Anda di halaman 1dari 42

PENATALAKSANAAN

KEPERAWATAN PADA SAAT


BENCANA (SISTEM EVAKUASI)

Ns. Maryana, S.SiT.,S.Psi.,S.Kep.,M.Kep


POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA
Tim Penanganan bencana
Tim Reaksi Cepat

1) Pelayananmedis
 Dr. Umum/BSB (sertifikasi GELS/
PPGD)
 Dokter spesialis (bedah, anastesi)
 Perawat mahir (bedah,gadar perawat
tersetifikasi Keperawatan Gawat
Darurat Basic 1 &2)
lanjutan
 Tenaga Disaster victim investigation
(DVI)
 Apoteker/asisten apoteker
 Supir ambulance

2) Surveilans (epidemiolog/ sanitarian)


3) Petugas komunikasi
Tim Rapid Health Assesment (RHA)

Dr. Umum
Perawat
Ahli epidemiologi
Sanitarian
Tugas Pokok dan Fungsi Perawat dalam
Tim Reaksi Cepat

Triage
Melakukan pertolongan gawat
darurat
Evakuasi, stabilisasi dan transportasi
Rujukan
Triase
Adalah suatu sistim menyeleksi
korban sesuai dengan tingkat
urgensinya sehingga pertolongan
dapat dilakukan dengan cepat
dan tepat secara efisien dan
efektif.
TUJUAN TRIASE
 Mengetahui kondisi kegawatan;
gawat darurat, gawat tidak darurat,
tidak gawat tidak darurat, dan
meninggal.
 Memberikan tindakan yang cepat
dan tepat.
Tujuan Triase di Lapangan
Untuk mengidentifikasi korban yang perlu dikirim ke
rumah sakit dan yang dapat ditunda kemudian
Triase ini utamanya didasarkan pada urgensi (keutamaan)
status korban dan juga pada kemungkinan korban
tersebut untuk hidup
Identifikasi secara cepat korban yang membutuhkan
stabilisasi segera (perawatan di lapangan)
Identifikasi korban yang hanya dapat diselamatkan
dengan pembedahan darurat (life saving surgery)
Triase Lapangan
 Triase ditempat (triase satu)

 Triase medik (triase dua)

 Triase evakuasi (triase tiga)


Triase di tempat (triase satu)
Dilakukan “ditempat dimana korban
pertama ditemukan” atau pada tempat
penampungan.
Umumnya dilakukan oleh tim Pertolongan
Pertama
Diharapkan dapat dilakukan identifikasi
korban yang memerlukan pelayanan medis
segera (pemindahan segera ke pos medis
lanjutan) dan korban-korban yang dapat
ditunda, atau dengan kata lain untuk
mengklasifikasi korban kedalam kelompok
gawat darurat (merah, kuning) dan non gawat
darurat (hijau , hitam)
Triase di tempat (triase satu)
Korban gawat darurat ditandai dengan pita
merah berukuran besar. Korban non gawat
darurat diberi tanda dengan pita hijau, dengan
pita ini korban lebih mudah dikenali oleh petugas
tandu yang akan memindahkan korban tersebut.

Dengan cara ini waktu yang dibutuhkan untuk


triase ditempat mencakup pemeriksaan,
klasifikasi, pemberian tanda, dan pemindahan
akan sangat berkurang, dan tingkat kesalahan
klasifikasi korban akan turut berkurang.
Triase medik (triase dua)
Triase ini dilakukan saat korban memasuki
pos medis lanjutan oleh tenaga medis yang
paling berpengalaman yang mempunyai
paling banyak keterampilan untuk
melakukan triase.

Petugas triase sebaiknya dipilih dari dokter


yang bekerja di UGD, ahli anestesi dan yang
terakhir adalah dokter bedah dan perawat.
Kartu warna yang dipergunakan
 Merah :
Respon time :............
korban-korban yang membutuhkan
stabilisasi segera, contohnya :
 Syok dengan berbagai kausa

 Gangguan pernafasan

 Perdarahan eksternal masif


Kuning
 Respon time: ...............
 Korban yang memerlukan pengawasan ketat
tetapi perawatan dapat ditunda sementara,
yeng termasuk dalam kategori ini adalah :
o Korban dengan resiko syok (korban

dengan gangguan jantung, trauma


abdomen berat)
o Multiple fraktur

o Fraktur femur/pelvis

o Luka bakar luas

o Gangguan kesadaran/trauma kepala


Hijau
 Respon time: .........................
 Kelompok korban yang tidak memerlukan
pengobatan atau pemberian pengobatan
dapat ditunda, mencakup korban dengan:
 Fraktur minor

