Madzmumah Akhlak al-Madzmumah adalah kebalikan dari akhlak mahmudah, atau dapat disebut dengan akhlak tercela. Akhlak al-Madzmumah ialah tingkah laku yang tercela atau akhlak yang jahat (qabihah). Akhlak tercela adalah perangai yang tercermin dari tutur kata, tingkah laku, dan sikap yang tidak baik. Al-Ghazali mengatakan bahwa akhlak tercela akhlak yang buruk. Ia lebih sebagai racun pembunuh yang membinasakan, memecahkan kepala, melingkari perbuatan-perbuatan yang keji dan kotor. Akhlak yang buruk itu adalah pintu-pintu yang terbuka menuju neraka (siksa) Allah SWT yang dibingkai oleh syetan sebagai penyesat hingga meresap ke relung kalbu manusia, yang menghilangkan kehidupan abadi pelakunya di akhirat kelak. Untuk lebih jelas, berikut ini akan dikemukakan beberapa pendapat hikmah tentang akhlak al- Madzmumah yang dikemukakan oleh al-Ghazali: • Imam Hasan pernah mengatakan, “Siapa saja yang buruk perangai (akhlak)nya, maka sungguh ia telah menyiksa dirinya sendiri. • Yahya bin Muadz mengatakan, “Akhlak yang buruk merupakan suatu kejahatan yang tidak berguna bagi penyandangnya, meski dengan banyaknya perbuatan baik yang dilakukan. Dari beberapa pendapat yang dikemukakan di atas dapatlah disimpulkan bahwa akhlak al-Madzmumah adalah akhlak yang tidak terpuji yang dapat merugikan diri sendiri maupun orang lain. Akhlak al-Madzmumah tidak akan menjadikan baik bila disandang oleh ahli ibadah. • Contoh dan dalil-dalil Akhlak al-Madzmumah Banyak contoh Akhlak al-Madzmumah beserta dalilnya, baik yang menjelaskan larangan berakhlak al-Madzmumah maupun hal lain yang berkaitan dengannya. • Angkuh dan Sombong Angkuh dan sombong adalah dua sikap atau perilaku yang saling menguatkan keburukan pribadi seseorang. Jika seseorang angkuh, sudah tentu ia seorang yang sombong, begitu pula sebaliknya. Angkuh dan sombong dapat menyakiti hati orang lain dan membuat orang lain teraniaya, karena itu Islam melarang sikap ini. Firman Allah: ك لَ ْن تَ ْخ ِر َقَّ ن ِ إ ا َ ً ََ ْحرم ضِ األر ي ِ شف ِ َوال تَ ْم )٣٧( ال طُوال ِ َ َض َولَ ْن َت ْبلُ َغ الْجب َ األر ْ “Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung.” (QS. Al-Isra’: 37) ِاألرض ي ِ ف شِ م ت ال و ِ َّاس ن لِ ل ك َّ د ص ِّع ْر َخ ْ َ ْ َ َ َ َُوال ت ٍ َب ُك َّل ُم ْخت )١٨( ال فَ ُخوٍر حِ ي ال هَّ ُّ ُ َ َم َر ًحا إل ال َّ ن ِ “Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (QS. Luqman: 18) Nabi saw bersabda, “Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya ada sebesar biji sawi dari kesombongan” (HR. Muslim) • Merendahkan Orang lain/Mengolok-olok Adalah sikap yang dicela dalam Islam, karena Islam melarang sikap saling merendahkan. Tidak ada manusia yang lebih kedudukannya dalam pandangan Allah melainkan karena unggul dalam taqwanya saja. َّاس إِنَّ ا َخلَ ْقنَا ُك ْم ِم ْن ذَ َك ٍر َوأُْنثَ ى َو َج َع ْلنَا ُك ْم ُش ُعوبًا ُ يَ ا أ َُّي َه ا الن يم َخبِ ٌير ِو َقبائِل لِتعارفُوا إِ َّن أَ ْكرم ُكم ِع ْن َد اللَّ ِه أَْت َقا ُكم إِ َّن اللَّه عل ٌ َ َ ْ ْ ََ َ ََ َ َ َ )١٣( “Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Al-Hujurat: 13) ْ وم ِم ْن َق ْوٍم َع َس ى أ َن يَ ُكونُوا َخ ْي ًرا ِم ْن ُه ْم َوال نِ َساءٌ ِم ْن نِ َس ٍاء ٌ َآمنُوا ال يَ ْس َخ ْر ق َ َ ين ِ َّي ا أ َُّيه ا ال ذ َ َ سو ُق ف ُ ْ ل ا م االس ْ س ئ ْ ِاب بِ َن يَ ُك َّن َخ ْيرا ِم ْن ُه َّن َوال َتل ِْم ُزوا أَ ْن ُفس ُك ْم َوال َتنَ َاب ُزوا بِاأللْ َق ْ َع َس ى أ ُ ُ َ َ ً )١١( ك ُه ُم الظَّالِ ُمو َن َ ِب فَأُولَئ ُت ي م ْ َ ْ ْ ََ َل َ ن مو ِ ب ْع َد اإليم ان َ “Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh Jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh Jadi yang direndahkan itu lebih baik. dan janganlah suka mencela dirimu sendiri[1409] dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman[1410] dan Barangsiapa yang tidak bertobat, Maka mereka Itulah orang-orang yang zalim.”(QS. Al-Hujurat: 11) • Berdusta Berdusta termasuk sikap yang amat tercela, karena bisa merugikan bahkan mencelakai dirinya sendiri dan orang lain. Allah berfirman: ٍ َّويل لِ ُك ِّل أَف )٧( اك أَثِ ٍيم ٌ َْ “Kecelakaan besarlah bagi tiap-tiap orang yang banyak berdusta lagi banyak berdosa.” (QS. Al- Jatsiyah: 7) Berdusta menyebabkan orang berdosa besar dan dapat merusak imannya. Sebab orang yang biasa berdusta tergolong munafik. Simak Hadis Nabi yang artinya: “Tanda-tanda orang munafik itu ada tiga; bila berkata ia berbohong, bila berjanji ia mengingkari dan bila dipercayai ia mengkhianati”. (Mutaffaqun ‘Alaih) • Hasad/Dengki Dengki adalah membenci nikmat/rezki yang dianugrahkan Allah kepada orang lain, sambil bertanya dalam hati, mengapa orang yang memperoleh nikmat tersebut dan bukan saya, atau mengapa ia bisa menyamai apa yang ku miliki. Dengki pada dasarnya suatu dorongan jiwa yang dipengaruhi oleh godaan syaitan, yang tak senang apabila orang lain senang atau sukses malah lebih senang bila melihat orang lain susah dan terpuruk. Sifat dengki ini amat merugikan karena dapat menimbulkan kebencian pula dari orang yang menjadi subjek dengki. Sifat dengki ini sebaiknya dihindari , karena perbuatan yang sia-sia. Seluruh amal kebaikan dapat menjadi hilang sama sekali sebagaimana Rasulullah saw bersabda, “Jauhilah sifat hasad karena hasad itu memakan (pahala) kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar”. (HR. Abu Daud) • Berprasangka Buruk Berprasangka buruk (su’u al-zhann) adalah sikap yang muncul dari orang-orang yang sering berpikir negatif terhadap orang lain. Sikap ini menimbulkan rasa curiga terhadap tingkah laku atau perkataan seseorang bahkan siapa saja, bahkan tak pernah percaya pada siapapun. Kalau sudah demikian halnya orang yang suka berprasangka buruk ini memiliki resistensi penyakit fisik dan psikis yang tinggi. (Lihat QS. Al- Hujurat: 12) • Bakhil (kikir) Bakhil (kikir) sifat yang tidak pernah mau berbagi kepada orang lain, karena tidak mensyukuri nikmat yang diberikan Allah kepadanya. Kalaupun terpaksa ia harus memberi ia akan memberikan harta miliknya yang sama sekali tidak disukainya bahkan sesuatu yang sudah usang pun tega ia berikan kepada orang lain.Orang bakhil disamping menjadi kufur nikmat, juga tipis rasa malunya. Padahal harta itu tidak dibawa mati. Allah berfirman: اه ُم ت آ ا م ون مت ك يو لِ خ ْب ل اِب َّاس ن ال ون ر ْ ِ َّ َ َ ُ َ ُ ُ ََ ُ َ ْ ْ َ ُ ُ َ َ َ ْ َ َ ال م أ يو ون َ ل ُ خ ب ي ين ذ )٣٧( ين َع َذابًا ُم ِهينًا ِ ر ِضلِ ِه وأَ ْعتَ ْدنَا لِ ْل َكاف ْ ف َ ن ِ م ه َّ ل ال َ َ ْ ُ “(yaitu) orang-orang yang kikir, dan menyuruh orang lain berbuat kikir, dan Menyembunyikan karunia Allah yang telah diberikan-Nya kepada mereka. dan Kami telah menyediakan untuk orang-orang kafir[296] siksa yang menghinakan.” (QS. An-Nisa: 37) • Riya’ Riya’ (ingin dipuji) adalah sifat yang dapat mendatangkan syirik (kecil), karena itu jauhilah sifat riya’. Mengapa sifat ini mendatangkan syirik? Karena tujuan ingin mendekatkan diri kepada Allah dibarengi dengan ketidakikhlasan. Padahal ikhlas dalam beramal salah satu syarat agar amal tidak ditolak oleh Allah. Firman Allah: ادعُ ُه ْم َوإِذَا قَ ُاموا إِلَى ِ َخ ون اللَّهَ َو ُه َو ِ ِ ِ َ ُ َ ُ َ إِ َّن ال ُْمنَاف ع اد خ ي ين ق ون اللَّهَ إِال قَلِيال َ َوال يَ ْذ ُك ُر َّاس َ نال ون َ اءري ى ُ َُ َ َُل ا س كُ وا امَق ِ الص الة َّ )١٤٢( “Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali.” (QS. An-Nisa: 142) • Ananiyah (Egoistis) Ananiyah atau egoistis adalah perilaku dimana seseorang manusia yang hanya mementingkan diri sendiri tanpa memperdulikan keadaan atau kondisi orang lain. Sikap ini disamping merugikan orang lain ia juga merugikan diri sendiri. Karena itu sikap ananiyah ini perlu dihindari agar tidak merugi lebih besar lagi. Ananiyah dapat menyuburkan sikap sombong, angkuh dan kikir. Karena orang yang berperilaku seperti itu menganggap orang lain tidak penting baginya, sebab dia merasa lebih segala-galanya dari orang lain pula. Orang yang dihinggapi sikap ananiyah akan dihinggapi secara permanen oleh sifat kikir. Allah SWT berfirman: اه ُم تآ ا م ون مت ك يو لِ خ ْبل اِب َّاسن ال ون ر م ْ ِ َّ َ ْ ُ َ َ ُ ُ ََ ْ ُ َ َ ُُ َ َ َ ْ َ َ ال أ يو ون َ ل ُ خ بي ين ذ )٣٧( ين َع َذابًا ُم ِهينًا ِ ر ِضلِ ِه وأَ ْعتَ ْدنَا لِ ْل َكاف ْ ف َ ن ِ م ه َّ ل ال َ َ ْ ُ “(yaitu) orang-orang yang kikir, dan menyuruh orang lain berbuat kikir, dan Menyembunyikan karunia Allah yang telah diberikan-Nya kepada mereka. dan Kami telah menyediakan untuk orang-orang kafir siksa yang menghinakan.” (QS. An-Nisa: 37) • Al-Baghyu (Obral diri dengan lawan jenis) Al-Baghyu adalah sikap yang amat tercela. Islam melarang umatnya mengobral diri dengan lawan jenis, yang berarti melakukan hubungan tanpa ikatan perkawinan, baik laki-laki yang mengobral kepada perempuan atau sebaliknya. Perilaku al-Baghyu ini akan menjerumuskan pelakunya dalam kemaksiatan. Karena mengobral diri dengan lawan jenis adalah perilaku yang mengarah kepada perbuatan zina. (QS. Al-Isra: 32) Pada dasarnya masih banyak lagi contoh-contoh akhlak al-Madzmumah yang terjadi di sekitar kita dan dapat saja muncul dalam diri pribadi secara tiba-tiba dan tidak disengaja atau disengaja. Namun hal itu dapat saja dihindari, manakala kita tetap menyuburkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah dengan konsekwen menjalankan akhlak Mahmudah.