Anda di halaman 1dari 54

BOUNDARY ELEMENT

METHOD
KELOMPOK 6
K6
Tyas Ari Wahyu W.
Nurmela
23221079
23220050
Misbahul Munir 23221105
Jack C. B. Nainggolan 23221122
Canra Andi Saputra 23221030
0 Pendahuluan dan
0
1 Persamaan BEM
Formulasi Matriks dari Boundary
20 Integral Equation
Penerapan BEM > Eddy
0
3 Current Problem
Penerapan BEM > Fungsi Non-linier |
Fungsi Waktu
4
Pendahuluan
dan 01
Persamaan Pada bagian ini akan dibahas
mengenai pengertian BEM,
langkah-langkah secara umum
BEM penyelesaian dalam BEM dan
persamaan fundamental BEM.
Boundary Element
Method
Boundary Element Method (BEM) atau
Metode Elemen Batas adalah salah satu dari
beberapa metode numerik berbasis diskritisasi
untuk menyelesaikan persamaan diferensial
dengan syarat batas tertentu (boundary
conditions).
Metode Numerik
Persamaan Elemen Batas
Metode weighted residuals
Dilakukan pendekatan dengan persamaan :
αk adalah parameter yang tidak diketahui
ψk adalah fungsi independen linier

hanya jka,

dikombinasikan secara linier menghasilkan


Substitusikan persamaan u terhadap nilai batas,
maka diperoleh residual:
Persamaan Elemen Batas
Pendekatan error mendekati nol:

W, W1, W2, adalah fungsi pemberat, W1 = ∂W/∂n dan W2 = - W

Dari persamaan (2) dan (3) didapat


Persamaan Laplace sebagai persamaan pengatur, persamaanya
berubah menjadi: persamaan fundamental untuk BEM:
(1)
(4)
u adalah solusi pendekatan, integrasikan bagian per bagian:
dengan: Γ = Γ1 + Γ2
(2
)
Persamaan Poisson’s, persamaan (2)
menjadi:
(3
)
Teorema Green’s
Identitas ke-dua dari teorema Green’s:

n adalah vektor satuan normal eksternal dari permukaan Γ.

(1)

Dengan menggunakan persamaan poisson’s


(5)

Hasilnya sama dengan persamaan (3)


Prinsip Variasional
dari persamaan laplace :

Melakukan variasi dari fungsional I, misalkan δI = 0 Dimana: Γ = Γ1 + Γ2 dan dengan δu = W

Dengan menggunakan vector identitas

dan dari teorima divergensi, persamaan menjadi


Persamaan Integral Batas
Pilih solusi fundamental F, yang memenuhi
Substitusi solusi fundamental oleh
sebagai fungsi pembobotan, yaitu: persamaan 3D poisson’s, dimana F = 1/4πr

(7
)
dengan Γ2 = Γε + Γ2- ε
dimana δi adalah fungsi Dirac-delta

integral bernilai nol dengan bentuk lebih sederhana

(6
)
Persamaan Integral Batas
Untuk persoalan 2 dimensi, persamaan
Laplace 2 dimensi berupa solusi fundamental
dan turunannya adalah:

(9)

Substitusikan dengan persamaan


(6)
(8)

(10)
Persamaan Integral Batas
Didapat persamaan integral batas :

(11)

dari persamaan (8) dan (11) didapat tipe persamaan BEM:

(12)

dimana,
Indirect (persamaan integral batas
tidak langsung)
(13)

● Jika nilai batas dari u dan ∂u/∂n dan fungsi sumber diketahui, maka nilai dari u dalam Ω dapat
dihitung.
● Dengan menentukan bahwa Ω' adalah daerah luar dari batas Γ dan u' adalah solusi persamaan
Laplace di daerah luar.
(14)

● maka persamaan 12 menjadi : dengan kondisi batas :


(15)

● maka persamaannya menjadi:


(16)
Formulasi
Matriks 02
Matrix equation of a 2-dimensional
constant element, Matrix form of

dari Poisson's equation, Matrix equation


of a piecewise homogeneous
domain.

Boundary
Integral
Equation
Pendahulu
an
Pada umumnya elemen diskrit yang digunakan adalah
elemen konstanta, linear, kuadratik atau kombinasi dari
elemen konstanta dan elemen linear. Untuk permasalahan
2D, batasnya berupa kontur. Tiga tipe dari elemen diskrit
tersebut dapat dilihat pada gambar dibawah (Dari gambar a
- c = elemen, linear, dan kuadratik)
Constant Element
Unsur konstanta didefinisikan sebagai salah satu di mana
fungsi dan turunan normalnya adalah konstanta di
sepanjang elemenya. Titik tengah setiap elemen
merupakan representasi dari elemen seperti yang
ditunjukkan pada gambar di samping berikut ini:

Shape function dari elemen konstanta adalah seperti pada gambar di bawah ini
Linear Element
Dalam kasus elemen linier atau kuadrat, baik fungsi
potensial maupun turunan normalnya bervariasi secara
linier atau kuadrat di dalam setiap elemen.

Dalam koordinat lokal, fungsi yang tidak diketahui dan


turunan normalnya dari elemen linier dinyatakan sebagai berikut:

(14
)

Shape function dari linear element ini adalah


(15)

 
Quadratic Element
Dalam elemen kuadrat, titik terminal dan titik tengah elemen
adalah node seperti yang ditunjukkan pada gambar berikut ini:

Dalam koordinat lokal, fungsi yang tidak diketahui dan


turunan normalnya dari elemen kuadrat dinyatakan
sebagai:

(16)

Shape function dari quadratic element ini adalah

 
Higher Order Elements
Digunakan pendekatan fungsi
(18)
Shape function nya adalah

Persamaan untuk 4 variabel

Shape function nya adalah

Tabel hubungan nilai ksi, psi, dan


node
(19)
Matrix Equation of a 2-dimensional
Constant Element
Setelah mempertimbangkan bahwa batas telah dibagi menjadi N elemen.
Persamaan integral pada persamaan sebelumnya untuk case f=0 dapat didekati
dengan:

(20)

 
Merupakan kontur dari elemen j. Kita tahu bahwa u, adalah konstanta.
Maka persamaan dapat disederhanakan menjadi:

(21)
Matrix Equation of a 2-dimensional
Constant Element
Jika Hij dan Gij didefinisikan sebagai berikut: (22)

kemudian mengganti persamaan sebelumnya menjadi


berikut:
(23)

F diatas merupakan solusi dasar, untuk persamaan 2-D Laplace, F


menjadi:
(24)

Dengan melakukan Persamaan menjadi Matrix form dari persamaan


penyederhanaan seperti diatas dapat ditulis
dibawah (25)
(26)
Matrix Equation of a 2-dimensional
Constant Element
Persamaan diatas merupakan normal form dari boundary element equation. [H] dan [G]
adalah matriks NxN adalah matriks yang diketahui nilainya dan umumnya asimetris.
Sedangkan U dan Q adalah kolom matriks yang tidak diketahui nilainya seperti potensial
dan turunan normal pada setiap nodal.

Perlu diperhatikan bahwa jika domain memiliki lubang,


untuk kontur luar node diberi nomor berlawanan arah jarum
jam, untuk kontur bagian dalam node diberi nomor searah
jarum jam seperti yang ditunjukkan pada gambar di
samping.
Matrix Equation of a 2-dimensional
Constant Element
 
Setelah semua nilai u dan pada simpul batas diselesaikan,
nilai dan u dan   ,   di dalam domain dapat dihitung
dengan

(27)
Evaluasi Hij dan Gij untuk 2D
Laplacian Problem

 
Untuk Laplacian 2D, didapatkan persamaan  
sebagai berikut
Dari gambar diatas misalkan T adalah

(29)
(28)
Jarak antara titik i dan garis j, j+1 adalah
Dimana r merupakan jarak antara titik I dan titik yang
berada pada elemen rj. α merupakan sudut antara vector
n dan r. Nilai ± pada D bergantung pada nilai sudut α (30)
(lancip atau tumpul)
Evaluasi Hij dan Gij untuk 2D
Laplacian Problem
Kemudian persamaan Hij dan Gij berubah menjadi

(30)

Dimana (31)

Lj merepresentasikan panjang elemen j sesuai pada gambar berikut ini


Matrix Equation of 2-D Linear
Elements
Untuk elemen linear, maka persamaan
u dan q adalah sebagai berikut Dalam hal ini nilai dari masing-masing
komponen H dan G adalah

(34)
Substitusi persamaan u dan q ke dalam
persamaan integral menjadi seperti berikut
(32)
Pada persamaan di atas   berkontribusi
pada node pertama elemen J, sedangkan  
berkontribusi pada node kedua elemen j, sehingga:

(33) (35)
Matrix Equation of 2-D Linear
Elements
Persamaan Gij menjadi seperti berikut: Kita juga mengetahui bahwa

(36)

(37) Maka jacobian nya menjadi

Dari evaluasi Gij dan Hij pada (39)


2D Laplacian problem didapat:
sehingga

(38)

