Anda di halaman 1dari 12

Identifikasi Limbah

B3 dan Insinerator

Laporan Praktikum
Anggrana Lapudooh
2020002029
Pendahuluan
Manusia dengan lingkungan mempunyai hubungan yang sangat dinamis.
Perubahan dalam lingkungan hidup dapat menyebabkan perubahan dalam
kondisi fisik maupun psikis manusia untuk beradaptasi dengan keadaan dan
kondisi yang baru.
Sebagai salah satu contoh meningkatkan jumlah penduduk menyebabkan
peningkatan pemilikan kendaraan bermotor diikuti oleh penambahan bengkel
pemberi pelayanan servis kendaraan dapat menjadi ancaman bagi kelestarian
lingkungan.
Bengkel kendaraan bermotor menyumbang limbah bengkel seperti oli bekas,
aki bekas, lap yang terkontaminasi oleh pelarut atau pelumas, dan sampah
bungkus oli maupun bungkus onderdil kendaraan bermotor. Walaupun limbah
bengkel dapat dimanfaatkan, limbah akibat kegiatan perbengkelan dapat
menimbulkan pencemaran terhadap tanah, air maupun udara karena jenis
limbah yang dihasilkan oleh bengkel berupa limbah cair, padat dan gas
tergolong limbah B3 yang mempunyai sifat toksik dan korosif.

2 Annual Review 11/28/21


Hal yang sama pun terjadi pada Rumah Sakit.
Sebagai sarana peningkatan kesehatan Rumah sakit terdiri dari beberapa bagian
yang saling berinteraksi dan berintegrasi. Bagian tersebut adalah balai
pengobatan, tempat praktik dokter, ruang operasi, laboratorium, farmasi,
administrasi, dapur, laundry, pengolahan sampah dan limbah, serta
penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan.
Dalam pelaksanaannya semua elemen yang ada di rumah sakit, berperan
sebagai sumber penghasil limbah. Limbah yang dihasilkan digolongan ke dalam
limbah medis. Dlihat dari keberadaannya limbah rumah sakit dapat memberi
dampak negatif dan mendatangkan pencemaran dari suatu proses kegiatan. Hal
ini akan terjadi apabila limbah yang dihasilkan tidak dikelola dengan baik.
Oleh karena itu perlu dilakukannya identifikasi limbah B3 dari kegiatan bengkel
motor dan rumah sakit.

3 Annual Review 11/28/21


Metode Praktikum

Studi Literatur Pengumpulan Data

Pengolahan dan
Survei Lokasi
Analisis Data

4 Annual Review 11/28/21


HASIL
Tabel 1. Hasil Identifikasi Limbah B3 dari kegiatan bengkel motor

Kode Jenis Kode


Sumber Kategori Karakteristik Bentuk
No. Industri/ Industri/ Limbah Uraian Limbah Kuantitas/Volume
Limbah Bahaya Limbah B3 Pengelolaan
Kegiatan Kegiatan B3

1 Oli bekas 1 Beracun 25 kg/hari


A355-1
2 Lampu bekas 2 Beracun 12 biji per minggu

3 Aki bekas 2 Korosif 14 biji per bulan


Bengkel
Pemeliharaan Pengumpulan
4 55 pemeliharaan Besi bekas Non limbah b3
motor pemanfaatan 140 kg per bulan
kendaraan
5 B355-2 Ban bekas Non limbah b3 5 biji per hari

6 Plastik bekas part Non limbah b3

7 Kardus bekas part Non limbah b3    


HASIL
Tabel 2. Hasil Identifikasi Limbah B3 dari Sumber Kegiatan Pembakaran RS Provinsi Manokwari
Kode Jenis
Karakteristik Bentuk
No Industri/ Industri/ Sumber Limbah Kode Limbah B3 Uraian Limbah Kategori Bahaya Kuantitas/Volume
Limbah B3 Pengelolaan
Kegiatan Kegiatan
1 cotton bud 1
2 reagent kit 1
3 baju hazmat 1
4 hair net 1
5 pelindung sepatu 1
6 masker bekas 1
7 handscoen 1
8 google 1
9 face shield 1
A337-1
10 limbah jarum suntik 1
11 1. Seluruh rumah sakit dan sampel uji bekas 1
Rumah sakit dan
laboratorium klinis. Pengolahan Min : 3 kg/hari
12 37 fasilitas pelayanan kapas pengusap bekas 1 Infeksius
2. Fasilitas secara termal Max : 30 kg/hari
13 kesehatan tabung alat swab 1
insinerator
14 pipet bekas 1
15 makanan bekas pasien 1
16 bantal bekas pasien 1
17 sprei bekas pasien 1
18 kasur bekas pasien 1
19 bungkus obat 2
20 botol ampul 2
21 B337-1 kemasan reagent kit 2
22 kemasan tabung reaksi 2
23 kemasan jarum suntik 2
1 A347-1 Fly ash insinerator 1 Pengurangan  
2 1. Proses insinerasi limbah A347-2 abu bawah insinerator 1
Pengoperasian
47 2. fasilitas Beracun 1 drum = 25 ltr
insinerator limbah Penyimpanan
3 pengendalian limbah B347-1 Residu pengolahan pipa gas 2 sekali bakar

