MODUL 7 DAN 8
Oleh
Kelompok 4
U1 = 4 U1=3+1 U1=3+
U2 = 7 U2=3+4 U2=3+
U3 = 12 U3=3+9 U3=3+
U4 = 19 U4=3+16 U4=3+
U5 = 28 U5=3+25 U5=3+
U2 – U1 = 5–2 = 3
U3 – U2 = 8–5 = 3
U4 – U3 = 11–8 = 3
U5 – U4 = 14–11 = 3
Contoh 2
U2 – U1 = b U2 = U1 + b U2 = a+b
U3 – U2 = b U3 = U2 + b U3 = (a+b)+b U3 = a+2b
U4 – U3 = b U4 = U3 + b U4 = (a+2b)+b U4 = a+3b
U5 – U4 = b U5 = U4 + b U5 = (a+3b)+b U5 = a+4b
Jawab:
S5 = 4 + 10 + 16 + 22 + 28
S5 = 28 + 22 + 16 + 10 + 4 + (urutannya dibalik)
2S5 = 32 + 32 + 32 + 32 + 32
2S5 = 32 × 5
S5 = = 80
Berdasarkan cara pengerjaan seperti itu dapat diketahui bahwa S
ternyata dapat dicari dengan mengalikan hasil penjumlahan suku yang
pertama (U1) dan suku terakhir (U5) dengan banyaknya suku pada
barisan aritmetika tersebut, kemudian dibagi dengan 2 yang secara
matematis ditulis sebagai: S5 =
Jika suatu barisan aritmetika dengan suku awal (U1)=a dan suku akhir
Un, maka S5 = … (*)
Pada pembahasan sebelumnya diketahui Un=a+(n-1)b, sehingga pada
persamaan (*) Un dapat diganti dengan a+(n-1)b dan diperoleh
sebagai berikut:
Sn =
Sn =
Sn =
Sn = (U1 + Un)
Contoh:
Tentukan jumlah 60 suku pertama dari deret 2+5+8+11+…
Jawab:
Dari deret tersebut diketahui U1=a=2, b=3, dan n=60
Sn = (2a + (n-1) b)
S60 = (2.2 + (60-1) 3)
S60 = 30 (4 + 59.3)
S60 = 30 . 181
S60 = 5430
Jawab:
Diketahui a=22, b’=6, n=2, b=100-22=78
b’ = 6= 6(k+1) = 78 6k+6 = 78 6k = 72 k = 12
n’ = n + k(n-1) n’ = 2 + 12(2-1) n’ = 14
A. Teknik Menghitung
P=
P= 3.4 = 12
Secara umum, dapat di bentuk suatu aturan untuk menentukan banyaknya
permutasi dari n unsur dengan ada unsur yang sama. Misalnya di dalam
himpunan terdapat n unsur yang terdiri dari :
n₁ unsur pertama
n₂ unsur ke dua
.
.
unsur ke- k
Maka banyaknya permutasi yang mungkin dari n unsur tersebut adalah
P(A∪B) = p(A) + p(B)-
p(A∩B)
Kombinasi
Pada permutasi, unsur-unsur disusun dengan memperhatikan urutan.
Bahasa berikutnya adalah susunan unsur-unsur dengan tidak
memperhatikan urutan yang disebut kombinasi. Missal himpunan yang
terdiri dari 4 huruf {A,B,C,D} akan dibentuk himpunan bagian yang
terdiri dari 2 anggota. Himpunan bagian yang diperoleh adalah {A,B},
{A,C}, {A,D}, {B,C}, {B,D}, {C,D}. himpunan bagian ini merupakan
salah satu contoh kombinasi, yaitu kombinasi 2 unsur dari 4 unsur,
ditulis . Pada kombinasi, susunan terdiri atas unsur yang sama, walaupun
urutannya tidak sama hanya diperhitungkan satu kombinasi. Maka {A,B}
= {B,A}, {A,C} = {C,A}, {A,D} = {D,A}, {B,C} = {C,B}, {B,D} =
{D,B}, {C,D} = {D,C}.
Contoh
Seorang siswa harus menjawab 5 pertanyaan dari 8 pertanyaan pada suatu
tes. Dengan berapa cara ia dapat memilih 5 pertanyaan tersebut ?
Penyelesaian:
= = = = 56
Kegiatan Belajar 3
Macam-Macam Kejadian
Kejadian Saling Lepas
Untuk mengilustrasikqn konsep ini, kita perhatikan contoh pelemparan sebuah
mata dadu.
Contoh
Dalam pelemparan sebuah mata dadu satu kali, berapa peluang muncul mata dadu
ganjil atau mata dadu 4?
Penyelesaian:
Missal A= kejadian munculnya mata dadu ganjil
n(B)= 3 1
p(A∪B) = = = 3
5 4
p(A)= 6
p(B) =
jadi, p(A∪B)= p(A)+p(B)
karena +
Kejadian A atau B
•
Sekarang kita lihat contoh dimana p(C∪D)≠p(C)+p(D) atau ≠ , karena hasil
munculnya mata dadu 6 dapat terjadi pada kejadian C dan D. jadi hasil
munculnya mata dadu 6 tidak dapat dihitung dua kali dalam p(C) + p(D).
peluang dari suatu hasil yang terdapat pada kedua kejadian C dan D ditulis
p(C∩D). karena n(CCD) terhitung pada n(C) dan n(D) maka menentukan
n(C∪D)= n(C) + n(D)-n(CD). n(D)-n(CD). Dengan demikian ,
P(C ∪D)=
=+-
• = p( C) + p(D) – p(C ∩ D), atau
Diskusi ini memberikan aturan peluang kejadian A atau B, yaitu untuk
setiap kejadian A dan B, peluang kejadian A atau B di definisikan dengan:
Ᾱ
AC
A ∪ Ᾱ = S dan A ∩ Ᾱ = ∅,
Maka p( A∪ Ᾱ =p(S) = 1 dan p(A∩ Ᾱ)= p(∅)=0
Oleh karena itu p(A ∪ A)= p(A)+ p(Ᾱ) – p(A∩ Ᾱ)
1= p(A)+p( Ᾱ)-0
P(Ᾱ) = 1- p(A)
jadi
•
P(Ᾱ)= 1-
p(A)