Konsep Seksualitas
Konsep Seksualitas
Isu-isu seksualitas
Pembicaraan mengenai seksualitas seringkali dianggap
sebagai hal yang tabu tidak pantas dibicarakan dalam
komunitas umum bersifat pribadi hanya dikaitkan dengan
masalah hubungan antar lawan jenis.
Klien tidak terlepas dari aspek seksualitasnya ketika mereka
berada dalam sistem pelayanan kesehatan.Dalam pelayanan
kesehatan dengan pendekatan holistik,semua aspek saling
berinteraksi. Aspek seksualitas mempengaruhi dan
dipengaruhi oleh aspek biologi, psikologi, sosiologi, kultural
dan spiritual. Perawat harus mempunyai dasar pengetahuan,
ketrampilan dalam pengkajian dan komunikasi serta sikap
yang tepat.
Pengertian seksualitas
Seksualitas dipengaruhi oleh norma dan peraturan kultural yang menentukan apakah
perilaku yang diterima di dalam kultur. Keragaman kultural secara global menciptakan
variabilitas yang sangat luas dalam norma seksual dan menghadapi spectrum tentang
keyakinan dan nilai yang luas. Misalnya termasuk cara dan perilaku yang
diperbolehkan selama berpacaran, apa yang dianggap merangsang, tipe aktivitas
seksual, sanksi dan larangan dalam perilaku seksual, dengan siapa seseorang
menikah dan siapa yang diizinkan untuk menikah. Setiap masyarakat memainkan
peran yang sangat kuat dalam membentuk nilai dan sikap seksual, juga dalam
membentuk atau menghambat perkembangan dan ekspresi seksual anggotanya.
Setiap kelompok sosial mempunyai aturan dan norma sendiri yang memandu perilaku
anggotanya. Peraturan ini menjadi bagian integral dari cara berpikir individu dan
menggarisbawahi perilaku seksual, termasuk, misalnya saja, bagaimana seseorang
menemukan pasangan hidupnya, seberapa sering mereka melakukan hubungan seks,
dan apa yang mereka lakukan ketika mereka melakukan hubungan seks
Dimensi Agama dan etik
Organ seks internal : vagina, uterus, tubulus falopii dan ovarium.Organ seks
eksternal secara kolektif disebut vulva yang terdiri dari mons pubis (mons
veneris), labia mayora, labia minora, klitoris dan ostium vaginalis (introitus).
Organ seks eksternal pria adalah penis dan skrotum.Organ seks internal
pria yaitu testis, epididimis dan duktus deferen, kelenjar prostat, vesikula
seminalis dan kelenjar Cowper.
KOMPONEN KESEHATAN SEKSUAL
Siklus respon seksual normal terdiri dari empat tahap yang terjadi berturutturut.
“Normal” pada umumnya mengacu pada panjang siklus masing-masing fase,
dan hasil bercinta yang memuaskan. Empat tahapan siklus respon seksual
1) Fase kegembiraan adalah tahap pertama, yang dapat berlangsung dari
beberapa menit sampai beberapa jam. Beberapa karakteristik dari fase
kegembiraan meliputi:
a) Peningkatan ketegangan otot
b) Peningkatan denyut jantung
c) Perubahan warna kulit
d) Aliran darah ke daerah genital
e) Mulainya pelumasan Vagina
f) Testis membengkak dan skrotum mengencang
2) Fase plateau adalah fase yang meluas ke ambang orgasme.
Beberapa perubahan yang terjadi dalam fase ini meliputi:
a) Fase kegembiraan meningkat
b) Peningkatan pembengkakan dan perubahan warna vagina
c) Klitoris menjadi sangat sensitive
d) Testis naik ke dalam skrotum
e) Adanya peningkatan dalam tingkat pernapasan, denyut jantung, dan
tekanan darah
f) Meningkatnya ketegangan otot dan terjadi kejang otot
3) Fase orgasme adalah puncak dari siklus respons seksual, dan
merupakan fase terpendek, hanya berlangsung beberapa detik. Fase ini
memiliki karakteristik seperti berikut:
a) Kontraksi otot tak sadar
b) Memuncaknya denyut jantung, tekanan darah, dan tingkat
pernapasan
c) Pada wanita, kontraksi otot vagina menguat dan kontraksi rahim
berirama
d) Pada pria, kontraksi otot panggul berirama dengan bantuan kekuatan
ejakulasi
e) Perubahan warna kulit ekstrem dapat terjadi di seluruh tubuh
4) Tahap terakhir, yang disebut fase resolusi, adalah ketika
tubuh secara perlahan kembali ke tingkat fisiologis normal.
Fase resolusi ditandai dengan relaksasi, keintiman,dan
seringkali kelelahan. Sering kali perempuan tidak memerlukan
fase resolusi sebelum kembali ke aktivitas seksual dan
kemudian orgasme, sedangkan laki-laki memerlukan waktu
pemulihan sebelum orgasme selanjutnya. Seiring
pertambahan usia laki-laki, panjang dari fase refraktori akan
sering meningkat.
Permasalahan seksualitas
• Ketidaktahuan mengenai seks
• Kelelahan
• Konflik
• Kebosanan
Membantu Kesulitan Seksual
Kemampuan yang dapat sangat membantu tidak hanya memfasilitasi pasien dalam
mengekspresikan kekhawatiran mereka mengenai kesulitan seksual, tetapi juga
dengan mendengarkan secara empati. Tidak jarang, ini merupakan pertama kali
pasien benar-benar mengutarakan masalah mereka dan mampu melakukannya, maka
masalah dan kemungkinan-kemungkinan penyebabnya lebih mudah dibawa ke dalam
perspektif. Pada banyak kasus, mungkin tidak tersedia informasi mengenai respons
seksual normal dan apa yang dapat diharapkan. Hal ini dapat dengan mudah
diperbaiki. Contoh-contoh umum adalah asumsi bahwa pasangan harus mencapai
orgasme bersama-sama atau bahwa pihak wanita harus mengalami orgasme hanya
melalui hubungan per vaginam. Dengan cara berbicara dengan pasangan,kita dapat
membantu mereka untuk lebih memahami satu sama lain dan mengetahui arti
pengalaman seksual bagi masingmasing. Mendorong pasangan untuk berbicara
secara lebih terbuka dan nyaman mengenai perasaan-perasaan seksual mereka
sering merupakan hal yang sangat penting, karena cara tersebut dapat membuka jalan
bagi pasangan untuk menyelesaikan sendiri masalahnya. ( Glasier: 2005 )