PEMBAHASAN

Identifikasi pengelolaan limbah B3 dilakukan melalui observasi pada bengkel dan wawancara
kepada pemilik dan atau mekanik bengkel di Kabupaten Manokwari. Data yang didapat ialah data
mentah yang berisi jawaban dari responden mengenai permasalahan yang diteliti. Berdasarkan
Peraturan Pemerintah RI No. 85 tahun 1999 yang menyebutkan tentang kriteria/karakteristik
limbah B3, terdapat beberapa limbah kegiatan bengkel yang dapat dikategorikan sebagai limbah
B3, yaitu pelumas atau oli bekas, serta aki bekas.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa Limbah oli bekas dihasilkan dari kendaraan bermotor
yang berencana untuk mengganti oli mesin sementara limbah botol bekas adalah limbah botol
yang telah terkontaminasi oleh oli. Limbah oli sangat berbahaya karena limbah oli mengandung
logam berat yang dapat merusak sistem organ manusia.
“ Selain oli bekas, limbah bengkel lainnya yang dapat menyebabkan terjadinya pencemaran
lingkungan adalah aki bekas. Limbah ini, dapat mencemari lingkungan dikarenakan mengandung
kadar timbal yang tinggi. Limbah timbal yang mencemari perairan dapat menyebabkan keberadaan
timbal di dalam darah warga yang menggunakan air yang tercemar tersebut, yang akan
membahayakan kesehatan, dimana toleransi untuk kadar timbal dalam darah standar WHO 10
mikrogram per desiliter.
Pengelolaan limbah B3 dilakukan dengan cara pengumpulan dan pemanfaatan. Diketahui
Seluruh bengkel belum menggunakan label dan simbol yang sesuai dengan peraturan. Hanya
terdapat tulisan berbunyi “oli bekas” untuk wadah yang menampung oli bekas. Tidak ada simbol
limbah mudah terbakar, maupun label yang menandakan limbah B3
“ Limbah yang dihasilkan Rumah Provinsi Papua Barat berbentuk cair, padat dan gas.
Hampir seluruh limbah B3 yang dihasilkan dari kegiatan medis (penanganan pasien)
potensial menularkan penyakit atau bersifat infeksius. Limbah yang dihasilkan berupa
limbah patologis (organ atau anggota badan), limbah kimia (reagen-reagen yang digunaka
dilaboratorium, formalin, developer, rapid fixer dan H2O2), benda-benda tajam, limbah
farmasi (obat-obatan kadaluwarsa) dan obat-obatan citotoksik.
Limbah yang dihasilkan Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang
diklasifikasikan sebagai limbah berbahaya dan beracun (B3) yang bersifat mudah terbakar
(etanol dan alkohol), mudah meledak (nitrogliserin), korosif (asam nitrat, asam sulfat dan
asam klorida yang banyak digunakan di laboratorium), dan reaktif (Li, Na2O2).
“ Pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) di tiap ruangan atau instalansi di RS
Provinsi Papua Barat pada prinsipnya sama. Petugas memisahkan limbah medis padat dan limbah
non medis. Hal ini perlu mendapatkan lebih banyak perhatian karena kegiatan memilih limbah
berpotensi tertular penyakit atau tertusuk benda tajam. Semua limbah yang masuk ke kantong
plastik kuning dan ungu merupakan limbah yang harus dibakar pada incinerator.
Pengambilan limbah B3 yang dikemas oleh petugas diambil setiap hari. Ada 4 jalur
terjadinya penularan penyakit yaitu lewat kulit, selaput lendir, saluran pernafasan, dan melalui
saluran pencernaan. Masing-masing jalan tersebut berpotensi sebagai jalan bagi kuman penyakit
yang ada pada limbah untuk masuk ke dalam tubuh dan menimbulkan penyakit pada orang yang
renta. Untuk itu perlu adanya petunjuk tentang cara pengambilan dan pembuangan limbah B3
kepada seluruh karyawan rumah sakit. Selain petunjuk pengambilan dan pembuangan limbah B3,
petugas limbah harus dilengkapai dengan alat pelindung diri (APD). Penggunaan APD ini
menjadi pencegahan yang sangat penting untuk mengurangi resiko petugas tertusuk, tersayat,
tertular atau terinfeksi limbah medis padat.
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil praktikum dapat disimpulkan


1. kriteria/karakteristik limbah B3 yang terdapat pada limbah kegiatan bengkel dikategorikan
sebagai limbah B3, yaitu pelumas atau oli bekas, serta aki bekas.
2. Pengelolaan limbah B3 dilakukan dengan cara pengumpulan dan pemanfaatan
3. Limbah yang dihasilkan Rumah Provinsi Papua Barat berbentuk cair, padat dan gas. Hampir
seluruh limbah B3 yang dihasilkan dari kegiatan medis (penanganan pasien) potensial
menularkan penyakit atau bersifat infeksius. Limbah yang dihasilkan berupa limbah patologis
(organ atau anggota badan), limbah kimia (reagen-reagen yang digunaka dilaboratorium,
formalin, developer, rapid fixer dan H2O2), benda-benda tajam, limbah farmasi (obat-obatan
kadaluwarsa) dan obat-obatan citotoksik.
Thank you

Anda mungkin juga menyukai