Berbudaya
016 Nafiska Laduni
Akademik,
Etos Kerja dan 045 Devi Kartika Sari
Sikap Terbuka
KELOMPOK 11 048 Dian Putri Sabina R.
BUDAYA AKADEMIK DALAM PANDANGAN AGAMA ISLAM
PENGERTIAN BUDAYA
AKADEMIK
Di
Di antara
antara poin-poin
poin-poin pentingnya
pentingnya adalah
adalah pertama,
pertama, tentang
tentang penghargaan
penghargaan Al-quran
Al-quran terhadap
terhadap
orang-orang yang berilmu, di antaranya adalah:
1. Wahyu Al-quran yang turun pada masa awal mendorong manusia untuk memperoleh ilmu
pengetahuan.
2. Tugas Manusia sebagai khalifah Allah di Bumi akan sukses kalau memiliki ilmu pengetahuan.
Disamping memberikan apresiasi terhadap orang berilmu poin penting yang dijelaskan Al-Qur’an adalah
01 02 03
Iman seorang muslim Karakter seorang Tugas kekhalifahan
tidak akan kokoh kalau muslim yang manusia tidak akan
tidak ditopang dengan berbudaya akademik dapat sukses kalau
ilmu, demikian juga adalah orang yang tidak dilandasi dengan
dengan amal shalih selalu mengingat Allah ilmu.
yang disertai dengan
ikhtiar untuk selalu
menggunakan akalnya
untuk memikirkan
ciptaan Allah SWT
BUDAYA AKADEMIK DALAM PANDANGAN AGAMA ISLAM
2. Tradisi Akademik
Pemahaman mayoritas responden mengenai Tradisi Akademik adalah, “tradisi yang menjadi ciri khas
kehidupan masyarakat akademik dengan menjalankan proses belajar-mengajar antara dosen dan
mahasiswa seperti menyelenggarakan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, serta
mengembangkan cara-cara berpikir kritis-analitis, rasional dan inovatif di lingkungan akademik”
Tradisi menyelenggarakan proses belajar-mengajar antara guru dan murid, antara pandito dan cantrik,
antara kiai dan santri sudah mengakar sejak ratusan tahun yang lalu, melalui lembaga-lembaga
pendidikan seperti padepokan dan pesantren. Akan tetapi tradisi-tradisi lain seperti menyelenggarakan
penelitian adalah tradisi baru. Demikian pula, tradisi berpikir kritis-analitis, rasional dan inovatif adalah
kemewahan yang tidak terjangkau tanpa terjadinya perubahan dan pembaharuan sikap mental dan
tingkah laku yang harus terus-menerus diinternalisasikan dan disosialisasikan dengan menggerus sikap
mental paternalistik dan ewuh-pakewuh yang berlebih-lebihan pada sebagian masyarakat akademik
yang mengidap tradisi lapuk, terutama dalam paradigma patron-client relationship yang mendarah-
daging.
BUDAYA AKADEMIK DALAM PANDANGAN AGAMA ISLAM
3. Kebebasan Akademik
Pengertian tentang “Kebebasan Akademik” yang dipilih oleh responden adalah kebebasan yang dimiliki
oleh pribadi-pribadi anggota civitas akademika (mahasiswa dan dosen) untuk bertanggung jawab dan
mandiri yang berkaitan dengan upaya penguasaan dan pengembangan Iptek dan seni yang mendukung
pembangunan nasional. Kebebasan akademik meliputi kebebasan menulis, meneliti, menghasilkan karya
keilmuan, menyampaikan pendapat, pikiran, gagasan sesuai dengan bidang ilmu yang ditekuni, dalam
kerangka akademis.
Dalam masyarakat akademik di Indonesia, kebebasan akademik yang berkaitan dengan kebebasan
berpendapat telah mengalami penderitaan yang panjang, selama puluhan tahun diwarnai oleh pelarangan
dan pembatasan kegiatan akademik di era pemerintahan Suharto. Kini kebebasan akademik telah
berkembang seiring terjadinya pergeseran pemerintahan dari Suharto kepada Habibie, dan makin
berkembang begitu bebas pada pemerintahan Abdurrahman Wahid, bahkan hampir tak terbatas dan “tak
bertanggungjawab,” sampai pada pemerintahan Megawati, yang makin sulit mengendalikan perkembangan
kebebasan berpendapat.
Dapat dikatakan bahwa kebebasan akademik suatu masyarakat-bangsa sangat tergantung dan berkaitan dengan
situasi politik dan pemerintahan yang dikembangkan oleh para penguasa. Pelarangan dan pembatasan kehidupan
A dan kegiatan akademik yang menghambat perkembangan kebebasan akademik pada lazimnya meliputi :
1. Etos Kerja
Hakikat manusia terletak pada eksistensinya. “Eksistensinya” berarti berpikir untuk mencipta
yang menghasilkan produk atau ciptaan. Dengan kata lain hakikat manusia adalah kerja.
Konsekuensi logisnya adalah berhenti bekerja hilang hakikatnya sebagai manusia. Islam lebih
mementingkan amal dari pada gagasan atau terminal terakhir adalah amal. Amal identik
dengan kerja dan sekali lagi hakikat manusia adalah kerja.
Beberapa petunjuk Al-Qur’an agar dapat meningkatkan etos kerja antara lain :
1. Mengatur waktu dengan sebaik-baiknya.
2. Bekerja harus sesuai dengan bidangnya dan ini harus diberi catatan bahwa etos kerja yang
tinggi tidak boleh menjadikan orang tersebut lupa kepada Allah SWT.
ETOS KERJA, SIKAP TERBUKA, DAN KEADILAN DALAM PANDANGAN
AGAMA ISLAM
2. Sikap Terbuka
Inti sikap terbuka adalah jujur, dan ini merupakan ajaran akhlak yang penting di dalam Islam.
Lawan dari jujur adalah tidak jujur. Bentuk-bentuk tidak jujur antara lain adalah korupsi, kolusi,
dan nepotisme (KKN). Sebagai bangsa, kita amat prihatin, di satu sisi, kita (bangsa
Indonesia) merupakan pemeluk Islam terbesar di dunia, dan di sisi lain sebagai bangsa amat
korup. Dengan demikian terjadi fenomena antiklimak. Mestinya yang haq itu menghancurkan
yang bathil, justru dalam tataran praktis seolah-olah yang haq bercampur dengan yang bathil.
Tampilan praktisnya, salat iya, korupsi iya. Ini adalah cara beragama yang salah. Cara
beragama yang benar harus ada koherensi antara ajaran, keimanan terhadap ajaran, dan
pelaksanaan atas ajaran.
ETOS KERJA, SIKAP TERBUKA, DAN KEADILAN DALAM PANDANGAN
AGAMA ISLAM
3. Bersikap Adil
Secara leksikal adil dapat diaritikan tidak berat sebelah, tidak memihak, berpegang kepada
kebenaran, sepatutnya, dan tidak sewenang-wenang.
Dari masing-masing arti dapat dicontohkan sebagai berikut: