Anda di halaman 1dari 15

DAMPAK PANDEMI COVID-19 TERHADAP AGREGAT DEMAND DAN AGREGAT SUPPLY

Oleh
Kelompok 1

• Tommy Anggoro (183112340250125)


• Muhammad Alfatian (183112340250515)
• Luthfi Raisha Novian (203402516213)
• Juan Saputra Yuda (163112340250094)
• Fahmi Fadhilah (203402516041)
• Hernan Muhammad Furqon (203402516135 )
• Muhammad Yudha Wirawan (203402516174 )
• Stevani Pujianti (183112340250497)
• Julian anggoro (203402516150)
• Dayang Sangzakadiar (203402516252)
• Ilham nurfauzi (203402516029)
• Molly Malinda S (183112340250287)
• Siva Anisa Yuri Ariyanto (203402516285)
• Adiani Mega Anisah (203402516334)
Pengertian Agregat Demand dan Agregat Supply

Agregat demand adalah nilai seluruh permintaan pada seluruh jenis produk barang dan jasa yang dibuat dalam
suatu periode tertentu. Nilai permintaan yang terdapat di dalam agregat ini akan dinyatakan dalam wujud nilai
keseluruhan yang yang digunakan untuk produk barang dan jasa tersebut hingga level harga yang lebih spesifik
dan pada periode waktu tertentu. Sedangkan, Aggregat supply, adalah total penawaran barang dan jasa yang
diproduksi dalam suatu perekonomian pada harga keseluruhan tertentu dalam periode tertentu .
Faktor Yang Mempengaruhi Agregat Demand Dan Agregat Supply
 
Terdapat beberapa faktor yang mampu mempengaruhi aggregat demand.

1. Perubahan Suku Bunga


Naik atau turunnya nilai suku bunga mampu mempengaruhi keputusan yang dibuat oleh setiap konsumen
dan para pebisnis. Menurunnya suku bunga akan berdampak pada menurunnya biaya pinjaman untuk
barang yang berharga, seperti keperluan rumah tangga, kendaraan, dan juga rumah. Ketika suku bunga
sedang rendah, maka perusahaan bisa mengajukan pinjaman dengan suku bunga yang lebih rendah. Hal
ini cenderung akan terjadi peningkatan pada belanja modal. Sebaliknya, ketika suku bunga meningkat,
maka biaya pinjaman untuk perorangan ataupun perusahaan akan cenderung meningkat juga. Dalam
kondisi seperti ini, pengeluaran yang terjadi akan cenderung menurun atau melambat. Kenaikan harga
akan sangat mempengaruhi jumlah pengeluaran.

2. Tingkat Pendapatan dan Kesejahteraan Masyarakat


Saat pendapatan nasional memang sedang meningkat, maka pendapatan setiap rumah tangga akan turut
meningkat. Di saat seperti inilah permintaan agregat akan turut meningkat. Sebaliknya, penurunan
pendapatan nantinya akan berimbas pada menurunnya jumlah aggregat demand. Ketika suatu negara
masuk ke dalam jurang resesi, maka kondisi tersebut akan sangat berdampak pada aggregat demand.
Terdapat beberapa faktor yang mampu mempengaruhi agregat supply, yaitu:
 
1. Besarnya angkatan kerja (size of the labor force).
2. Besarnya stok capital (size of the capital stock).
3. Tingkat atau keadaan teknologi (state of technology).
4. Tingkat pengangguran alamiah (natural rate of unemployment).
5. Harga faktor-faktor produksi
•Bentuk Kurva Dari Agregat Demand Dan Agregat Supply
Kurva Agregat Demand
P

Y ( Pendapatan, Output )

Kurva Agregat Supply

LRAS

Kurva Agregat Supply Kurva Agregat Supply


Jangka Panjang Jangka Pendek
Faktor Yang Menyebabkan Pergeseran Kurva Agregat Demand Dan Agregat Supply
 
Faktor Pergeseran Kurva Agregat Demand

Perubahan tingkat harga menyebabkan permintaan agregat bergerak di sepanjang kurva. Sementara itu, perubahan faktor
lain menggeser kurva.

