Anda di halaman 1dari 9

COST BENEFIT DALAM PENDIDIKAN

DOSEN PENGAMPU :
DOSEN PENGAMPU : DR. SITI SYUHADA, S.PD, M.E

DISUSUN OLEH :
Kelompok 1
1. Nurul mahfuzdhoh (NIM A1A121063)
2. Melinda (NIM A1A121019)
3. Tri Wati Markhamah (NIM A1A121060 )
4. Denny Yurizon (NIM A1A121044)
5. Ginanti Rahmadini (NIM A1A121013)
6. Vidia fitri (NIM A1A121020)
7. Sindy Febriany saragih (NIM A1A121001)
A. PENGERTIAN BIAYA PENDIDIKAN
Konsep biaya dalam bahasa Inggris biasa menggunakan istilah cost, financial, expenditure. Biaya menurut Usry
dan Hammer dalam Akdon (2017:5) adalah sebagai cost as an exchange, a forgoing, a sacrifice made to secure
benefit. Pengertian biaya dalam ekonomi adalah pengorbanan-pengorbanan yang dinyatakan dalam bentuk uang,
diberikan secara rasional, melekat pada proses produksi, dan tidak dapat dihindarkan. Bila tidak demikian, maka
pengeluaran tersebut dikategorikan sebagai pemborosan.

Menurut Supriadi (2003), biaya pendidikan merupakan salah satu komponen instrumental (instrumental-input)
yang sangat penting dalam penyelenggaraan pendidikan (di sekolah). Biaya dalam pengertian ini memiliki
cakupan yang luas, yakni semua jenis pengeluaran yang berkenaan dengan penyelenggaraan pendidikan, baik
dalam bentuk uang maupun barang dan tenaga.
Akdon (2017:5), mengemukakan bahwasannya biaya dalam pendidikan meliputi biaya langsung (direct cost) dan
biaya tidak langsung (indirect cost). Biaya langsung terdiri dari biaya-biaya yang dikeluarkan untuk keperluan
pelaksanaan pengajaran dan kegiatan belajar siswa berupa pembelian alat-alat pelajaran, sarana belajar, biaya
transportasi, gaji guru, baik yang dikeluarkan oleh pemeintah, orang tua, maupun siswa itu sendiri. Sedangkan
biaya tidak langsung berupa keuntungan yang hilang (earning forgone) dalam bentuk biaya kesempatan yang
hilang (opportunity cost) yang dikorbankan oleh siswa selama belajar.
B. PENGERTIAN COST BENEFIT ANALISIS DALAM
PENDIDIKAN
Menurut Aryanto (2009), analisis biaya manfaat merupakan metodologi yang banyak digunakan dalam
melakukan analisis investasi pendidikan. Metode ini dapat membantu para pengambil keputusan dalam
menentukan pilihan diantara alternatif alokasi sumber-sumber pendidikan yang terbatas tetapi memberikan
keuntungan yang tinggi (Aryanto, 2009).
Analisis manfaat biaya bersandar pada rasionalitas ekonomi yang memperhitungkan sisi efisiensi. Dengan
perkataan lain, suatu pilihan akan dilaksanakan manakala manfaat yang ditimbulkan lebih tinggi dari biaya
yang dikeluarkan, dan sebaliknya berdasarkan teknik ini, suatu pilihan akan dihindari manakala manfaat yang
dihasilkan tidak sebanding (lebih kecil) dengan biaya yang dikeluarkan.

Dalam konsep dasar pembiayaan pendidikan ada dua hal penting yang perlu dikaji atau dianalisis, yaitu biaya
pendidikan secara keseluruhan (total cost) dan biaya satuan per siswa). Biaya satuan ditingkat sekolah
merupakan aggregate biaya pendidikan tingkat sekolah baik yang bersumber dari pemerintah, orang tua, dan
masyarakat yang dikerluarkan untuk menyelenggarakan pendidikan dalam satu tahun pelajara
C. TUJUAN MENGHITUNG COST BENEFIT ANALISIS DALAM
PENDIDIKAN
Menurut Kawulusan (2016), tujuan analisis manfaat biaya dalam lapangan pendidikan adalah untuk
memberikan kemudahan, memberikan informasi pada para pengambil keputusan untuk menentukan
langkah/cara dalam pembuatan kebijakan sekolah, guna mencapai efektivitas maupun efisiensi pengolahan
dana pendidikan serta peningkatan mutu pendidikan.
Secara khusus, analisis manfaat biaya pendidikan bagi pemerintah menjadi acuan untuk menetapkan
anggaran pendidikan dalam RAPB, dan juga sebagai dasar untuk meningkatkan kualitas SDM dengan
meningkatkan mutu pendidikan nasional.Sedangkan bagi masyarakat, analisis manfaat biaya pendidikan ini
berguna sebagai dasar/pijakan dalam melakukan investasi di dunia pendidikan
Hal ini dirasakan penting untuk diketahui dan dipelajari, karena menurut sebagian masyarakat
pendidikan hanya menghabis-habiskan uang tanpa ada jaminan/prospek peningkatan hidup yang jelas dimasa
yang akan datang.
Penerapan analisis manfaat-biaya dalam pendidikan dapat digunakan untuk mengevaluasi secara kritis
kebijakan-kebijakan pendidikan yang menyerap dana sangat besar. Hal ini perlu dilakukan untuk mengetahui
sejauh mana kemanfaatan yang dihasilkan dari sejumlah biaya yang sedemikian besar telah dikeluarkan.
D. MENGUKUR BIAYA DAN MANFAAT PENDIDIKAN
1. Mengukur Biaya Pendidikan

Biaya pendidikan bukan hanya berbentuk uang, tetapi juga dalam bentuk biaya kesempatan (opportunity cost).
Biaya kesempatan ini sering disebut “income forgone”. Income forgone yaitu potensi pendapatan bagi seorang
siswa selama ia mengikuti pelajaran atau menyelesaikan studi.

Sebagai contoh, seorang lulusan SMP yang tidak diterima untuk melanjutkan pendidikan di SMA, jika ia bekerja
tentu memperoleh penghasilan dan jika ia melanjutkan besarnya pendapatan selama 3 tahun belajar di SMA harus
diperhitungkan. Oleh karena itu, biaya pendidikan akan terdiri dari biaya langsung dan biaya tidak langsung atau
biaya kesempatan (opportunity cost). Dengan demikian, biaya keseluruhan (C) selama di SMA terdiri dari biaya
langsung (L), dan biaya tidak langsung (K) atau pendapatan lulusan SMP.

C (SMA) = L (SMA) + K (SMA)


Keterangan:
C (SMA): biaya pendidikan
L (SMA) : biaya langsung dibayarkan untuk bersekolah di SMA
K (SMA) : jumlah rata-rata penghasilan lulusan SMP
2. Mengukur Manfaat Pendidikan
Perlu dikemukakan bahwa keuntungan pendidikan tidak selalu dapat diukur dengan standar nilai ekonomi atau
uang. Hal ini disebabkan manfaat pendidikan, di samping memiliki nilai ekonomi, juga memiliki nilai sosial.
Dalam pengukuran dampak pendidikan terhadap keuntungan ekonomi atau pendapat seseorang dari
produktivitas yang dimilikinya, memerlukan asumsi-asumsi.
Ada empat kategori yang dapat dijadikan indikator dalam menentukan tingkat keberhasilan pendidikan, yaitu:
1. dapat tidaknya seorang lulusan melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi,
2. dapat tidaknya memperoleh pekerjaan,
3. besarnya penghasilan (gaji) yang diterima,
4. sikap perilaku dalam konteks sosial, budaya, dan politik

Dalam mengukur keuntungan pendidikan, digambarkan bagaimana cara mengukur keuntungan pendidikan menurut nilai
ekonomi (penghasilan) yang dibandingkan dengan biaya (cost). Keuntungan tersebut diukur dengan menggunakan pola
penghasilan seumur hidup.

Untuk memperoleh pola penghasilan seumur hidup ini dilakukan dengan dua cara: cross sectional dan longitudinal. Berikut
ini penjelasannya.
1. Cross sectional dengan jalan mengukur penghasilan dalam waktu yang bersamaan kepada sejumlah orang yang bervariasi
umumnya, kemudian dicari rata-rata penghasilan dari orang-orang yang usianya sama.
2. Longitudinal dengan jalan mengikuti sejumlah orang yang seusia dan penghasilannya diukur pada setiap usianya.
E. RATE OF RETURN ON INVESTMENT DALAM PENDIDIKAN
Rate of return diterjemahkan sebagai perbandingan antara biaya yang
dihabiskan/diinvestasikan untuk pendidikan dengan jumlah pendapatan yang didapatkan
setelah menyelesaikan pendidikan itu selama hidupnya. Angka ini sering menjadi acuan
dalam beberapa analisis lanjutannya, misalnya dalam cost benefit analysis.

Rate of return ini merupakan alat perencanaan pendidikan. Hasil analisis dari pendekatan
ini akan dijadikan pertimbangan sejauhmana vitalitas suatu program pendidikan (umumnya
pendidikan masyarakat) mampu memberikan manfaat terhadap hidup dan kehidupan
individu/suatu masyarakat. Pada rate of return ada suatu pertukaran nilai, yaitu pertukaran
antara penghasilan yang diraih seseorang setelah mengikut suatu program pendidikan
dengan investasi untuk mendapatkan pendidikan.
Metode pengembalian investasi digunakan untuk mengukur prosentase manfaat yang dihasilkan oleh
suatu proyek dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkannya. Sedangkan return on investment dari
suatu proyek investasi dapat dihitung dengan rumus:

ROI = (TOTAL PENJUALAN – NILAI INVESTASI) / (INVESTASI X 100%).


Misalnya diketahui bahwa total manfaat dari Proyek Pengembangan Sistem Informasi Manajemen Program
Pasca Sarjana UM adalah:
Sedang total biaya yang dikeluarkan adalah:
Manfaat tahun ke 1 = Rp. 346.000.000,-
Biaya tahun ke 0 = Rp. 788.500.000,-
Manfaat tahun ke 2 = Rp. 440.000.000,-
Biaya tahun ke 1 = Rp. 61.000.000,-
Manfaat tahun ke 3 = Rp. 565.000.000,-
Biaya tahun ke 2 = Rp. 67.500.000,-
Manfaat tahun ke 4 = Rp. 627.500.000,-
Biaya tahun ke 3 = Rp. 79.000.000,-
Total Manfaat = Rp. 1.978.500.000,-
Biaya tahun ke 4 = Rp. 85.250.000,-
Total Biaya = Rp. 1.081.250.000,-
ROI untuk proyek ini adalah sebesar= (Rp.1.978.500.000 – Rp.1.081.250.000,-)/ Rp.1.081.250.000,-) x100%
= 82,98 % .
Apabila suatu proyek investasi mempunyai ROI lebih besar dari 0 maka proyek tersebut dapat diterima. Pada proyek
ini nilai ROI nya adalah 0,8298 atau 82,98%, ini berarti proyek ini dapat diterima, karena proyek ini akan memberikan
keuntungan sebesar 82,98% dari total biaya investasinya.

Anda mungkin juga menyukai