amal perbuatan dibeberkan”
Imam al-Ghazali dalam bukunya, Ihya’ Ulumuddin, bagian kitab muraqabah dan
muhasabah :
muhasabah mempunyai 6 tingkatan:
1. Tekad atau janji
2. Pengawasan
3. Muhasabah (evaluasi) sebelum bekerja
4. Muhasabah setelah bekerja
5. Kesungguh-sungguhan
6. Peringatan/teguran

Dapat disimpulkan bahwa muhasabah mempunyai arti lain, yaitu evaluasi modal
pokok, merinci serta mengukur laba dan rugi. Inilah diantara tujuan terpenting
didalam akuntansi
5. Pengertian Muhasabah dalam Konsep
Islam
a. Muhasabah dengan arti musa-alah (perhitungan) dan
munaqasyah(perdebatan), kemudian dilanjutkan dengan pembalasan
yang sesuai dengan catatan perbuatannya dan tingkah lakunya serta
sesuai pula dengan syarat-syarat yang telah disepakati. Proses musa-alah
(perhitungan dan pembalasan) bisa diselesaikan secara individual atau
dengan perantara orang lain, atau juga bisa dengan perantara malaikat
dalam wujud yang lain, atau oleh Allah sendiri pada Hari Kiamat nanti.

b. Muhasabah dengan arti pembukuan/pencatatan keuangan seperti yang


diterapkan pada masa awal munculnya Islam. Juga diartikan dengan
perhitungan modal pokok serta keuntungan dan kerugian
Kata Hisab yang searti dengan kata muhasabah :

1. Hisab dengan arti menghitung dan mendata


2. Hisab dengan arti perhitungan, pembalasan, dan perdebatan (dalam hal ini
sama dengan muhasabah)
3. Hisab dengan arti muhasabah dan munaqasyah di Hari Kiamat
4. Hisab dengan arti merasa cukup dengan kelapangan karunia yang diberikan
Allah tanpa ikatan dan tekanan.

Kesimpulan pengertian Muhasabah dalam islam meliputi 2 hal :


5. Pembukuan keuangan (menghitung dan mendata semua transaksi keuangan)
6. Perhitungan, perdebatan dan pengimbalan
Tujuan-tujuan Akuntansi dalam Islam
1. Hifzul Amwal (Memelihara Uang)
2. Eksistensi al-Kitabah ’Pencatatan’ ketika Ada Perselisihan
3. Dapat Membantu dalam Pengambilan Keputusan
4. Menentukan Hasil-hasil Usaha yang akan Dizakatkan
5. Menentukan dan Menghitung Hak-Hak Kawan yang Berserikat
6. Menetukan Imbalan, Balasan atau Sanksi
Jenis-Jenis Akuntansi dalam Islam
1. Muhasabah dari segi arti, yaitu perhitungan dan pembukuan keuangan (kitabul amwal)
2. Muhasabah dari segi orang yang melakukannya:
a. Muhasabah individu
b. Muhasabah dengan perantara orang lain
c. Muhasabah melalui malaikat atau Allah
3. Muhasabah dari segi waktu pelaksanaannya:
a. Muhasabah duniawi
b. Muhasabah alam kubur
c. Muhasabah ukhrawi
4. Muhasabah dari segi objeknya
a. Muhasabah ibadah
b. Muhasabah muamalah maaliah (keuangan)
 Muhasabah muamalah perdagangan perorangan
 Muhasabah muamalah perusahaan atau firma
 Muhasabah muamalah organisasi, yayasan, dan lembaga-lembaga sosial, dan
 Muhasabah muamalah kantor-kantor pemerintah
Inti dari Konsep Akuntansi Islam
Sifat-sifat spesifik akuntansi Islam:
1. Kaidah-kaidah dasar akuntansi Islam bersumber dari Al-Quran, Sunnah Nabawiyyah serta fiqih
para ulama. Oleh karena itu kaidah ini mempunyai keistimewaan yaitu permanen dan objektif.
Tidak akan berubah, karena dasar kaidah berasal dari Allah dan sesuai untuk segala waktu dan
kondisi
2. Akuntansi Islam dilandasi akidah yang kuat, iman serta pengakuan bahwa Allah itu adalah
Tuhan, Islam adalah agama, Muhammad adalah nabi dan rasul, dan juga percaya pada Hari
Akhir.
3. Akuntansi Islam berlandaskan pada akhlak yang baik.
4. Dalam Islam, seorang akuntan dianggap bertanggungjawab di depan masyarakat dan umat
Islam tentang seberapa jauh kesatuan ekonomi dipengaruhi hukum-hukum syariat Islam
5. Berdasarkan keistimewaan-keistimewaan yang bersifat akidah dan akhlak, akuntansi dalam
Islam juga berkaitan dengan proses keuangan yang sah
6. Akuntansi dalam Islam sangat memperhatikan aspek-aspek tingkah laku sebagai unsur yang
juga berperan dalam kesatuan ekonomi
Perbedaan Prinsipil antara Akuntansi Islam
dan Akuntansi Positif
1. Perbedaan dari Segi Pengertiannya
Akuntansi Islam lebih mengarah pada pembukuan, pendataan,
kerja dan usaha, kemudian juga perhitungan dan perdebatan (tanya
jawab) berdasarkan syarat-syarat yang telah disepakati, dan
selanjutnya penentuan imbalan atau balasan yang meliputi semua
tindaktanduk dan pekerjaan, abaik yang berkaitan dengan
keduniaan maupun yang berkaitan dengan keakhiratan.
Akuntansi konvensional ialah seputar pengumpulan dan
pembukuan, penelitian tentang keterangan-keterangan dari
berbagai macam aktivitas
2. Perbedaan dari Segi Tujuannya
Akuntansi Islam bertujuan menjaga harta yang merupakan hujjah
atau bukti ketika terjadi perselisihan, membantu mengarahkan
kebijaksanaan, merinci hasil-hasil usaha untuk perhitungan zakat,
penetuan hak-hak mitra bisnis dan juga membantu menetapkan
imbalan dan hukuman serta penilaian evaluasi kerja dan motivasi
Akuntansi konvensional menjelaskan utang piutang, untung rugi,
sentral moneter dan membantu dalam mengambil ketetapan-
ketetapan manajemen
3. Perbedaan dari Segi Karakteristik

Akuntansi Islam berdasarkan pada nilai-nilai akidah dan akhlak. Maka sudah menjadi
tugas seorang akuntan untuk memberikan data-data dalam membantu orang-orang
yang bersangkutan tentang sejauh mana hubungan kesatuan ekonomi dengan kaidah-
kaidah dan hukum-hukum syariat Islam dalam bidang muamalah.
Seorang akuntan muslim selalu sadar bahwa ia harus bertanggungjawab di hadapan
Allah tentang pekerjaannya, dan ia tidak boleh menuruti keinginan pemilik modal
(pemilik proyek) kalau ada langkah-langkah penyelewengan dari hukum Allah serta
memutarbalikan fakta (data yang akurat)

Akuntansi konvensional didasarkan pada ordonansi atau peraturan-peraturan dan


teori-teori yang dibuat oleh manusia yang memiliki sifat khilaf, lupa, keterbatasan
ilmu dan wawasan. Maka konsep itu labil dan tidak permanen

Anda mungkin juga menyukai