Anda di halaman 1dari 18

Neuralgia

pascaherpetika
Abstrak
• Neuralgia pascaherpetika adalah komplikasi tersering herpes zoster, didefinisikan
sebagai nyeri yang terus berlangsung selama 3 bulan setelah lesi herpes zoster
sembuh. Komplikasi ini dapat berlangsung terus-menerus selama bertahun-tahun
sehingga mengganggu kualitas hidup pasien. Neuralgia pascaherpetika dapat
diprediksi kejadiannya, sehingga dapat dilakukan pencegahan agar nyeri dapat
diminimalkan. Neuralgia pascaherpetika termasuk jenis nyeri neuropatik yang
bermanifestasi dalam bentuk alodinia, hiperalgesia, maupun nyeri spontan. Faktor
risiko utama neuralgia pascaherpetika antara lain usia tua, lesi kulit yang hebat,
nyeri akut yang berat, dan adanya nyeri prodromal pada dermatom sebelum
munculnya ruam. Untuk mencegah reaktivasi virus herpes zoster dapat diberikan
vaksinasi atau pemberian kombinasi obat antiviral dan analgetik yang adekuat
jika reaktivasi virus telah terjadi
Herpes Zoster
• Patofisiologi
- Seseorang yang mengalami herpes zoster karena reaktivasi virus Varicella zoster
- Menyerang 2 tempat :
a. ganglion posterior medula spinalis atau saraf kranialis
b. ganglion anterior
• Gambaran klinis

- Pada awalnya erupsi berupa papul dan plak eritema yang dalam beberapa jam
akan menjadi vesikel. Vesikel-vesikel baru terus terbentuk selama beberapa hari,
biasanya 1-5 hari, dipengaruhi usia pasien, beratnya penyakit, dan imunitas
pasien. Vesikel baru menandakan aktivitas replikasi virus. Vesikel selanjutnya
dapat berubah menjadi bula, vesikel hemoragik, pustul, krusta, lalu menyembuh.

- Lesi kulit dapat juga muncul tanpa didahului rasa nyeri, atau bahkan tidak disertai
rasa nyeri. Pada keadaan tertentu dapat juga terjadi nyeri tanpa lesi kulit di tempat
tersebut
Neuralgia Pascaherpetika
• Definisi
- Neuralgia pascaherpetika adalah komplikasi tersering dari herpes zoster
dan didefinisikan sebagai nyeri yang terus berlangsung selama 3 bulan
setelah lesi herpes zoster sembuh, atau nyeri yang terus berlangsung
selama 120 hari sejak timbulnya lesi herpes zoster
• Patofisiologi
- nosiseptor serabut saraf C  ambang sensoris terhadap suhu menurun  heat
hyperalgesia ( rasa terbakar )
- letupan ektopik dari nosiseptor C yang rusak  alodinia (rasa nyeri yg tidak
normal)
- Kerusakan saraf C  terbentuk tunas-tunas serabut saraf Aβ yang menerima
rangsang non-noksius mekanoseptor di superfisial kornu dorsalis medula spinalis
 hubungan antara serabut saraf Aβ yang tidak menghantarkan nyeri dengan
serabut saraf C  dipersepsikan sebagai nyeri ( raba halus )
• Prediksi
- Kemungkinan menderita neuralgia pascaherpetika dapat diprediksi dari beberapa
faktor :
1. usia tua
2. lesi kulit yang hebat
3. nyeri akut yang berat
4. nyeri prodromal pada dermatom sebelum munculnya ruam
- Pada orang tua terjadi polineuropati subklinis sehingga hanya dibutuhkan jumlah
virus yang lebih sedikit untuk menyebabkan neuralgia pascaherpetika
dibandingkan pada pasien muda
• Pencegahan
- Pencegahan neuralgia pascaherpetika dapat diusahakan dengan kombinasi agen
antiviral dan usaha agresif mengurangi nyeri akut pada pasien herpes zoster
- Terapi antiviral diharapkan dapat menghentikan replikasi virus, sehingga durasi
penyakit akan lebih singkat, dan menurunkan kejadian neuralgia pascaherpetika
- Contoh – contoh antiviral yg digunakan : asiklovir, valasiklovir, dan famsiklovir
- Terapi analgetika akan mengurangi nyeri yang merupakan faktor risiko utama
neuralgia pascaherpetika
- Selain itu, telah dikembangkan vaksin pencegahan herpes zoster yang
direkomendasikan oleh Centers for Disease Control and Prevention (CDC)
bagiyang berusia 60 tahun atau lebih

