Anda di halaman 1dari 25

AKHLAK TERCELA

(AL-MADZMUMAH)

AGAMA (STUDI ISLAM-1)


A. Akhlak Tercela (al-Madzmumah)

• Pengertian dan Hakikat Akhlak al-


Madzmumah
Akhlak al-Madzmumah adalah kebalikan dari
akhlak mahmudah, atau dapat disebut dengan
akhlak tercela. Akhlak al-Madzmumah ialah
tingkah laku yang tercela atau akhlak yang jahat
(qabihah). Akhlak tercela adalah perangai yang
tercermin dari tutur kata, tingkah laku, dan sikap
yang tidak baik.
Al-Ghazali mengatakan bahwa akhlak tercela akhlak
yang buruk. Ia lebih sebagai racun pembunuh yang
membinasakan, memecahkan kepala, melingkari
perbuatan-perbuatan yang keji dan kotor. Akhlak
yang buruk itu adalah pintu-pintu yang terbuka
menuju neraka (siksa) Allah SWT yang dibingkai oleh
syetan sebagai penyesat hingga meresap ke relung
kalbu manusia, yang menghilangkan kehidupan
abadi pelakunya di akhirat kelak.
Untuk lebih jelas, berikut ini akan dikemukakan
beberapa pendapat hikmah tentang akhlak al-
Madzmumah yang dikemukakan oleh al-Ghazali:
• Imam Hasan pernah mengatakan, “Siapa saja yang
buruk perangai (akhlak)nya, maka sungguh ia telah
menyiksa dirinya sendiri.
• Yahya bin Muadz mengatakan, “Akhlak yang buruk
merupakan suatu kejahatan yang tidak berguna bagi
penyandangnya, meski dengan banyaknya perbuatan
baik yang dilakukan.
Dari beberapa pendapat yang
dikemukakan di atas dapatlah disimpulkan
bahwa akhlak al-Madzmumah adalah
akhlak yang tidak terpuji yang dapat
merugikan diri sendiri maupun orang lain.
Akhlak al-Madzmumah tidak akan
menjadikan baik bila disandang oleh ahli
ibadah.
• Contoh dan dalil-dalil Akhlak al-Madzmumah
Banyak contoh Akhlak al-Madzmumah beserta dalilnya, baik
yang menjelaskan larangan berakhlak al-Madzmumah
maupun hal lain yang berkaitan dengannya.
• Angkuh dan Sombong
Angkuh dan sombong adalah dua sikap atau perilaku yang
saling menguatkan keburukan pribadi seseorang. Jika
seseorang angkuh, sudah tentu ia seorang yang sombong,
begitu pula sebaliknya. Angkuh dan sombong dapat
menyakiti hati orang lain dan membuat orang lain teraniaya,
karena itu Islam melarang sikap ini. Firman Allah:
‫ك لَ ْن تَ ْخ ِر َق‬َّ
‫ن‬ ِ
‫إ‬ ‫ا‬
َ ً ََ ْ‫ح‬‫ر‬‫م‬ ‫ض‬ِ ‫األر‬ ‫ي‬ ِ
‫شف‬ ِ ‫َوال تَ ْم‬
)٣٧( ‫ال طُوال‬ ِ
َ َ‫ض َولَ ْن َت ْبلُ َغ الْجب‬
َ ‫األر‬
ْ
“Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini
dengan sombong, karena Sesungguhnya kamu
sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan
sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi
gunung.” (QS. Al-Isra’: 37)
ِ‫األرض‬ ‫ي‬ ِ
‫ف‬ ‫ش‬ِ ‫م‬ ‫ت‬ ‫ال‬ ‫و‬ ِ
‫َّاس‬ ‫ن‬ ‫ل‬ِ
‫ل‬ ‫ك‬ َّ
‫د‬ ‫ص ِّع ْر َخ‬
ْ َ
ْ َ َ َ ُ‫َوال ت‬
ٍ َ‫ب ُك َّل ُم ْخت‬
)١٨( ‫ال فَ ُخوٍر‬ ‫ح‬ِ ‫ي‬ ‫ال‬ ‫ه‬َّ