 Luka minor, luka bakar minor


Hitam
 Respon time: .................
 Korban telah meninggal
dunia
Triase evakuasi (triase tiga)
Dalam triase ini prioritas ditujukan
pada korban yang dapat dipindahkan
ke rumah sakit yang telah disesuaikan
untuk menerima korban bencana
masal dan telah siap untuk menerima
pengiriman korban tersebut.
Tindakan dalam triage
 Mengkaji keluhan utama pasien dan
gejala
 Riwayat kesehatan singkat
 Pengkajian fisik (primer dan sekunder)
 Menetapkan tingkat kegawatan
 Memisahkan pasien sesuai tingkat
kegawatan
Pertolonga pertama
 Tenaga Pelaksana : dilakukan oleh para
sukarelawan, petugas pemadam kebakaran,
polisi, tenaga dari unit khusus
 Tempat Pelaksanaan
o Di lokasi kecelakaan, sebelum korban
dipindahkan
o Tempat penampungan sementara

o Pada tempat hijau dari pos medis

lanjutan
Cara Pertolongan Pertama
Kepada korban dapat diberikan
pertolongan pertama, kontrol jalan nafas,
fungsi pernafasan dan jantung, pengawasan
posisi korban, kontrol perdarahan,
imobilisasi fraktur, pembalutan dan usaha-
usaha untuk membuat korban merasa lebih
nyaman
Cara Pertolongan Pertama
Tetapi harus selalu diingat bahwa jika korban
masih berada di lokasi kejadian yang paling
penting adalah memindahkan korban sesegera
mungkin, membawa korban ke ruang gawat
darurat, ke pos medis lanjutan

sambil melakukan usaha pertolongan pertama,


seperti mempertahankan jalan nafas dan kontrol
perdarahan. Mengingat akan membutuhkan
waktu dan tenaga, pada bencana massal RJP tidak
dilakukan di lokasi kecelakaan
Pos Medis Lanjutan
Merupakan daerah perawatan, yang dilengkapi dengan
peralatan medik sederhana dan merupakan garis depan
dari upaya pertolongan korban kecelakaan massal dan
disebut sebagai pos medis lanjutan.

Untuk memberikan perawatan efektif terhadap korban


secepat mungkin. Jika ternyata fasilitas kesehatan yang
ada di daerah bencana tidak dapat menampung dan
memberikan perawatan yang efektif bagi keseluruhan
korban, atau fasilitas kesehatan tujuan tersebut
mungkin berada jauh dari lokasi kejadian
Lokasi
Dapat ditempuh berjalan kaki dari lokasi kecelakaan
( 50 – 100 meter)

 Daerah yang aman


 Ada akses langsung ke jalan raya
tempat evakuasi dilakukan
 Berada dekat dengan pos komando
 Berada dalam jangkauan pos
komando
Peranan
Tujuan utama penyediaan pos ini adalah untuk
menyediakan tempat yang efektif untuk melakukan
upaya stabilisasi korban.

Stabilisasi ini mencakup intubasi, trakheotomi,


pemasangan drain thorak, penatalaksaan syok,
analgetik, pemberian infus, imobilisasi fraktur dan
pembalutan luka. Harapannya dengan adanya posko
ini diharapkan banyak klien yang tadinya merah
berubah menjadi kuning
Tenaga Pelaksana
Diperlukan tenaga medis yang mempunyai
kemampuan stabilisasi di lapangan, perawatan
yang dilakukan di pos medis lanjutan ini harus
berkualitas sama dengan yang bekerja di IGD.

Kelompok ini akan di bantu oleh dokter dari


IGD, ahli anestesi, ahli bedah, dan tenaga
perawat yang berasal dari ruang Gawat
Darurat.
Tempat perawatan
 Tempat Perawatan Gawat Darurat
 Tempat Perawatan Merah
 Ketua tim : dokter ahli anestesi,
dokter IGD atau perawat yang
berpengalaman
 Perawat IGD
 Tenaga bantuan : tenaga penolong
pertama
 Tenaga pengangkut tandu
Tempat Perawatan
Tempat Perawatan Kuning
Ketua Tim Perawat IGD
Tenaga bantuan : tenaga penolong

pertama
Tenaga pengangkut tandu
Tempat Perawatan
 Tempat Perawatan Non Gawat Darurat

 Tim Perawatan Area Hijau


 Ketua tim perawat
 Tenaga bantuan : tenaga penolong pertama
 Tenaga pengangkut tandu

 Daerah penempatan korban yang telah meninggal


dunia (korban yang telah diberi label hitam)
tidak perlu petugas khusus
Alur Pos Medis Lanjutan Dasar
ARUS PELAYANAN KORBAN
DILAPANGAN
(satu arah tidak bersilang, “3 T rule” ; TAG/TRIASE – TREAT –
TRANSFER )

TRIASE Ke
EVAKUASI
MEDIS Pos medis
Lanjutan
(Rumah sakit)

I
II III
RED
YELLOW GREEN
ZONE
(area ZONE (area ZONE (area pendukung,
Penyelamatan) Pertolongan) Info publik)
Evakuasi, stabilisasi, dan transportasi
Prinsip