(40)
Matrix Form of Poisson’s Equation
Dengan menggunakan persamaan M merupakan segmentasi luas sumber,
yang telah dijelaskan sebelumnya K adalah jumlah absis bada integrasi gauss,
Wr adalah weighting coefficients, Ai adalah
area sub element.
Setelah melakukan diskritisasi, Selanjutnya Ketika u dan q diketahui pada
persamaan di atas ditransformasi menjadi syarat batas, maka nilai u dan q pada semua
titik interior adalah
B adalah kolom matriks pada orde N, dan
nilai untuk setiap elemen B didefinisikan (41)
Matrix Form of Poisson’s Equation

Jika sumber adalahkonstanta, maka


integral volume dapat mengaplikasikan (42)
  , sehingga dengan menggunakan
identitas kedua green

Karena f adalah konstanta maka (43)


Matrix Equation of a Piecewise
Homogeneous Domain
Dapat dilihat pada gambar, domain
terdiri dari bahan yang berbeda.
Setiap subwilayah memiliki nilai
Ω1, Ω2, Ω3 yang homogen

Nomor tunggal pada sub dan superscript


Maka di setiap sub area tersebut, merepresentasikan boundary external dan domain pada
persamaannya adalah seperti berikut setiap sub area. Berdasarkan kontinuitas pada interface
boundary, diperoleh

(44)
(45)
Matrix Equation of a Piecewise
Homogeneous Domain
Tanda negatif sebelum 1/Bi dikarenakan arah vector normal dari interface boundary bertolak
belakang dengan region sampingnya. Dengan substitusi persamaan sebelumnya, didapatkan
persamaan matriks akhir adalah

(46)

Persamaan ini dapat diselesaikan setelah syarat batas pada r1, r2, dan r3
ditentukan. Kemudian total jumlah persamaan yang tidak diketahui, sama
dengan jumlah derajat kebebasan node pada external boundaries
ditambah 2 kali derajat kebebasan node pada internal boundaries.
Matrix Equation of Axisymmetric
Problems
Dengan mengasumsikan semua batas dan semua nilai domain axisymmetric,
diperoleh persamaan integral batas dalam koordinat silinder sebagai berikut:

(47)

Dimana Γ’ merupakan perpotongan batas masalah Γ pada setengah bidang r-z


Matrix Equation of Axisymmetric
Problems
Penyelesaian persamaan Laplace dapat diperoleh dengan mengasumsikan sumber berbentuk
cincin filamen.
Sehingga diperoleh solusi fundamental dari persamaan laplace dalam domain axisymmetric
adalah sebagai berikut:

(48)
r’ dan z’ = koordinat titik sumber ; r dan z = koordinat titik medan
Turunan normal dari solusi fundamental sepanjang kontur Γ’
adalah

(49)

Apabila nilai r’= 0, maka k = 0, sehingga K (k) = E (k) = π/2.


Sumber cincin akan terikat dengan salah satu titik sumber pada suatu sumbu
simetri.
Discretization of 3-dimensional
Problems
Dalam kasus 3 dimensi, batasannya adalah permukaan 2 dimensi yang dapat didiskritisasi
oleh segitiga datar, melengkung atau segiempat, potensial dan turunan normalnya di atas
permukaan dasar yang diasumsikan sebagian konstan, linier atau kuadrat

Dengan mengggunakan isoparametric elements yang persamaannya:

(50)

(51)

(52)

(53)
Diperoleh turunan luas permukaan (ds) dan volumenya (dΩ):

(54)

(55)

Dimana:

(56)

(57)
Discretization of 3-dimensional
Problems
Sehingga diperoleh persamaan batas integralnya:

(58)

 Dengan memisalkan batasan di atas dibagi menjadi 3 node segitiga dimana u dan
turunan merupakan fungsi linear di dalam elemen, maka persamaan di atas dapat
diskritisasi menjadi:

(59)

Persamaan matrix dari sistem bisa dimodelkan dengan:


(60)
Use of Symmetry
Perbedaan kegunaan antara FEM dan BEM dalam kasus simetri adalah untuk FEM
perhitungan distribusi medan hanya setengah bagian yang dimasukan ke perhitungan,
sedangan BEM berpengaruh pada keseluruhan kontur sehingga seluruh persamaan
integralnya dimasukkan dalam perhitungan.

Dengan membagi batasan menjadi 8 elemen seperti gambar, diperoleh:

Sehingga dapat dilihat bahwa persamaan matrix menjadi setengah dari


persamaan originalnya
Penerapan
BEM 03
untuk Pada bagian ini akan dijelaskan
mengenai penggunaan Metode
Boundary Element pada
Eddy permasalahan Eddy Current.

