• N. koklearis : u/pendengaran
• N. vestibularis : u/keseimbangan
PEMERIKSAAN NERVUS KOKLEARIS
(PENILAIAN INDRA PENDENGARAN)
I. Test Schwabach
• Menerangkan tujuan pemeriksaan kepada pasien. Pada tes ini pendnegaran pasien
dibandingkan dengan pendengaran pemeriksa (yang dianggap normal).
• Pasien diminta untuk duduk dengan tenang.
• Garpu tala dibunyikan dan kemudian ditempatkan didekat telingan pasien.
• Setelah pasien tidak mendengarkan bunyi lagi, garpu tala tersebut ditempatkan di dekat
telinga pemeriksa.
Interpretasi:
• Bila masih terdengar bunyi oleh pemeriksa, maka dikatakan bahwa Schwabach lebih
pendek (untuk konduksi udara).
• Kemudian garpu tala dibunyikan lagi dan pangkalnya ditekankan pada tulang mastoid
pasien.
• Setelah pasien tidak mendengar lagi, garpu tala tersebut ditempatkan pada tulang mastoid
pemeriksa. Bila pemeriksa masih mendengarkan bunyinya maka dikatan bahwa
Schwabach (untuk konduksi tulang) lebih pendek.
II. Tes Rinne
• Menerangkan tujuan pemeriksaan
kepada pasien.
• Garpu tala dibunyikan dan
pangkalnya ditekankan pada tulang
mastoid pasien dan diminta untuk
mendengarkan bunyinya.
• Setelah pasien tidak mendengar,
garpu tala segera didekatkan pada
telinga.
Interpretasi:
• Jika setelah didengarkan pada telinga dan bunyi masih terdengar maka konduksi udara
lebih baik dari pada konduksi tulang, dan dalam ahl ini dikatakan Rinne positif.
• Bila tidak terdengar lagi setelah garpu tala dipindahkan dari tulang mastoid ke dekat
telingan, berarti Rinne negative.
• Pada orang normal, konduksi udara lebih baik dari pada konduksi tulang, demikian juga
pada tuli saraf.
• Pada tuli konduktif, konduksi tulang lebih baik dari konduksi udara.
III. Tes Weber
• Menerangkan tujuan pemeriksaan
pada pasien.
• Garpu tala yang dibunyikan
ditekankan pangkalnya pada dahi
pasien, tepat dipertengahan.
• Pasien diminta mendengarkan
bunyinya dan menentukan pada
telinga mana bunyi lebih keras
terdengar.
Interpretasi:
A. Pada orang normal : kerasnya bunyi suara sama dengan pada telinga kiri dan kanan
B. Tuli konduktif : bunyi lebih kuat pada telinga yang tuli
C. Tuli perseptif (tuli saraf) : bunyi lebih kuat pada telinga yang sehat
Catatan:
Pada tuli perseptif (tuli saraf), pendengaran berkurang, Rinne positif dan Weber
berlateralisasi ke telinga yang sehat.
Pada tuli konduktif, pendengaran berkurang, Rinne negatife dan Weber berlateralisasi ke
telinga yang tuli.
PEMERIKSAAN NERVUS VESTIBULARIS
(PENILAIAN KESEIMBANGAN)
I. Pemeriksaan dengan test kalori.
• Bila telinga kiri didinginkan (diberi air dingin) timbul nystagmus kekanan. Bila telinga
kiri dipanaskan (diberi air panas) timbul nystagmus kekiri. Nystagmus ini disebut sesuai
dengan fasenya yaitu : fase cepat dan fase pelan, misalnya nystagmus kekiri berarti fase
cepat kekiri.
• Bila ada gangguan keseimbangan maka perubahan temperature dingin dan panas
memberikan reaksi.
II. Pemeriksaan “Past Pointing Test”
• Pasien diminta menyentuh ujung jari pemeriksa dengan jari telunjuknya, kemudian dengan
mata tertutup pasien diminta untuk mengulangi. Normalnya pasien harus dapat melakukannya.
III. Test Romberg
• Pasien berdiri dengan kaki yang satu didepan kaki yang lainnya. Tumit kaki yang satu berada
didepan jari kaki yang lainnya, lengan dilipat pada dada dan mata kemudian ditutup. Orang
yang normal mampu berdiri dalam sikap Romberg yang dipertajam selama 30 detik atau lebih.
IV. Test melangkah ditempat (Stepping Test)
• Pasien berjalan ditempat, dengan mata tertutup, sebanyak 50 langkah dengan kecepatan seperti
jalan biasa. Selama tes ini pasien diminta untuk berusaha agar tetap ditempat dan tidak
beranjak dari tempatnya selama tes berlangsung
• Dikatakan abnormal bial kedua kedudukan beranjak lebih dari 1 meter dari tempat semula, atau
badan terputar lebih dari 30 derajat
NERVUS GLOSSOFARINGEUS (N. IX)
• Serat motorik
• Serat sensorik
PENILAIAN KEMAMPUAN MENELAN
(NERVUS KRANIALIS IX & X)
• Menerangkan tujuan pemeriksaan kepada pasien
• Pasien diminta untuk duduk atau baring dengan posisi kepala minimal ditinggikan sekitar
45 derajat.
• Pasien diminta memakan makanan padat, lunak dan menelan air.
• Perhatikan apakah ada salah telan (disfagia).
Interpretasi:
Kelumpuhan N.IX dan N.X dapat menyebabkan disfagia. Sering dijumpai pada hemiparesis
dupleks, yang disebut juga sebagai kelumpuhan pseudo-bulber. Persarafan N.IX dan X
adalah bilateral, karenanya kelumpuhan supranuklear baru terjadi bila ada lesi bilateral.
PEMERIKSAAN REFLEX GAG
(NERVUS KRANIALIS IX & X)
• Menerangkan tujuan pemeriksaan pada pasien
• Pasien diminta membuka mulut
• Sentuh dinding belakang farings dengan spatel
• Perhatikan uvula : akan terangkat ketika dilakukan stimulus
• Dilakukan stimulus pada kedua sisi dan dibandingkan keduanya
Interpretasi:
Uvula akan bergerak ke salah satu sisi : jika terdapat UMN atau LMN pada sisi yang lain.
Uvula tidak bergerak ketika diminta pada pasien untuk menyebut AHH atau GAG : kedua
otot palatum paresis. Uvula bergerak ketika menyebut AHH, tetapi tidak pada saat
menyebut GAG, dengan penurunan sensasi pada farings : kelumpuhan N. IX (jarang).
NERVUS AKSESORIUS (N. XI)