Pengaturan ketat terhadap laju dan tujuan


evakuasi sangat diperlukan untuk mencegah
dilampauinya kapasitas fasilitas kesehatan
tujuan: Salah satu tugas tim penanggulangan
yang pertama tiba didaerah bencana adalah
menghentikan evakuasi spontan yang
dilakukan oleh penduduk
Evakuasi, Stabilisasi, dan Transportasi
Korban tidak boleh dipindahkan ke pos medis lanjutan
sebelum :

Korban berada dalam kondisi yang paling stabil yang


memungkinkan baginya
Korban telah disiapkan /diberi peralatan yang memadai
untuk transportasi
Fasilitas kesehatan penerima telah diberitahu dan siap
menerima korban
Kendaraan dan pengawalan yang dipergunakan merupakan
yang paling layak dari yang tersedia
Kontrol Alur Pemindahan Korban
Prinsip

Pemindahan korban (dengan berjalan kaki, tandu atau


kendaraan) harus dilakukan secara satu arah dan
tanpa ada yang saling bersilangan. Dari daerah
bencana ketempat penampungan, dari tempat
penampungan ke pos medis lanjutan, dari pos medis
lanjutan ke tempat perawatan, dari tempat perawatan
ke lokasi evakuasi/ transportasi (ambulans) dari lokasi
evakuasi/ transportasi (ambulans) ke rumah sakit.
Kontrol Alur Pemindahan Korban
Ambulans yang memadai
Radio Komunikasi (petugas transport di pos
medis lanjutan, IGD RS, pos komando,
pangkalan)
Tanggung Jawab Pengemudi ambulans (hanya
diperkenankan menerima perintah dari petugas
transport)
Kontrol lalu lintas
Persiapan transportasi
Pemeriksaan kondisi/stabilisasi pasien
dengan melakukan monitoring terhadap
denyut jantung, tekanan darah,
pernafasan, ventilasi, hemostatis, jika
dijumpai abnormalitas, hal tersebut harus
dilaporkan
Persiapan transportasi
 Pemeriksaan peralatan

 Memeriksa apakah semua pipa/selang dalam kondisi


yang benar
 Memastikan efisiensi peralatan imobilisasi (collar
neck, bidai, dll)
 Memastikan kartu triase terpasang dan mudah dilihat
 Monitoring selama diperjalanan dan melaporkan jika
kondisi korban semakin memburuk
Ketenagaan
Dipimpin oleh seorang perawat/ tenaga medis gawat darurat
yang berpengalaman yang mampu :

Memeriksa stabilitas korban


Memeriksa peralatan yang dipasang pada korban
Monitoring korban sebelum dilakukan pemindahan ke
fasilitas lain
Supervisi pengangkutan korban
Menyediakan /mengatur pengawalan

Petugas administrasi
Penanggung jawab transportasi yang merupakan petugas senior
dari pemadam kebakaran atau layanan ambulans
Penatalaksanaan Keperawatan Gawat Darurat
pada saat terjadi Bencana
Perawat merupakan bagian integral dalam
penanganan bencana/korban massal dan terlibat
mulai dari triase sampai evakuasi, adapun peran
perawat pada saat terjadi bencana meliputi :
Triase bencana sesuai dengan kompetensi
Penanganan korban sesuai kondisi dan kompetensi
mulai dari triase, pos medis lanjutan (perawatan merah,
kuning, hijau, hitam) sampai evakuasi dan transportasi
Penyediaan alat dan obat
Membantu kelompok beresiko
Membantu korban yang mengalami stress berat
Transportasi dan rujukan dalam bencana
Karakteristik Perawat
Memiliki kemampuan dalam penanganan
kegawatdaruratan (Emergency Nursing basic 1 atau 2)
Berpengalaman dibidangnya
Percaya diri dan mahir dalam praktek sehari-hari
Mampu beradaptasi terhadap lingkungan yang tidak biasa
(baru)
Kesiapan diri
Mampu bekerja dalam tim di lingkungan yang tidak
dikenal
Mengenali keterbatasan dan kekurangan diri
Penatalaksanaan keperawatan pada saat
terjadi bencana
Pengkajian primer dan sekunder
Pertolongan pertama
kontrol jalan nafas, fungsi pernafasan dan
jantung, RJP kontrol perdarahan, resusitasi cairan
pengawasan posisi korban, imobilisasi fraktur,
pembalutan dan usaha-usaha untuk membuat
korban merasa lebih nyaman
Penatalaksanaan keperawatan pada saat
terjadi bencana
kolaborasi untuk tindakan stabilisasi korban dan
monitoring keadaan korban

perawatan luka pencegahan tetanus,

mempersiapan, mendampingi dan terlibat dalam


evakuasi, transportasi, dan rujukan.
Prinsip-prinsip melakukan kerjasama
(timwork)

Memahami tupoksi masing-masing


Melakukan koordinasi/kolaborasi dalam
melaksanakan tugas
Melakukan komunikasi interpersonal
dalam tim

Anda mungkin juga menyukai