Current
Problem
A-φ formulations
Dengan asumsi bahwa kasus ini terjadi saat keadaan (60)
steady state dengan skin effect , maka arus
perpindahan dapat diabaikan. Sehingga diperoleh (61)
persamaan Maxwell:
(62)
(63)
(64)
(65)

Untuk material yang linear magnetic atau non


magnetic dengan konduktivitas dan permeabilitas
yang konstan, dapat diperoleh persamaan difusi
untuk kerapatan medan listrik H:
(66)
(67)

Dengan melakukan curl B pada persamaan


di atas, diperoleh solusi untuk masalah eddy (68)
current dengan metode A-φ :

Asumsi bahwa besarnya dan


parameter pokok lainnya konstan, (69)
persamaan dapat direduksi menjadi:

dimana J adalah total rapat arus yang dapat


diukur termasuk impressed current density (70)
(Js) dan induced current density (Je).
Dalam kasus 2 dimensi, besarnya konstan.
Sehingga diperoleh gabungan 2 persamaan Je dan Js menjadi:

Persamaan di atas juga disebut sebagai persamaan nonhomogeneous Helmholtz


dalam potensial vector A
T-Ω Formulations
Hampir mirip dengan formulasi sebelumnya, perbedaannya hanya terletak pada
potensial vector dan scalar yang digunakan. Untuk formulasi sebelumnya digunakan
untuk kasus medan magnetic, sedangkan sekarang akan dibahas mengenai medan listrik.

(71)
S : Koresponden
komponen akibat sumber
(72)

(73)

(74)
Berdasarkan definisi solusi fundamental, diperoleh hasil persamaan intergralnya:

(75)

Dari kedua formulasi yang sudah dijelaskan, diperoleh kesimpulan bahwa


metode A-φ memakan waktu yang lebih banyak untuk menyelesaikan
permasalahan eddy current dalam simulasi dibandingkan T-Ω karena
penyelesaian dalam kasus 2 dimensi lebih mudah.
Solusi Persoalan Satu-dimensi Eddy
Current
Modified Bessel Function
(76)

Direduksi
(77)

(78)

(79)

(80)
Solusi Persoalan Dua-dimensi Eddy
Current
(81)

(82)

(83)
Kemudian dengan menggunakan formulasi
elemen batas [H]’ U = [G] Q,
(84) menghasilkan :

jika pada area ruang bebas (free space region),


persamaanya adalah
Solusi Persoalan Dua-dimensi Eddy
Current
(87)

Conditio (88)
n (90)
(89)
(85)
Cara mencari solusi fundamental
Kemudian sebagai tambahan untuk F
(91)
constrain kondisi batas yang diketahui
yaitu diekspresikan oleh hukum Ampere, Poynting
yaitu Term
(86)
(92)
Surface Impedance Boundary
Conditions
Jika kedalaman penetrasi cukup kecil dan jari-jari konduktor jauh lebih besar dari panjang
gelombang, maka kondisi impedansi gelombang dapat digunakan untuk mengurangi ukuran
permasalahan hingga 50%. Dengan mempertimbangkan sebuah bentuk gelombang, kuat
medan listrik dan kuat medan magnet memenuhi kondisi batas impedansi yang dapat
dinyatakan dengan:

(94)

(93) (95)
Dimana
Penerapan BEM
untuk Fungsi Non- 04
Pada bagian ini akan dijelaskan

Linier dan Fungsi mengenai penggunaan Metode


Boundary Element pada fungsi non-
linier dan fungsi waktu

Bergantung waktu
Fungsi Non-Linier

Persamaan operator dari masalah non-linier dapat ditulis sebagai:


(96)

di mana L dan N masing-masing mewakili operator linier dan non-


linier
(97)

(98)
Fungsi Non-Linier
Jika µ adalah non-linier, β adalah fungsi dari a dan dengan asumsi
semua variabel adalah fungsi sinusoidal, maka
(99)

(100)
(101)

(102)

(103)
Fungsi Bergantung Waktu
Untuk masalah yang bergantung pada waktu, urutan inkremental digunakan. Ini berarti
bahwa masalah diselesaikan dalam interval waktu berikutnya dengan BEM konvensional.
Misalkan persamaan difusi berikut:

(104)
(107)
(105)
(108) (109)

(106)
Diperoleh solusi fundamental nya sebagai berikut:

(110)
Rangkuman
BEM didasarkan pada persamaan integral batas dan solusi fundamental dari persamaan yang
mengatur persoalan. Persamaan integral Boundary dikembangkan dari prinsip
● Weighted residuals
● Green's theorem
● The Variational principle
Persamaan diskritisasi khas BEM adalah dalam bentuk
Refere
# nsi
Numerical Analysis of Electromagnetic
Fields by Pei-bai Zhou
# TERIMA
KASIH !

Anda mungkin juga menyukai