ُّ ُ َ ‫َم َر ًحا إ‬‫ل‬ ‫ال‬ َّ
‫ن‬ ِ
“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari
manusia (karena sombong) dan janganlah kamu
berjalan di muka bumi dengan angkuh.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
yang sombong lagi membanggakan diri.” (QS.
Luqman: 18)
Nabi saw bersabda, “Tidak akan masuk surga
orang yang di dalam hatinya ada sebesar biji sawi
dari kesombongan” (HR. Muslim)
• Merendahkan Orang lain/Mengolok-olok
Adalah sikap yang dicela dalam Islam, karena
Islam melarang sikap saling merendahkan. Tidak
ada manusia yang lebih kedudukannya dalam
pandangan Allah melainkan karena unggul dalam
taqwanya saja.
‫َّاس إِنَّ ا َخلَ ْقنَا ُك ْم ِم ْن ذَ َك ٍر َوأُْنثَ ى َو َج َع ْلنَا ُك ْم ُش ُعوبًا‬
ُ ‫يَ ا أ َُّي َه ا الن‬
‫يم َخبِ ٌير‬ ِ‫و َقبائِل لِتعارفُوا إِ َّن أَ ْكرم ُكم ِع ْن َد اللَّ ِه أَْت َقا ُكم إِ َّن اللَّه عل‬
ٌ َ َ ْ ْ ََ َ ََ َ َ َ
)١٣(
“Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang
laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa -
bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah
ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah
Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Al-Hujurat: 13)
ْ ‫وم ِم ْن َق ْوٍم َع َس ى أ‬
‫َن يَ ُكونُوا َخ ْي ًرا ِم ْن ُه ْم َوال نِ َساءٌ ِم ْن نِ َس ٍاء‬ ٌ َ‫آمنُوا ال يَ ْس َخ ْر ق‬ َ َ ‫ين‬ ِ َّ‫ي ا أ َُّيه ا ال‬
‫ذ‬ َ َ
‫سو ُق‬ ‫ف‬
ُ ْ
‫ل‬ ‫ا‬ ‫م‬ ‫االس‬
ْ ‫س‬ ‫ئ‬
ْ ِ‫اب ب‬ِ ‫َن يَ ُك َّن َخ ْيرا ِم ْن ُه َّن َوال َتل ِْم ُزوا أَ ْن ُفس ُك ْم َوال َتنَ َاب ُزوا بِاأللْ َق‬ ْ ‫َع َس ى أ‬
ُ ُ َ َ ً
)١١( ‫ك ُه ُم الظَّالِ ُمو َن‬ َ ِ‫ب فَأُولَئ‬ ُ‫ت‬ ‫ي‬ ‫م‬
ْ َ ْ ْ ََ َ‫ل‬
َ ‫ن‬ ‫م‬‫و‬ ِ ‫ب ْع َد اإليم‬
‫ان‬ َ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki
merendahkan kumpulan yang lain, boleh Jadi yang ditertawakan itu lebih
baik dari mereka. dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan
kumpulan lainnya, boleh Jadi yang direndahkan itu lebih baik. dan janganlah
suka mencela dirimu sendiri[1409] dan jangan memanggil dengan gelaran
yang mengandung ejekan. seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang
buruk sesudah iman[1410] dan Barangsiapa yang tidak bertobat, Maka
mereka Itulah orang-orang yang zalim.”(QS. Al-Hujurat: 11)
• Berdusta
Berdusta termasuk sikap yang amat tercela,
karena bisa merugikan bahkan mencelakai
dirinya sendiri dan orang lain. Allah berfirman:
ٍ َّ‫ويل لِ ُك ِّل أَف‬
)٧( ‫اك أَثِ ٍيم‬ ٌ َْ
“Kecelakaan besarlah bagi tiap-tiap orang yang
banyak berdusta lagi banyak berdosa.” (QS. Al-
Jatsiyah: 7)
Berdusta menyebabkan orang berdosa
besar dan dapat merusak imannya. Sebab
orang yang biasa berdusta tergolong
munafik. Simak Hadis Nabi yang artinya:
“Tanda-tanda orang munafik itu ada tiga;
bila berkata ia berbohong, bila berjanji ia
mengingkari dan bila dipercayai ia
mengkhianati”. (Mutaffaqun ‘Alaih)
• Hasad/Dengki
Dengki adalah membenci nikmat/rezki yang dianugrahkan
Allah kepada orang lain, sambil bertanya dalam hati,
mengapa orang yang memperoleh nikmat tersebut dan
bukan saya, atau mengapa ia bisa menyamai apa yang ku
miliki. Dengki pada dasarnya suatu dorongan jiwa yang
dipengaruhi oleh godaan syaitan, yang tak senang apabila
orang lain senang atau sukses malah lebih senang bila
melihat orang lain susah dan terpuruk. Sifat dengki ini amat
merugikan karena dapat menimbulkan kebencian pula dari
orang yang menjadi subjek dengki.
Sifat dengki ini sebaiknya dihindari , karena
perbuatan yang sia-sia. Seluruh amal
kebaikan dapat menjadi hilang sama sekali
sebagaimana Rasulullah saw bersabda,
“Jauhilah sifat hasad karena hasad itu
memakan (pahala) kebaikan sebagaimana
api memakan kayu bakar”. (HR. Abu Daud)
• Berprasangka Buruk
Berprasangka buruk (su’u al-zhann) adalah sikap yang
muncul dari orang-orang yang sering berpikir negatif
terhadap orang lain. Sikap ini menimbulkan rasa curiga
terhadap tingkah laku atau perkataan seseorang
bahkan siapa saja, bahkan tak pernah percaya pada
siapapun. Kalau sudah demikian halnya orang yang
suka berprasangka buruk ini memiliki resistensi
penyakit fisik dan psikis yang tinggi. (Lihat QS. Al-
Hujurat: 12)
• Bakhil (kikir)
Bakhil (kikir) sifat yang tidak pernah mau berbagi
kepada orang lain, karena tidak mensyukuri nikmat
yang diberikan Allah kepadanya. Kalaupun terpaksa ia
harus memberi ia akan memberikan harta miliknya
yang sama sekali tidak disukainya bahkan sesuatu yang
sudah usang pun tega ia berikan kepada orang
lain.Orang bakhil disamping menjadi kufur nikmat,
juga tipis rasa malunya. Padahal harta itu tidak dibawa
mati. Allah berfirman:
‫اه ُم‬ ‫ت‬ ‫آ‬ ‫ا‬ ‫م‬ ‫ون‬ ‫م‬‫ت‬ ‫ك‬ ‫ي‬‫و‬ ‫ل‬ِ ‫خ‬ ‫ْب‬
‫ل‬ ‫ا‬ِ‫ب‬ ‫َّاس‬ ‫ن‬ ‫ال‬ ‫ون‬ ‫ر‬ ْ ِ َّ
َ َ
ُ َ ُ ُ ََ ُ َ ْ ْ َ ُ ُ َ َ َ ْ َ َ ‫ال‬
‫م‬ ‫أ‬ ‫ي‬‫و‬ ‫ون‬
َ ‫ل‬
ُ ‫خ‬ ‫ب‬ ‫ي‬ ‫ين‬ ‫ذ‬
)٣٧( ‫ين َع َذابًا ُم ِهينًا‬ ِ
‫ر‬ ِ‫ضلِ ِه وأَ ْعتَ ْدنَا لِ ْل َكاف‬
ْ ‫ف‬
َ ‫ن‬ ِ
‫م‬ ‫ه‬ َّ
‫ل‬ ‫ال‬
َ َ ْ ُ
“(yaitu) orang-orang yang kikir, dan menyuruh
orang lain berbuat kikir, dan Menyembunyikan
karunia Allah yang telah diberikan-Nya kepada
mereka. dan Kami telah menyediakan untuk
orang-orang kafir[296] siksa yang menghinakan.”
(QS. An-Nisa: 37)
• Riya’
Riya’ (ingin dipuji) adalah sifat yang dapat
mendatangkan syirik (kecil), karena itu jauhilah
sifat riya’. Mengapa sifat ini mendatangkan
syirik? Karena tujuan ingin mendekatkan diri
kepada Allah dibarengi dengan ketidakikhlasan.
Padahal ikhlas dalam beramal salah satu syarat
agar amal tidak ditolak oleh Allah. Firman Allah:
‫ادعُ ُه ْم َوإِذَا قَ ُاموا إِلَى‬ ِ ‫َخ‬ ‫ون اللَّهَ َو ُه َو‬ ِ ِ ِ
َ ُ َ ُ َ ‫إِ َّن ال ُْمنَاف‬
‫ع‬ ‫اد‬ ‫خ‬ ‫ي‬ ‫ين‬ ‫ق‬
‫ون اللَّهَ إِال قَلِيال‬
َ ‫َوال يَ ْذ ُك ُر‬ ‫َّاس‬
َ ‫ن‬‫ال‬ ‫ون‬
َ ‫اء‬‫ر‬‫ي‬ ‫ى‬
ُ َُ َ َُ‫ل‬ ‫ا‬ ‫س‬ ‫ك‬ُ ‫وا‬ ‫ام‬َ‫ق‬ ِ ‫الص‬
‫الة‬ َّ
)١٤٢(
“Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah,
dan Allah akan membalas tipuan mereka. dan apabila
mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan
malas. mereka bermaksud riya (dengan shalat) di
hadapan manusia. dan tidaklah mereka menyebut
Allah kecuali sedikit sekali.” (QS. An-Nisa: 142)
• Ananiyah (Egoistis)
Ananiyah atau egoistis adalah perilaku dimana
seseorang manusia yang hanya mementingkan
diri sendiri tanpa memperdulikan keadaan atau
kondisi orang lain. Sikap ini disamping
merugikan orang lain ia juga merugikan diri
sendiri. Karena itu sikap ananiyah ini perlu
dihindari agar tidak merugi lebih besar lagi.
Ananiyah dapat menyuburkan sikap sombong,
angkuh dan kikir. Karena orang yang berperilaku
seperti itu menganggap orang lain tidak penting
baginya, sebab dia merasa lebih segala-galanya
dari orang lain pula. Orang yang dihinggapi sikap
ananiyah akan dihinggapi secara permanen oleh
sifat kikir. Allah SWT berfirman:
‫اه ُم‬ ‫ت‬‫آ‬ ‫ا‬ ‫م‬ ‫ون‬ ‫م‬‫ت‬ ‫ك‬ ‫ي‬‫و‬ ‫ل‬ِ ‫خ‬ ‫ْب‬‫ل‬ ‫ا‬ِ‫ب‬ ‫َّاس‬‫ن‬ ‫ال‬ ‫ون‬ ‫ر‬ ‫م‬ ْ ِ َّ
َ ْ
ُ َ َ ُ ُ ََ ْ ُ َ َ ُُ َ َ َ ْ َ َ ‫ال‬
‫أ‬ ‫ي‬‫و‬ ‫ون‬
َ ‫ل‬
ُ ‫خ‬ ‫ب‬‫ي‬ ‫ين‬ ‫ذ‬
)٣٧( ‫ين َع َذابًا ُم ِهينًا‬ ِ
‫ر‬ ِ‫ضلِ ِه وأَ ْعتَ ْدنَا لِ ْل َكاف‬
ْ ‫ف‬
َ ‫ن‬ ِ
‫م‬ ‫ه‬ َّ
‫ل‬ ‫ال‬
َ َ ْ ُ
“(yaitu) orang-orang yang kikir, dan menyuruh orang
lain berbuat kikir, dan Menyembunyikan karunia
Allah yang telah diberikan-Nya kepada mereka. dan
Kami telah menyediakan untuk orang-orang kafir
siksa yang menghinakan.” (QS. An-Nisa: 37)
• Al-Baghyu (Obral diri dengan lawan jenis)
Al-Baghyu adalah sikap yang amat tercela. Islam
melarang umatnya mengobral diri dengan lawan jenis,
yang berarti melakukan hubungan tanpa ikatan
perkawinan, baik laki-laki yang mengobral kepada
perempuan atau sebaliknya. Perilaku al-Baghyu ini
akan menjerumuskan pelakunya dalam kemaksiatan.
Karena mengobral diri dengan lawan jenis adalah
perilaku yang mengarah kepada perbuatan zina. (QS.
Al-Isra: 32)
Pada dasarnya masih banyak lagi contoh-contoh
akhlak al-Madzmumah yang terjadi di sekitar
kita dan dapat saja muncul dalam diri pribadi
secara tiba-tiba dan tidak disengaja atau
disengaja. Namun hal itu dapat saja dihindari,
manakala kita tetap menyuburkan keimanan dan
ketaqwaan kepada Allah dengan konsekwen
menjalankan akhlak Mahmudah.

Anda mungkin juga menyukai