1. Kebijakan fiskal ekspansif (expansionary fiscal policy).


Pemerintah menstimulus permintaan agregat dengan meningkatkan pengeluarannya atau menurunkan pajak. Peningkatan
pengeluaran memiliki efek langsung pada peningkatan permintaan agregat. Sebaliknya, tarif pajak yang lebih rendah
berdampak tidak langsung pada permintaan agregat, yaitu melalui peningkatan disposable income rumah tangga dan
peningkatan keuntungan bisnis.

2. Kebijakan moneter ekspansif (expansionary monetary policy).


Bank sentral menstimulus permintaan agregat dengan meningkatkan jumlah uang beredar. Opsinya adalah dengan
memotong suku bunga kebijakan, mengurangi rasio cadangan wajib (reserve requirement ratio), dan operasi pasar terbuka
melalui pembelian surat berharga pemerintah. Itu semua mendorong suku bunga di dalam perekonomian turun,
meningkatkan konsumsi rumah tangga dan investasi bisnis.
3. Peningkatan kekayaan rumah tangga.
Peningkatan kekayaan mendorong rumah tangga untuk membelanjakan lebih banyak uang pada barang dan jasa.
Konsumen lebih optimis. Konsumen merasa lebih percaya diri tentang pendapatan dan keamanan kerja mereka di masa
depan. Itu mendorong mereka menghabiskan proporsi yang lebih tinggi dari pendapatan untuk konsumsi barang dan jasa.
Bisnis lebih optimis. Jika perusahan melihat keuntungan masa depan membaik, mereka kemungkinan besar akan
berinvestasi lebih banyak dalam proyek modal.
Faktor Pergeseran Kurva Agregat Supply
 
Pergeseran Kurva Penawaran AgregatJangka Panjang (LRAS)
Faktor-faktor non harga dapat mempengaruhi pergeseran kurva penawaran agregat
adalah :
 
1. Perubahan jumlah tenaga kerja
Jika pekerja mengalami peningkatan, jumlah output yang dapat diproduksi pun akan mengalami peningkatan, kurva
penawaran pun akan mengalami pergeseran ke kanan yang menandakan terjadinya peningkatan jumlah
penawaran output dalam perekonomian.

2. Perubahan modal
Terjadinya peningkatan stok modal dalam perekonomian (modal fisik dan modal manusia), tentu akan mampu
meningkatkan produktivitas perekonomian sehingga output perekonomian pun akan terdorong untuk meningkat,
peningkatan ini ditandai oleh pergeseran kurva penawaran ke kanan.

3. Perubahan sumber daya alam


Ketika ketersediaan sumber daya alam yang menjadi input produksi mengalami peningkatan karena ditemukannya
ladang tambang yang baru kurva penawaran aggregat akan mengalami pergeseran ke kanan sehingga output
perekonomian pun akan mengalami peningkatan.

4. Perubahan teknologi
Peningkatan kemajuan teknologi suatu negara juga merupakan faktor yang dapat menyebabkan peningkatan
output potensial suatu negara
Faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran kurva penawaran agregat jangka pendek:
 
1. Faktor Perubahan Tenaga Kerja
Terjadinya peningkatan jumlah tenaga kerja akan mendorong terjadinya peningkatan output produksi. Hal ini ditandai
dengan bergesernya kurva penawaran aggregat ke kanan. Sebaliknya,ketika yang terjadi adalah penurunan jumlah tenaga
kerja, maka output produksi pun akan mengalami penurunan, yang ditandai dengan bergesernya kurva penawaran aggregat
ke kiri
2. Perubahan Modal
Terjadi peningkatan modal, baik modal fisik maupun modal manusia, akan mendorong meningkatnya produktifitas, yaitu
perekonomian mampu menghasilkan output lebih banyak,sehingga kurva penawaran pun akan bergeser ke kanan
3. Perubahan Sumber DayaAlam
Ketika ketersediaan sumber daya alam yang menjadi input produksi mengalami peningkatan,peningkatan output produksi
tentu akan semakin terdorong. Hal ini ditandai oleh pergeseran kurva penawaran aggregat ke kanan sehingga output
perekonomian teramati akan mengalami peningkatan
4. Perubahan Teknologi
Terjadinya peningkatan teknologi yang digunakan dalam proses produksi tentu akan mendorong terciptanya efisiensi dalam
perusahaan, sehingga output produksi pun dapat didorong, seperti yang ditandai oleh pergeseran ke kanan dari kurva
penawaran aggregat
4. Ekspektasi Tingkat Harga
Jika terjadi penurunan perkiraaan tingkat harga, maka kurva penawaran jangka pendek akan bergeser ke kanan. Sementara
itu, ketika terjadi peningkatan perkiraan tingkat harga, maka kurva penawaran jangka pendek akan bergeser ke kiri
Dampak Pergeseran Kurva Agregat Demand Dan Agregat Supply

