Ferry Herjanto
Pembimbing:
Dr. Willy Yusmawan,Sp.THT-KL(K),MSi.med
Neoplasma Hipofaring
Tujuan Pembelajaran
1. Menguasai anatomi, topografi, histopatologi dan fisiologi hipofaring
2. Mampu menjelaskan patogenesis neoplasma hipofaring
3. Menjelaskan gambaran klinis neoplasma hipofaring
4. Melakukan anamnesis serta pemeriksaan fisik pada neoplasma
hipofaring
5. Melakukan keputusan untuk pemeriksan penunjang, misalkan :
endoskopi dan biopsi, CT Scan Leher/MRI Leher
6. Membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan tambahan yang berhungan dengan neoplasma hipofaring
7. Dapat menjelaskan prinsip operasi pharyngectomy
8. Dapat menjelaskan prinsip perawatan pra dan pasca operasi serta
mampu mengatasi komplikasi
Neoplasma Hipofaring
Anatomi
Faring merupakan saluran panjang otot polos yang tidak sempurna, dengan
orifisium depan kavum nasi, mulut, dan laring,
Lapisan ototnya terdiri atas:
M. konstriktor faringeus superior
M. konstriktor faringeus media
M. konstriktor faringeus inferior
Neoplasma Hipofaring
Anatomi
Faring dibagi menjadi tiga bagian :
1.Nasofaring (epifaring), yang berada di
posterior kavum nasi dan superior dari
palatum molle.
2.Orofaring (mesofaring), yang berada
posterior dari mulut.
3.Laringofaring (hipofaring), berada
posterior dari laring.
Neoplasma Hipofaring
Anatomi
Laringofaring ( Hipofaring)
Laringofaring terletak di belakang dan sisi kiri
dan kanan laring yang disebut sinus atau
fossa piriformis. Dimulai dari segitiga valekula
yang merupakan batas orofaring dengan
laringofaring, sampai setinggi tepi bawah
kartilago krikoid, tempat masuknya spingter
krikofaringeus.
Neoplasma Hipofaring
Anatomi
Batas :
Depan : Epiglotis
Atas : Orofaring (Tepi atas epiglotis)
Belakang : Vertebra servikal 3,4,5,6
Lateral : Dinding med. leher
Bawah : Bag. Depan : Os. Krikoid
Bag. Blk. : Porta esofagus
Bangunan :
- Fossa / Sinus priformis
- Regio postkrikoid
- Ddg post hipofaring
Neoplasma hipofaring
Anatomi
Neoplasma Tiroid
Anatomi
Sistem Arteri
A.Arteri Laringeus
superior ,cabang dari a
tiroidea superior, cabang
dari arteri carotis
B.Arteri Laringeus
inferior, cabang dari a
tiroidea inferior, cabang
dari arteri subclavia
Neoplasma Hipofaring
Anatomi
Sistem Saraf
Serat sensorik :
-N.glossofaringeus
-Ramus internus n laringeus superior
Serat motoric
-Plex. Faringeus→ M konstr. Far inferior
-N Rekuren laringeus→ M krikofaringeus
Neoplasma Hipofaring
Aliran limfa :
Anatomi
Menuju : limfonodi cervical posterosuperior
Sistem limfe
Hipofaring naik keatas limfonodi retrofaring, setinggi reuvier pd basis cranium
ke bawah – dr apex piriformis & regio postcricoid
Lateral Bawah
Histologi
Sel skuamosa adalah sel tipis
dan datar yang terlihat seperti
sisik ikan,
-ditemukan di jaringan yang
membentuk permukaan kulit,
lapisan organ berongga tubuh,
dan lapisan saluran pernapasan
dan pencernaan.
Neoplasma Hipofaring
Fisiologi
Fisiologi Respirasi
Deglutisi
Definisi
Neoplasma yang mengenai struktur hipofaring, termasuk sinus piriformis.
Pembagian
1.Jinak
1. Papiloma laring : paling sering
2. Adenoma
3. Kondroma
4. Mioblastoma sel granuler
5. Hemangioma
6. Lipoma
7. Neurofibroma
2.Ganas
1. Squamous cell carcinoma
2. Adenocarcinoma
3. Sarcoma
Neoplasma Hipofaring
Etiologi
Merokok Alkohol
79 % 25 %
Kombinasi
89 %
Penegakan diagnosis
ANAMNESIS
PF
HISTOPATOLOGI
TATALAKSANA
Neoplasma Hipofaring
Diagnosis
Anamnesis : - sulit menelan (disfagia)
- suara parau (hoarseness)
- massa pada leher
- penurunan berat badan
- nyeri tenggorok
- riwayat kebiasaan merokok
- riwayat peminum alkohol sedang s/d berat
Neoplasma Hipofaring
Diagnosis
Pemeriksaan Fisik
- Hipo resonansi
- Hoarsness Massa (+) hipofaring
- Stridor ringan
Diagnosis
Pemeriksaan Leher : - kelenjar limfe - jugulodigastrikus
- juguloomohioid
- limfa assesoria
- kelenjar tiroid adanya metastase
Endoskopi : pemeriksaan yang harus dikerjakan gangguan fungsional pada faring dan
laring
Radiologi : 1) X-foto thorax - metas ?
- tumor primer ke 2
- peny akut / kronis
2) Kontras dengan barium swallow
- mekanisme menelan
- efek kekuatan gerak akibat tumor
- fisiologi esofagus : spingter atas dan bawah
3) CT Scan dan MRI : Imaging yang baik pada tumor primer
Neoplasma Hipofaring
Stadium
Penentuan Stadium
Tis : Tumor in situ
T1 : tumor terbatas pada salah satu bagian dari hipofaring dan ukurannya
kurang dari 2 cm pada sisi terbesarnya
T2 : tumor menginvasi lebih dari satu bagian dari satu bagian dari
hipofaring atau menginvasi daerah yang berdekatan dengannya,
atau
berukuran 2 - 4 cm, tanpa terfiksir pada hemilaring.
T3 : ukuran tumor melebihi 4 cm, dengan atau tanpa fiksasi dari
hemilaring
T4a: tumor menginvasi salah satu dari : kartilago tiroid atau krikoid, tulang
hyoid, kelenjar tiroid, esophagus, kompartement pusat jaringan
lunak.
T4b: tumor menginvasi fasia prevertebral, pembungkus arteri karotis, atau
Neoplasma Hipofaring
Stadium
N0 : tidak ada kelenjar yang mencurigakan yang palpable
N1 : satu metastasis ipsilateral < 3 cm
N2a : satu metastasis ipsilateral > 3 cm dan < 6 cm
N2b : metastasis ipsilateral multiple < 6 cm
N2c : metastasis bilateral atau kontralateral < 6 cm
N3 : Metastasis > 6 cm
Diagnosis Banding
Tumor laring, tumor orofaring
Penatalaksanaan
Pengobatan pasien dengan kanker hipofaring sangat kompleks dan memerlukan
pertimbangan beberapa faktor, antara lain :
-penyakit primer sejauh mana penyebarannya
-status kelenjar getah bening leher
-status generalis pasien
-pemeriksaan paru
-komorbiditas, harus dipertimbangkan.
Neoplasma Hipofaring
Tatalaksana
stadium awal (T1 dan T2) dari semua subsites dari hipofaring, terapi radiasi
definitif adalah pilihan pengobatan yang utama.
stadium lanjut (T3 dan T4), reseksi pembedahan di ikuti dengan terapi radiasi
pasca operasi tetap menjadi pilihan terapi standar.
Pada tumor yang telah memberikan metastasis ke leher, sebelum tindakan operasi
tumor primer dilakukan tindakan diseksi leher radikal dan dilanjutkan dengan
penyinaran. Untuk tumor yang sudah bermetastasis jauh hanya diberikan terapi
sitostatika.
Neoplasma Hipofaring
Tatalaksana
Jenis operasi :
•Eksisi internal
• Hypopharyngectomy parsial transoral
• Eksisi eksternal
• Pharyngectomi parsial, laryngektomi parsial, perbaikan flap
• Pharyngolaryngectomy total dan perbaikan flap
• Neck Disection
Neoplasma Hipofaring
Komplikasi operasi
1.Perdarahan
2.Kerusakan dari dinding posterior trakea
3.Sikatriks
4.Leakage pasca rekonstruksi faring
Follow Up
a.Pemberian antibiotik dan analgetik
b.Selama perawatan pasien dianjurkan tidak menelan ludah
c.Asupan nutrisi melalui nasogastric tube (NGT) selama 10-14 hari
d.Dilakukan tes minum sebelum NGT dicabut, dapat dicoba asupan oral 2
sampai 3 minggu setelah operasi.
e.Selama perawatan diobservasi ada tidaknya komplikasi.
f.Drain dilepas bila cairan <25 cc.
g.Jahitan dilepas hari ke tujuh bartahap hingga hari ke sepuluh.
Thanks for your
attention