- Dalam penelitian klinis vaksin ini mengurangi risiko herpes zoster sebesar 51%
dan risiko neuralgia pascaherpetika sebesar 67%. Efek proteksi vaksin ini
dilaporkan dapat mencapai 6 tahun atau bahkan lebih.
• Penatalaksanaan
- Terdapat beberapa pilihan obat yang dapat digunakan untuk kejadian neuralgia
pascaherpetika, antara lain :
1. Gabapentin : gabapentin 300 mg pada hari pertama, 2 x 300 mg pada hari ke
dua, 3 x 300 mg pada hari ke tiga. Titrasi lalu diperlambat sampai mencapai 3 x
600 mg dalam 2 minggu. Dosisnya harus dibagi 3-4 kali sehari karena waktu
paruhnya pendek
2. Pregabalin : pregabalin 150-600 mg perhari, dibagi 2 dosis
3. Amitriptilin : Dosisnya dapat dimulai dengan 10-20 mg pada malam hari
dititrasi sampai 75-100 mg/ hari, sekali sehari.
4. Oksikodon 5-10 mg
5. Morfin 10-15 mg setiap 4 jam
- Jika tidak memuaskan, terapi opioid harus dikurangi secara bertahap sampai
akhirnya berhenti sama sekali untuk menghindari terjadinya withdrawal
symptoms
6. Tramadol : dosis 50-100 mg tiap 4 jam, tidak lebih dari 400 mg/ hari, dosis
harus dikurangi pada pasien usia lanjut dan pasien dengan gangguan fungsi
ginjal.
7. lidokain patch 5% : tiga buah patch dapat digunakan dalam satu waktu
pemberian, 12 jam digunakan, kemudian dilepaskan selama 12 jam. Lebih
efektif jika di kombinasikan dengan gabapentin secara bersamaan
8. Krim kapsaisin : dosis 0,025 dan 0.075% dapat digunakan 3-4 kali sehari,
namun harus diberitahu kepada pasien bahwa akan terasa sensasi terbakar pada
awal pemakaian
9. Metilprednisolon : Selain modalitas terapi oral dan topikal, dapat digunakan
juga terapi invasif seperti blok saraf simpatis, penyuntikan metilprednisolon
intratekal dan epidural, serta stimulasi medula spinalis
• Kesimpulan
- Neuralgia pascaherpetika adalah komplikasi tersering herpes zoster yang
disebabkan oleh reaktivasi virus varicella zoster, paling sering pada pasien usia
lanjut. Neuralgia pascaherpetika termasuk nyeri neuropatik, yakni nyeri yang
disebabkan oleh kerusakan atau disfungsi primer sistem saraf
- Kerusakan saraf yang terjadi akan menyebabkan pasien mengalami hiperalgesia,
alodinia, atau nyeri spontan yang konstan.
- Neuralgia pascaherpetika mungkin dapat dicegah dengan terapi optimal fase akut
herpes zoster dengan antiviral dan analgetik dari berbagai golongan obat, atau
dengan mencegah terjadinya herpes zoster melalui vaksinasi. Jika neuralgia
pascaherpetika telah terjadi, terapi dapat berupa obat oral dari golongan
antikonvulsan, antidepresan trisiklik, sampai golongan opioid. Dapat juga diberi
terapi topikal, atau bahkan terapi invasi

Anda mungkin juga menyukai