Anda di halaman 1dari 26

Infeksi Bakteri pada Jantung

Lumba-Lumba
Oleh:
Putu Suandhika
NIM. 21/484702/PKH/00757
Pendahuluan

Lumba-lumba hidung botol adalah spesies yang umum ditemukan.


Habitatnya di perairan hangat, hampir ditemukan di seluruh perairan
di dunia kecuali Samudera Antartika.

Lumba-lumba hidung botol Indo-Pasifik, menurut Convention on


International Trade in Endangered of Wild Fauna and Flora (CITES)
termasuk dalam katagori Appendix II, yaitu hewan yang tidak
terancam punah, tetapi menjadi terancam punah jika
diperdagangkan tanpa aturan yang jelas.
Pendahuluan

Lumba-lumba hidung botol memiliki berat badan 150 – 650 kg.


Usianya dapat mencapai 50 tahun. Kematangan seksual 5-15
tahun.

Kasus pernafasan pada lumba-lumba umum ditemukan. Penyakit


dan kematian lumba-lumba dewasa dapat disebabkan oleh
berbagai hal, termasuk infeksi seperti septikemia, pneumonia,
meningitis, miokarditis, peritonitis, enteritis, dan lain-lain.
Studi Kasus

Hewan kasus: Lumba-lumba hidung botol dewasa (T. truncatus


gilli) yang diberi nama “Kako”, Batumi Dolphinarium Georgia.
Riwayat
18 Februari 2017, dilakukan Medical Chek Up rutin.

Dalam sampel hembusan nafas, ditemukan jumlah koloni bakteri non hemolitik yang
tinggi (>1000 CFU/ml).
Riwayat

23 Februari 2017
• Pemeriksaan darah: leukositosis
dengan peningkatan jumlah
neutrofil
• Biokimia darah normal
• Tidak ada perubahan perilaku.
• Hewan tidak diberikan
pengobatan
Riwayat
6 Maret 2017
• Kondisi tidak jauh berbeda
• Biokimia darah normal
• Dilakukan tindakan pemberian antibiotik dan
imunomudulasi
• Amoxicillin Clavunate (5 mg/kg, BID, 10 hari) ->
1 gr per hari
• Broncho-munal® P 7mg (2 cap, SID, 10 hari)
• 2 minggu sekali dilakukan pemeriksaan bakteri
pada hembusan nafas
• Hematologi: sebulan sekali.
• Perilaku hewan dievaluasi sebagai normal
• Beberapa indikator darah masih menunjukkan
kemungkinan infeksi bakteri.
Riwayat

5 April 2017
• Erythromycin (1 g, BID, 5 hari)
• Echinacea Compositum (1 ampul,
SID, 14 hari)

In the same period next round


• Bronchimunal (10 hari)
• Levokarnitin 10 ml (1 ampul, SID, 3
hari).
Riwayat
28 April 2017
• Persistent leukocytosis dengan peningkatan
neutrofil
• Biokimia normal, with only increased bilirubin
value (1.1 mg /dl).
• Treatment sebelumnya tidak berhasil, maka
dilakukan pengobatan yang baru;
• Ciprofloxacin (15 mg/kg, 10 hari) -> 5 g per
hari
• Hepatoprotector hepatrine (2 cap/hari, 2
bulan)
• Imunomodulator
• Pemeriksaan bakteri hembusan nafas:
extensive bacterial growth (>10000 CFU hem-)
Riwayat

23 Mei 2017
• Bakteri overgrowth, adanya komplikasi ke arah hepatitis
• Treatment
• Metabolic regulator Myocardin (levocarnitin) (2 ampul per
hari selama 10 hari)
• Ciprofloxacin 10 hari.
• Tidak teramati perilaku abnormal dari hewan
Riwayat
2 Juni 2017
• WBC tinggi, neutrofil tinggi
• Biokimia: bilirubin tinggi (1.2
mg/dl).
• Bakteri overgrowth (>10000).
• Tidak ada perilaku abnormal
• Perubahan treatment:
• Erythromycin (5 mg/kg, BID,
14 hari) -> 1,0 g x 2
Riwayat
18 Juni 2017
• Tidak ada perubahan
• Tingkah laku normal
• Pertumbuhan bakteri hembusan nafas makin tinggi (105 CFU).
• Treatment:
• Rifampicin (2,5 mg/kg PO BID) -> 0.5 g x 2 day, selama 1 bulan

02 Juli 2017
• Leukocytosis (15.9 k /mkl), neutrophilosis (72%), increase in erythrocyte sedimentation rate (ESR) (35 mm/h)
• Without significant changes in animal behavioral.
• Terapi:
• Rifampicin dilanjutkan
• Hepatrin were given for the prevention of gastrointestinal system disorders .

11 – 21 Juli 2017
• a minor change was observed in the animal’s behavior, mainly expressed in the several unsuccessful attempts to extract blood from
the dolphin’s tail fin.
Riwayat

22 Juli 2017
• Kakol terkadang turun di dasar kolam, dan menunjukkan aktivitas pernapasan yang sangat
lemah selama permukaan air.
• Hematologi:
• peningkatan jumlah WBC (17,19 k/mkl ),
• sedimentasi eritrosit (ESR) meningkat tajam (54 mm/jam),
• Penurunan nilai hemoglobin (12,3 g/dl).
• Treatment:
• Ampisilin (2g IM SID)
• Rifampisin (2,5 mg / kg PO BID) -> 3 cap,
• Lymphomyositi 2 g -> obat homeopati
Riwayat

24 Juli 2017
• Hewan aktif, bahkan terlibat dalam pembinaan dan sesi latihan.
• Selama sesi latihan (16:30) hewan tiba-tiba mengalami gangguan koordinasi dan
kejang berlanjut selama 3-4 menit.
• Hewan dengan cepat dipindahkan ke alas kolam, diberikan injeksi IM;
• 4 ml cordiamine
• 2 ml sulfocamphocain
• 4 ml deksametason
• 2 ml adrenalin
• Busa kemudian keluar dari lubang pernapasan dan hewan mati.
Hematologi
Biokimia Darah
Nekropsi

Kakol diperkirakan berusia 13 tahun.

Panjang 246 cm, BB 165 kg.

Perubahan pada jantung.


• Di ventrikel kiri ada masa berwarna putih
berdiameter 4-5 cm
• Setelah disayat, ditemukan cairan berwarna
kekuningan.
Pemeriksaan PA: Miokarditis purulen
fokal.
Sampling

Histopatologi: perut,
Isolasi dan identifikasi
jantung, paru-paru,
bakteri: swab jantung,
ginjal, testis, usus besar,
hati, dan paru-paru
limpa, dan hati

Organ difiksasi dalam formalin


Swab ditempatkan ke dalam
buffer fosfat 4%, embedded
tabung dengan Tryptic Soy Broth
dalam parafin, diwarnai dengan
(TSB) dan setelah inkubasi 24 jam
Hematoxylin dan Eosin (H&E) dan
pada suhu 37°C isinya digoreskan
Periodic Schiff Acid (PAS),
ke Tryptic Soy Agar (TSA) dengan
kemudian diperiksa di bawah
5% darah domba.
mikroskop.
Histopatologi
Jantung
• fibrosis luas dengan lesi pyo-granulomatosa.
• Jaringan fibroangioblastik miokardium:
granulosit berinti polimorf yang tersebar.
• Deposisi fibrin lokal pada epikardium dengan
perdarahan pada lemak epikardial dan
trombosis pembuluh darah.

Paru-Paru
• Pleura menunjukkan fibrosis dengan infiltrasi
ringan non-supuratif.
• Pulmonary interstitial lymphoplasmocytic dan
neutrophilic infiltrates disertai edema dan
intra-alveolar macrophages
Isolasi dan Identifikasi Bakteri
Paru-paru
• Koloni β-hemolitik, mukoid, berwarna abu-abu diameter 3-4 mm, batang gram negatif
• Identifikasi: E. coli

Hati
• Koloni berwarna krem kekuningan, diameter 2-2,5 mm, batang gram negatif, non fermenting
bacterium
• Identifikasi: Spingomonas paucimobilis
biochemical tests:
Jantung • KOH,
• Koloni 1: β-hemolitik, berwarna kekuningan, diameter 2-3 mm, gram positif cocci, berbentuk • Citochrom oxidase,
seperti anggur • catalase,
• Identifikasi: Staphylococcus aureus • amino acid
• Koloni 2: γ-hemolitik, berwarna putih krem, diameter 2-3 mm, gram positif cocci, berbentuk utilization
seperti anggur • carbohydrate
• Identifikasi: Staphylococcus xylosus
fermentation
Tes Resistensi Antibiotik

Isolat Paru – E. coli


• Resisten terhadap Macrolides, Tetracycline, Carbapenem, Quinolones,
Ciprofloxacin, Erythromycin, Ampicillin, dan Amoxicillin.

Isolat Jantung - Staphylococcus aureus dan S. xylosus


• Resisten terhadap lycopeptide-vancomycin, cephtazidime, dan
toerythromycin
• Eritromisin terlibat dalam skema pengobatan untuk beberapa waktu, yang
dapat berkontribusi pada pengembangan resistensi terhadap antibiotik ini.
Pembahasan

S. xylosus: infeksi oportunistik pada manusia

S. aureus: patogen resiko tinggi pada mamalia laut, dapat


menyebabkan komplikasi yang fatal
Spingomonas paucimobilis: oportunistik pada manusia,
menyebabkan infeksi nosocomial
Pengobatan yang tidak berhasil pada lumba-lumba “Kako”
disebabkan karena faktor resistensi.
Pembahasan
• Diagnosa didasarkan pada hasil nekropsi, histopatologi, dan isolasi-identifikasi
bakteri
• Pada mamalia laut dewasa, infeksi bakteri merupakan penyebab kematian yang
tinggi
• Hasil nekropsi dan temuan histopatologi Dolphin Kako juga sejalan dengan
parameter darah yang diperoleh sebelum kematian hewan
• Pemeriksaan bakteriologis (S. aureus, S. xylosus, E. coli) mampu menyebabkan
proses inflamasi purulen
Pembahasan
• Selama beberapa bulan, Kako tidak teramati menunjukkan gejala klinis karena
mamalia laut diketahui suka menyembunyikan kelemahan mereka demi
keselamatan dan kepercayaan diri
• Selama periode pengamatan hingga 5 bulan, hasil menunjukkan pertumbuhan
bakteri yang luas sementara sebagian besar parameter tetap dalam kisaran
normal tetapi perubahan jumlah WBC dan neutrofilosis. Hanya pada tahap
akhir ESR meningkat secara signifikan
• Parameter darah dalam kisaran yang cukup normal adalah efek pengobatan
antiinfeksi dan imunomodulator
Pembahasan
Kasus lain yang terjadi pada lumba-lumba:
• Inflamasi multisistemik: suppurative enteritis, encepahilis, dan pneumonia
disertai pancreatitis kronis berhubungan dengan kasus Meliodisis (Bukholderia
pseudomallei), menyebabkan kasus pernafasan progresif dan fatal septicemia
• Bacterial pneumonia: mortalitas tinggi
• Brucella: placentitis
• 3 bulan adalah usia rentan
• Infeksi Streptococcus berhubungan dengan kekurangan imunitas maternal

Anda mungkin juga menyukai