Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

Walden’s Reaction Cycle

1. Sofi Nabila NIM. 206090200011006


2. Fety Andriani NIM. 206090200011011
3. Yoandra Nadya Yoniansyah ​NIM. 216090201111006
4. Noval Dwi Wijaya NIM. 216090201111007
5. Shova Audinia Hardiyanti NIM. 216090201111008
SIKLUS WALDEN
• Reaksi SN2 menyebabkan inversi konfigurasi
stereokimia, yang dikenal sebagai inversi Walden.
• Inversi ini pertama kali diamati oleh ahli kimia
yaitu Paul Walden pada tahun 1896. Paul Walden (1863-1957)
• Walden menemukan satu contoh pertama siklus
optik yang kemudian dijelaskan oleh Emil Fischer
sebagai pengamatan paling mengejutkan di
bidang zat optis aktif sejak penyelidikan
mendasar yang dilakukan oleh Pasteur.
• Inversi Walden adalah inversi pusat kiral pada
molekul dalam suatu reaksi kimia. Inversi ini
mengubah konfigurasi molekul dari satu bentuk
enansiomer ke bentuk enansiomer lainnya.

Hermann Emil Fischer


• Tahun 1896, Walden melihat bahwa (-) asam malat dapat dirubah
menjadi (+)asam malat melalui tahapan reaksi kimia dengan pereaksi
α-kiral.
• Dari gambar di samping, dapat dilihat konversi reaksi (+) asam
klorosuksinat menjadi (-) asam malat pada perlakuan dengan kalium
hidroksida melibatkan inversi.
• Selain itu konversi dari (-) asam malat menjadi (+) asam
klorosuksinat dengan PCl5 juga akan mengalami inversi.
• Pada hidrolisis yang dimediasi oleh Ag 2O/H2O dari (+) asam
klorosuksinat menjadi (+) asam malat mengalami retensi konfigurasi
stereokimia.
• Selanjutnya (+) asam malat akan mengalami inversi menjadi (-)
asam klorosuksinat dan selanjutnya mengalami retensi menjadi (-)
asam malat
Gambar 1. Siklus Walden • Sehingga menghasilkan suatu siklus yang dinamakan siklus walden
Mekanisme Reaksi Subtitusi Front-side attack:
Nukleofil Senyawa Alifatik

Bila reaksi subtitusi melibatkan


nukleofil, maka reaksi tersebut
disebut subtitusi nukleofilik.
Reaksi subtitusi nukleofilik Back-side attack:
senyawa alifatik biasanya terjadi
pada alkil halide. Atom karbon
yang mengikat halide pada alkil
halide mempunyai muatan
positif, sehingga mudah diserang
oleh nukleofil.
Back-side attack:

Jika ditinjau dari sudut pandang orbitalnya,


Ketika nukleofil menyerang dari arah depan,
orbital dari nukleofil akan membentuk overlap
bonding dan antibonding dengan ikatan C-X
(alkil halide), sehingga overlap antibonding pada
ikatan C-X akan menggagalkan overlap bonding Front-side attack:
dari nukleofil dengan karbon tetrahedral,
sehingga ikatan antara nukleofil dan karbon
tetrahedral tidak dapat terjadi. Sedangkan Ketika
nukleofil akan membentuk overlap bonding
dengan ikatan C-X (alkil halide) terjadi
peningkatan interaksi overlap, yang akan
membentuk ikatan antara nukleofil dengan
karbon tetrahedral.
Mekanisme Inversi
Konfigurasi

Pada akhirnya terjadi inversi Walden atau inversi


konfigurasi yang merupakan pembalikan pusat karbon dari
posisi awal (seperti paying yang terbalik).
• Berdasarkan reaksi Walden cycle maka masing-
masing serangan nukleofil memberikan retensi
dan inversi konfigurasi stereokimia. Retensi dan
inversi akan menghasilkan stereoisomer yang
berbeda. Berdasarkan reaksi tersebut asam malat
yang bereaksi dengan PCl5 akan mengalami
inversi membentuk klorida.
• Kemudian berdasarkan reaksi diatas terjadi
retensi dari konfigurasi gugus asam karboksilat
dengan pereaksi perak oksida. Perak oksida
merupakan AgOH anhidrat.
Walden’s Reaction
Cycle
ENANTIOMER

cermin
Gambar. Skema diagram Polarimeter

E. Fachriyah and Ismiyarto, Stereokimia, Pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012.


A. Yamamoto, N. Akiba, S. Kodama, A. Matsunaga, K. Kato, and H. Nakazawa, “Enantiomeric purity
determination of malic acid in apple juices by multi-beam circular dichroism detection,” J. Chromatogr.
Gambar. Siklus reaksi walden inversion
A, vol. 928, no. 2, pp. 139–144, 2001, doi: 10.1016/S0021-9673(01)01143-8.
McMurry. John. 2008. Organic Chemistry 7th Edition. USA: Thomson Brooks/Cole.
SN2 Mechanism of
Walden Inversion
Retention of Confuguration
Less 1390
angle
strain 1740