Dampak Pergeseran Kurva Agregat Demand


 
1. Dalam jangka pendek,Pergeseran-pergesaran pada permintaan agregat menyebabkan fluktuasi pada output barang dan
jasa dalam perekonomian.
2. Dalam jangka panjang,pergeseran pada permintaan agregat memengaruhi keseluruhan tingkat harga,tetapi tidak
memengaruhi output.

Dampak Pergeseran Kurva Agregat Supply


 
3. Pergeseran-pergeseran pada penawaran agregat dapat menyebabkan stagflasi (periode merosotnya output dan naiknya
harga-harga)
4. Para pembuat kebijakan yang dapat memengaruhi permintaan agregat tidak dapat menyeimbangi kedua dampak yang
berlawanan ini secara bersamaan.
Pengertian Dan Penyebab Covid-19

Virus Corona atau severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2) adalah virus yang menyerang sistem
pernapasan. Penyakit karena infeksi virus ini disebut COVID-19. Virus Corona bisa menyebabkan gangguan ringan pada
sistem pernapasan, infeksi paru-paru yang berat, hingga kematian. severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-
CoV-2) yang lebih dikenal dengan nama virus Corona adalah jenis baru dari coronavirus yang menular ke manusia. Virus ini
bisa menyerang siapa saja, seperti lansia (golongan usia lanjut), orang dewasa, anak-anak, dan bayi, termasuk ibu hamil dan
ibu menyusui.Infeksi virus Corona disebut COVID-19 (Corona Virus Disease 2019) dan pertama kali ditemukan di kota Wuhan,
China pada akhir Desember 2019. Virus ini menular dengan sangat cepat dan telah menyebar ke hampir semua negara,
termasuk Indonesia.
Pada tanggal 31 Maret 2020, Presiden Indonesia, Joko Widodo menandatangani Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun
2020, yang mengatur pembatasan sosial berskala besar sebagai respons terhadap COVID-19, yang memungkinkan
pemerintah daerah untuk membatasi pergerakan orang dan barang masuk dan keluar dari daerah masing-masing asalkan
mereka telah mendapat izin dari kementerian terkait (dalam hal ini Kementerian Kesehatan, di bawah Menteri Kesehatan,
Terawan Agus Putranto). Peraturan tersebut juga menyebutkan bahwa pembatasan kegiatan yang dilakukan paling sedikit
meliputi peliburan sekolah dan tempat kerja, pembatasan kegiatan keagamaan, dan pembatasan kegiatan di tempat atau
fasilitas umum. Pada saat yang sama, Keputusan Presiden Nomor 11 Tahun 2020 juga ditandatangani, yang menyatakan
pandemi koronavirus sebagai bencana nasional.
Dampak Yang Ditimbulkan Dari Pandemi Covid-19 Terhadap Agregat Demand Dan Agregat
Supply

Penerapan kebijakan pembatasan berskala besar yang belum pernah terjadi sebelumnya, tiba-tiba diterapkan oleh
negara-negara di seluruh dunia untuk mencegah penyebaran pandemi Coronavirus Deseas 2019 (COVID-19).
Evolusi penyakit dan dampak ekonominya sangat tidak pasti, sehingga sulit bagi pembuat kebijakan untuk
merumuskan respons kebijakan makro ekonomi yang tepat. Kondisi demikian juga menyebabkan kegiatan produksi
menurun, atau bahkan beberapa sektor mengalami pemberhentian. Kesulitan yang dihadapi perusahaan tersebut
timbul lantaran adanya pembatasan gerak masyarakat, atau yang kita kenal dengan pembatasan sosial berskala
besar. Selanjutnya, yang terjadi ialah supply shock dan demmand shock secara bersamaan. Ketika sektor
manufaktur hulu-hilir telah terdampak, maka pengaruhnya cukup signifikan kepada sektor-sektor lainnya Tiongkok
dan global akan berdampak pada perekonomian Indonesia melalui penurunan harga komoditas dan permintaan
barang tambang Di sisi penawaran, terganggunya perekonomian Tiongkok akan mengakibatkan kekurangan suku
cadang dan komponen, serta barang modal yang dibutuhkan oleh banyak negara termasuk Indonesia. Ini
mengganggu produksi barang dan jasa. Dalam kondisi ini, pelepasan stimulus fiskal dan ekspansi moneter untuk
merangsang permintaan agregat, tanpa mengatasi masalah guncangan penawaran, hanya akan meningkatkan
inflasi. Kementerian Keuangan Indonesia memprediksikan ekonomi hanya akan tumbuh antara 0–2,5 persen tahun
ini. Dari perspektif ekonomi, pembatasan-pembatasan yang terjadi untuk meminimalisir pertambahan penularan
virus corona ini telah memukul sisi produksi atau aggregat supply, lalu pukulan yang terjadi di sisi produksi tersebut
secara langsung memukul sisi permintaan atau aggregat demand.
PENUTUP

Kesimpulan

Jadi, dengan adanya pandemi Covid-19 ini memberikan dampak terjadinya kebijakan pembatasan – pembatasan
untuk meminimalisir pertambahan penularan virus yang mengakibatkan pukulan terhadap sisi produksi atau agregat
supply, lalu pukulan yang terjadi pada di sisi produksi tersebut secara langsung memukul sisi permintaan atau
agregat demand. Pukulan dari dua sisi tersebut mengakibatkan terjadinya Supply Shock dan Demand Shock secara
bersamaan. . Kurva aggregate supply bergeser ke kiri. Semua sektor terkait terganggu, sehingga mengakibatkan
demand shock, menggeser aggregat demand ke kiri atau ke bawah. Untuk mengatasi masalah tersebut pemerintah
dan bank sentral melakukan relaksasi baik fiskal maupun moneter melalui berbagai stimulus. Pemerintah juga
berusaha unutuk menopang daya beli masyarakat yang memburuk akibat pandemi Covid-19 ini melalui serangkaian
kebijakan yang diupayakan untuk mendongkrak agregat demand tidak jatuh terlalu dalam. Lalu, pemerintah juga
membuka batasan defisit APBN terhadap pendapatan PDB dan diperbolehkannya Bank Indonesia untuk masuk di
pasar primer agar mencoba menahan pemburukan kualitas hidup masyarakat akibat pelemahan yang terjadi di sisi
agregat supply.
Saran

Berbagai usaha harus dilakukan baik dari sisi masyarakat dan pemerintah untuk memulihkan
keadaan perekonomian Indonesia. Pemerintah sebagai regulator memiliki tugas dan wewewanang
melalui pembuatan kebijakan serta program-program yang dapat memberi stimulus pada kegiatan
perekonomian atau dengan meningkatkan permintaan barang dan jasa secara agregat. Pemerintah
dapat mengatur kebijakan baik melalui kebijakan moneter atau kebijakan fiskal. Beberapa hal yang
dapat dilakukan pemerintah dalam rangka meningkatkan permintaan agregat diantaranya
memberikan insentif pajak pada sektor-sektor tertentu yang dianggap efektif untuk meningkatkan
konsumsi masyarakat dan meningkatkan kemauan berwirausaha masyarakat, menambah suntikan
keuangan dengan memberikan bantuan sosial bagi masayarakat kelas menengah ke bawah agar
tingkat konsumsi naik, menurunkan tingkat bunga agar kegiatan usaha meningkat, serta menjaga
nilai inflasi agar tetap stabil, dengan tujuan untuk mengendalikan harga dan untuk menjaga daya
beli masyarakat. Pemerintah juga harus, melakukan mitigasi atas kemungkinan terpuruknya dunia
usaha, dengan mengalokasikan anggaran khusus penanganan dampak ekonomi akibat Covid-19.
THANK YOU
SOAL

1. Apa penyebab terjadinya Demand Shock dan Supply secara bersamaan sebagai dampak yang diakibatkan
dari pandemi covid 19 ini ?
2. Bagaimana kebijakan pemerintah dalam mengatasi dampak covid 19 terhadap Agregat Demand dan Agregat
Supply
3. Apa yang terjadi kepada penawaran agregat (agregat demand) apabila perekonomian mengalami penurunan
dan pasar tenaga kerja longgar

Anda mungkin juga menyukai