1, ADINDA FITRIA 2.AYONA NOVIA 3. EMA SAFITRI 4.INDAH PURNAMA SARI 5.WINDA RAHAYU 6. ISMIDANIYAH 7. YELPI SIKSA 8. NIKMA SARI PRODI S1 KEB/ SEM 3 EBM OBSTETRI
EBM adalah suatu Teknik yag digunakan untuk
mengambil suatu keputusan dalam mengelola pasien dengan mengintegrasikan 3 faktor yaitu Ketrampilan dan keahlian klinik dari dokter Kepentingan pasien Dan buti ilmiah yang dapat di pertanggung jawabkan. DEFENISI OBSTETRIk adalah cabang ilmu pengetahuan kedokteran yang berhubungan dengan persalinn. Hal-hal yang mendahulunya dan gejala sisanya, (oxford english dictionary , 1933.) obstetri terutama membahsa tentang fenomea dan pelatalaksanaa kehamilan, persalinan, puerpurium, baik pada keaadan normal maupu abnormal. TUJUAN OBSTETRI Agar supaya setiaap kehamilan yang di harapkan dan berpunjak pada ibu dan bayi yang sehat. Juga berusaha keras mengecilkan jumlah kematian wanita dan bay akibat sebagai proses reproduksi ayau jumlah kecacatan fisik. Intelektal, dan emosial yang diakibatkannya. OBSTETRIK DALAM BIDAN MELIPUTI -KELAHIRAN Kelahiran adalah ekspuli atau ekstraksi leengkap seseorng janin dari ibu tanpa memperhatikan apakah tali pussatnya telah terpotong ata plasentanya masih berhubungan - Preeklampsia dan eklampsia merupakan penyebab kematian ibu berkisar 1.5-25 %, sedangkan kematian bayi antara 45-50 % di Indonesia. Eklampsia adalah kelainan akut pada ibu hamil, persalinan, atau nifas ditandai kejang dan atau koma, dimana sebelumnya sudah menunjukkan gejala preeklampsia. Preeklampsia dan eklampsia memberi pengaruh buruk pada janin. Amniotomi (AROM) Berdasarkan 9 percobaan dengan 4000 ♀ sbg sample, hasilnya: mempersingkat durasi proses kelahiran ( ≤ 60 menit, dan terbanyak karena pemendekan kala I) mengurangi penggunaan oksitosin, Dan hasil yang sama dalam hal jumlah bayi lahir harus dilakukan resusitasi (NRFHR= nonresusitation fetal heart rate) peningkatan sebesar 26% tidakan bedah sesar. -Penggunaan partograf Penelitian yang dilakukan dalam rangka mengetahui manfaat penggunaan partograf dalam mematau persalinan. Dari beberapa penelitian yang sudah dilakukan disimpulkan: Bukti yang merekomendasikan penggunaan partogram dalam proses persalian masih tidak cukup. Rekomendasi C; kualitas: cukup
-Manfaat dan banayaknya Frekuensi pemeriksaan cervik Bukti terbanyak adalah dalam penelitian management fase aktif yang menyebutkan: pemeriksaan servik dilakukan setiap 2 jam selama proses persalian. Resiko korioamnionitis akan meningkat bila pemeriksaan semakin sering dilakukan -Penambahan oksitosin tidak cukup bukti untuk menilai efek dari regimen spesifik oksitosin( contohnya: dosis awal, jumlah peningkatan dosis, dan dosis maksimum). Dasar penggunaan yang memungkinkan adalahPendekatan fakrmakologi oksitosin, seperti: menggunakan dosis awal 2 mU/ menit, dosis ditingkatkan 2mU/ menit tiap 45 menit sampai kontraksi adequate atau -Management aktif pada proses persalinan Umumnya penelitian dalam hal ini memiliki deskripsi :management fase aktif yang berbeda” Hasil intervensinya pun sulit diintepretasikan Namun , secara umum, pada 4 penelitian management aktif pada proses persalinan yang melibatkan 3676 wanita memiliki hasil Pelatihan pendamping proses persalian Berdasarkan suatu penelitian, dg sample 20557 wanita pakistan menunjukkan hasil: penurunan angka kematian ibu sebesar 26% dan penurunan angka kematian bayi sebesar 30% Efek yang timbul dg adanya hasil ini adalah: organisasi pemerintah dan non pemerintah berencana dan memulai program pelatihan tenaga pendamping persalian, dimana adanya tenaga tersebut menjajikan penurunan kemtian ibu dan bayi -Penggunaan Kateter tekanan intrauterus Penggunaan kateter ini biasanya pada proses persalian yang progresnya lambat dam juga untuk menentukan apakah His yang terjadi benar-benar kuat atau tidak. Ada berbagai issue yang menyebabkan persalinan abnormal, meskipun demikian belum ada percobaan yang dalam intervensinya menggunakan IUPC. Penggunaan meperidin Dalam satu penelitian yang melibatkan 407 wanita penggunaan miperidin dibandingkan dengan plasebo Intevensinya diberikan meperidine 100mg pada wanita yang mebutuhkan oksitosin karena distosia saat dilatasi cervik 4-6 cm Hasilnya: tidak memberikan efek pada jumlah kelahiran dengan operasi dan memperburuk kondisi neonatus -Management persalian dan kelahiran pada kala II Oksigen Profilaksis Pada penelitian dengan 245 wanita sebagai sample menunjukkan pemberian oksigen profilaksis 350% penurunan insiden bayi dengan PH arteri umbilikal yang <7,2. Hasil tersebut tidak menunjukan adanya perbedaan pada hasil penelitian yang lain. Pemberian oksigen untuk menatalaksana NRFHR sangat bermanfaat. Tokolisis profilaksis Pada penelitian yang mengevaluasi obat ritodrine, a beta-mimetik sbg pencegah NRFHR dikaitkan denganpemanjangan proses perslinan dan meningkatkan insiden kelahiran dengan forsep,(namun dalam hal ini penggunaan forcep kemungkinan karena protokol nya adalah bila proses persalinan kala II lebih lama dari 30 menit) Hasilnya:tidak ada efek yang signifikan dari intervensi tersebut Posisi tegak pada persalinan kala II Yang dimaksud posisi tegak adalah duduk (dikursi obstetric /kursi tanpa sandaran), posisi semi berbaring( badan dimiringkan 30° terhadap garis vertical) , posisi berlutul, jongkok ( dengan alat atau tanpa bantalan), dan jongkok dengan bantalan). 20 percobaan, yang melibatkan 6135 wanita dilakukan untuk membadingkan posisi tegak pada kala II dengan posisi yang lain untuk menilai: wanita tanpa anestesi epidural dengan interval 4-menit lebih pendek untuk melahirkan bayi rasa sakit berkurang insiden NRFHR lebih rendah persalinan dengan bedah vagina yang kehilangan darah > 500 ml -Pijat perineum dari usia kehamilan 34 minggu sampai melahirkan Dalam 3 percobaan, yang melibatkan 2434 wanita Intervensinya adalah pijat dengan minyak almond manis selama 5-10 menit setiap hari Hasilnya ada kesempatan yang signifikan lebih tinggi dalam hal perineum utuh dibandingkan tanpa adanya intervensi pijat. Pijat perineum dan peregangan perineum pada kala II persalinanEvidence basenya: 1 percobaan, yang melibatkan 1340 wanita menunjukkan jumlah yang sama dalam hal tingkat perineum utuh, tetapi menurunkan kejadian laserasi derajat ketiga Dalam percobaan lain yang melibatkan 807 ♀, pijat perineum pada kala II hasil yang sama dalam hal rendahnya kejadian (<2%) laserasi deratat tiga atau empat Penggunaan Episiotomi rutin 7 percobaan yang melibatkan 4996 wanita, membandingkan penggunaan episotomi rutin (73%) dan episiotomi terbatas (28%). Hasilnya: Banyaknya trauma perineum posterior, Komplikasi jahitan luka dan proses penyembuhan luka Nyeri saat melakukan hubungan seksual Dengan penurunan resiko trauma perineum anterior Penggunaan episotomi menunjukkan hasil yang sama pada kejadian inkontinensia urin dan alvi Belum ada bukti yang cukup mendukung penggunaan episiotomi dalam keadaan berikut: Persalinan dengan alat bantu (forsep, vakum) penentuan kondisi fetus yang abnormal Pada kelahiran preterm Pada kelahiran dengan metode breech Prediksi makrosomia Perkiraan adanya rumptur imminen (mengancam) TERIMA KASIH
Perbedaan Tinggi Fundus Uteri Pada Ibu Postpartum Setelah Pemberian Senam Nifas Pada Hari Ke 1 Sampai Hari Ke 3 Di Rumah Sakit Bhineka Bakti Husada Tangerang Selatan Tahun 2016