Dengan menggunakan metode PCM (Polarized Continuum Model), kita dapat


mengetahui produk mana yang lebih mudah terbentuk dalam sistem air.
CONTOH KASUS • Proses defloronasi dari asam 2-floro-2-fenil
WALDEN’S asetat oleh enzim fluoroasetat dehalogenase
INVERTION
F berada di sisi belakang dari ikatan C kiral
OH berada di sisi depan dari ikatan C kiral

Enzim
Asam 2-hidroksil
Asam 2-floro- fenil asetat
2-fenil asetat

Substrat

•Enzim bertindak sebagai nukleofilik yang menyerang C kiral pada Substrat bertindak sebagai pengikat gugus pergi (leaving group)
gugus asam 2-floro-2-fenil asetat. proses defloronasi dari asam 2- yaitu atom F yang terikat dengan atom C kiral pada gugus asam
floro-2-fenil asetat oleh enzim fluoroasetat dehalogenase
2-floro-2-fenil asetat.
Lampiran (Pertanyaan)
• 1. (Alya farra diba) : Berdasarkan contoh yang diberikan, penggunaan nukleofil yang digunakan
OH, apakah terdapat yang lain ? dan jenis-jenis nukleofil banyak, apakah pada Walden’s reaction ini
pnggunaan nukleofiliknya apakah hanya OH saja apa bisa lainnya ? kalau misalnya ada nukleofil
yang lain mungkin bisa ditambahkan.

• Penjelasan : Jadi pada mekanisme Walden’s cycle itu sendiri menggunakan asam malat dan asam
klorosuksinat dalam hal itu melibatkan Ag2O dalam media air, dimana hal ini melibatkan gugus
hidroksilnya yang dijadikan sebagai nukleofil. Dan yang digunakan dalam Walden’s cycle ini
nukleofilnya menggunakan basa kuat tetapi dalam hal ini juga dapat menggunakan PCl5, dan
penggunakan KOH dan NaOH (basa kuat) dalam reaksi inversi ini karena gugus nukleofil langsung
menyerang gugus karbonil sehingga tidak terbentuk karbo kation. Jadi penggunaan nukleofil dalam
hal ini tergantung berdasarkan reaktan yang digunakan maupun produk yang diinginkan.
• Pertanyaan 2 (Dwika) : Apakah besar tidaknya faktor sterik
mempengaruhi inversi yang terjadi ?
• Penjelasan : Pada subtitusi reaksi SN2 ini dapat berlangsung
berdasarkan keelektronegatifan gugus leaving group , ketika
keelektronegatifan leaving group lebih rendah dari nukleofilik maka
reaksi tersebut dapat dilakukan. Tetapi ketika leaving group tersebut
lebih elektronegatif maka reaksi tersebut lebih sukar untuk dilakukan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa faktor sterik sangat berpengaruh
terutama pada reaksi SN2, karena pada reaksi SN2 penyerangan
gugus nukleofilik terjadi pada posisi backside attack, jadi ketika posisi
backside attack tidak boleh dalam keadaan crowded.
• 3. Pertanyaan 3 (Christine) : Apakah inversi Walden hanya terjadi
pada reaksi SN2 ?
• Penjelasan : reaksi Walden bisa terjadi antara reaksi SN1 dan SN2
tergantung pada struktur komponennya dan bergantung pada faktor
kesterikannya tinggi atau tidak, serta kemampuan nukleofiliknya juga
perlu diperhatikan apakah termasuk nukelofilik kuat atau lemah.
Bedasarkan reaksi Walden ini terdapat nukleofilik OH dan Cl yang
cenderung untuk melakukan reaksi SN2. Dan kemungkinan untuk
terjadi reaksi SN1 sangatlah kecil hal ini tergantung pada struktur
komponennya.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai