Anda di halaman 1dari 25

ARTI PENTING MANAJEMEN DALAM PENGELOLAHAN

PEMERINTA
Kelompok 3

1. Priska Viona seran


2. Nurlinda Pattiiha
3. Filiani Kalami
4. Adrince Mayor
5. Hartin Sarhoka
6. Kelion K Kamiroki
7. Modi M Ulimpa
8. Friendy H Lesnussa
9. Maria Kurnia dama
TINJAUN TEORI
Era tahun 1980 dan awal 1990-an telah muncul pendekatan manajerial baru pada sektor publik, sebagai penyempurnaan model
administrasi tradisional. Pendekatan ini mempermudah beberapa permasalahan yang ada pada model sebelumnya, namun cara ini menimbulkan
perubahan dramatis dalam operasi sektor publik. Pendekatan manajerial memiliki banyak istilah seperti : managerialism (Pollit, 1990), New public
management (Hood, 1991) : market-based public administration (Lan and Rosenbloom), 1992) atau intreprenuerial government (Osborne and
Gaebler, 1992). Selanjutnya lebih banyak dikenal dengan istilah new public management (dan managerialism dimana penggunaan istilah tersebut
dapat saling dipertukarkan, walaupun istilah managerialism cenderung digunakan sebagai pejorative (ekspresi untuk mengkritik ) oleh para
penulis lain.
Perbedaan penggunaan istilah “new public management” tersebut meskipun merefleksikan perbedaan pandangan dan penekanan, namun pada
umumnya mereka juga memiliki kesamaan points. Pertama, apapun istilah yang dipakai, hal tersebut tetap menggambarkan state of nature dari
traditional public administration dengan atensi yang lebih besar diberikan untuk pencapaian tujuan organisasi,serta responsibilitas dari para
manajer. Kedua, adanya keinginan untuk mereformasi birokrasi klasik dengan menyusun model organisasi, SDM dan system serta kondisi kerja
yang lebih fleksibel. Ketiga, sistem organisasi dan objektivitas individu diletakkan secara jelas dan ini memungkinkan pemantauan hasil melalui
performance indicators/indikator prestasi / kinerja atau program-program systematic evaluation lainnya seperti konsep Triple E: economi,
efficiency dan effectiveness. Keempat, fungsi pemerintahan adalah menghadapi market test, seperti mengikat kontrak/persetujuan atau separasi
steering from rowing. Keterlibatan pemerintah tidak harus selalu berarti memerlukan peraturan birokratik. Kelima, dalam beberapa kasus
terdapat sebuah kecenderungan kearah pereduksian fungsi pemerintah melalui privatisasi. Semua point ini dihubungkan ke satu tujuan yaitu
merubah orientasi dari proses ke hasil yang diinginkan.
New Public Management merupakan paradigma baru untuk menawarkan cara/pendekatan yang lebih realistis. Model baru management
publik ini telah secara efektif menggantikan model tradisional administrasi publik dan mengakibtakan sektor publik dalam jangka panjang tidak
dapat dihindari akan bercorak managerialism, baik dalam teori maupun praktek. Manajemen publik adalah cabang atau satu aspek dari bidang
studi yang lebih luas yakni ilmu administrasi publik .Sebagai bagian dari Administrasi Publik, Manajemen Publik adalah ilmu dan seni yang
berintikan methodology terapan untuk merancang program program administrasi publik,restrukturisasi organisasi, kebijakan dan perencanaan
manajerial, alokasi sumberdaya, system penganggaran (budgeting systems), pengelolaan financial, manajemen SDM, masalah audit serta evaluasi
program. Secara lebih spesifik,sering pula dikatakan bahwa manajemen publik memandang administrasi publik sebagai profesi sedangkan
administrasi publik memandang manajer publik sebagai praktisi.
Fungsi utama dan isu mutakhir dalam studi manajemen public antara lain mencakup: Management of InformationTechnology, Privatization,
Rationality and Accountability, Planning and Control
ANALISIS
A. Paradigma Manajemen Publik (OPA-NPM-NPS)

1. OPA (Old Public Administration)

Administrasi Publik Tradisional / Klasik (The Old Public Administration). Perkembangan paradigma administrasi publik klasik dimulai ketika awal
kelahiran dari administrasi publik itu sendiri. Administrasi publik klasik sebagaimana yang dijelaskan oleh Teguh Kurniawan dalam jurnalnya yang
berjudul “Pergeseran Paradigma Administrasi Publik : dari Perilaku Model Klasik dan NPM ke Good Governance”, pada masa perkembangan awal,
administrasi publik dikenal dengan konsep yang sangat legalistik, ter-institusionalisasi, dengan berbagai macam aturan yang mengikat, struktur
organisasi yang hirarkis yang kurang memungkinkan adanya koordinasi dari berbagai fungsi sehingga sangat sentralistik dan betapa besarnya dominasi
pemerintah dalam berbagai hal termasuk pemberian pelayanan publik. Besarnya intervensi pemerintah pada semua segmen kehidupan masyarakat
menjadikan pemerintah sebagai penguasa tunggal, dimana peraturan atau kebijakan yang dibuat dimungkinkan untuk diambil alih secara penuh oleh
pemerintah tanpa melibatkan berbagai aktor lainnya seperti perwakilan dari sector bisnis dan khususnya partisipasi masyarakat.

Hal ini menimbulkan dampak dengan besarnya anggaran yang harus dikeluarkan pemerintah untuk membiayai organisasi pemerintahan yang formasi
birokrasinya cenderung “gemuk” dengan bermacam fungsi yang terlalu boros dan tidak memiliki tupoksi yang jelas. Terlebih lagi dengan masyarakat
yang dihadapkan pada rantai meja-meja pelayanan yang berbelit dan semakin menjauhkan hubungan masyarakat dengan pemerintah, seakan-akan terjadi
pembatasan yang jelas antara pemerintah dan masyarakat, dan ini akan membuat pemerintah sulit untuk ditempuh oleh masyarakat. Tentu saja ini
memberatkan masyarakat sebagai pembayar pajak dimana hasil pajak lebih banyak keluar untuk gaji pegawai dan pembiayaan pemerintah lainnya
namun sedikit untuk layanan terhadap publik.

Secara ringkas, Denhardt dan Denhardt menguraikan karakteristik OPA sebagai berikut:
1) Fokus utama adalah penyediaan pelayanan publik melalui organisasi atau badan resmi pemerintah.
2) Kebijakan publik dan administrasi negara dipahami sebagai penataan dan implementasi kebijakan yang berfokus pada satu cara
terbaik, kebijakan publik dan administrasi negara sebagai tujuan yang bersifat politik.
3) Administrasi publik memainkan peranan yang terbatas dalam perumusan kebijakan publik dan pemerintahan; mereka hanya
bertanggung-jawab mengimplementasikan kebijakan publik.
4) Pelayanan publik harus diselenggarakan oleh administrator yang bertanggung-jawab kepada pejabat politik (elected officials) dan
dengan diskresi terbatas.
5) Administrasi bertanggung-jawab kepada pimpinan pejabat politik (elected political leaders) yang telah terpilih secara demokratis.
6) Program-program publik dilaksanakan melalui organisasi yang hierarkis dengan kontrol yang ketat oleh pimpinan organisasi.
7) Nilai pokok yang dikejar oleh organisasi publik adalah efisiensi dan rasionalitas.
8) Organisasi publik melaksanakan sistem tertutup sehingga keterlibatan warga negara dibatasi.
9) Peranan administrasi publik adalah melaksanakan prinsip-prinsip Perencanaan, Pengorganisasian, Kepegawaian, Mengarahkan,
Koordinasi, Pelaporan dan Pengangaran.

Beberapa poin dalam administrasi publik klasik jika dilihat memiliki persamaan dengan kondisi pelayanan publik di Indonesia dimana

sistem birokrasi di Indonesia masih cenderung sulit untuk dijangkau oleh masyarakat karena proses birokrasi yang lama dan kaku,

masih terhirarkis, contohnya untuk kasus sistem desentralistik di Indonesia pemerintah pusat tetap memiliki kekuasaan eksklusif yang

tidak bisa sepenuhnya diserahkan pada pemerintah daerah


Pemerintah masih memegang kontrol yang besar terhadap pemerintah daerah meskipun tidak lagi sebesar ketika Indonesia menganut sistem pemerintahan sentralistik.
Dalam administrasi publik klasik organisasi publik lebih memfokuskan pada efisiensi dan rasionalitas sehingga melupakan sisi humanis dari internal organisasi.
Paradigma OPA antara lain:
a) Paradigma 1 : Dikotomi Politik-Administrasi, dari Tahun 1900-1926

Tonggak sejarah yang dapat dipergunakan sebagai momentum dari fase paradigma pertama ini ialah tulisan dari Frank J. Goodnow yang dalam bukunnya Politik dan
Administrasi yang berbendapat bahwa terdapat dua fungsi pokok pemerintah yang amat berbeda satu sama lain. Dua fungsi tersebut ialah politik dan administrasi
sebagaimana yang tertulis dalam bukunya. Politik menurut Goodnow harus membuat kebijaksanaan-kebijaksanaan atau melahirkan keinginan-keinginan negara.
Sementara administrasi diartikan sebagai pelaksana yang harus berhubungan dengan kebijksanaan-kebijaksanaan tersebut. Pemisahan kekuasaan memberikan dasar
perbedaan antara politik dan administrasi. Badan legislatif dengan ditambah kemampuan penafsiran dari badan yudikatif mengemukakan keinginan-keinginan negara
dan kebijaksanaan formal. Sedangkan badan eksekutif mengadministrasikan kebijaksanaan-kebijaksanaan tersebut secara adil dan tidak memihak kepada salah satu
kekuatan politik. Locus pada paradigma satu ini yakni mempermasalahkan dimana seharusnya administrasi negara ini berada.
Secara jelas menurut Goodnow dan pengikut-pengikutnya administrasi negara seharusnya berpusat pada birokrasi pemerintahan selanjutnya dalam kaitannya
dengan locus paradigma pertama ini ialah timbulnya suatu persoalan diantara kalangan akademis dan praktisi mengenai dikotomi politik-administrasi. Inisial
legitimasi yang konseptual tentang locus ini memberikan pusat pengertian atau definisi dari bidang administrasi. Selanjutnya dalam kaitannya dengan locus paradigma
pertama ini ialah timbul suatu persoalan di antara kalangan akademisi dan praktisi mengenai dikotomi politik-administrasi. Administrasi negara mulai mendapatkan
legitimasi akademis pada tahun 1920-an.

Pada tahun 1996 usaha yang amat terhormat dilakukan oleh Leonald white dengan menerbitkan bukunya yang terkenal “ Introduction to the study of public
administration”(buku pertama yang secara keseluruhannya dipersembahkan untuk mengenalkan ilmu admnistrasi negara). Dwight waldo pernah mengatakan mengenai
buku white ini bahwa buku tersebut merupakan sari karakter kemajuan Amerika, dan didalam saripatinya itu tercermin dorongan yang umum dalam bidang ini.
Dorongan itu antara lain mengemukakan sebagai berikut :
1) Politik seharusnya tidak usah mengganggu lagi administrasi.

2) Manajemen memberikan sumbang analisis ilmiahnya terhadap administrasi

3) Administrasi negara adalah mampu menjadikan dirinya sebagai ilmu pengatahuan yang “value free”.

4) Misi dari ilmu administrasi adalah ekonomis dan efesiensi.

Pembagian daerah analisis antara administrasi negara dan ilmu politik selama masa orientasi locus ini tampaknya mempunyai dampak yang panjang sampai sekarang ini. Hal

ini dapat dilihat beberapa universitas-universitas di Amerika Serikat (kelihatannya diikuti pula oleh universitas-universitas di Indonesia) bahwa bidang administrasi negara itu

di dalamnya diajarkan materi-materi seperti : teori organisasi, administrasi keuangan, administrasi kepegawaian, dan Administrasi Perbekalan. Sedangkan ilmu politik

diajarkan subjek-subjek. Teori pemerintahan, kepresidenan, proses pembuatan undang-undang, politik pemerintah pusat dan daerah, perbandingan politik, hubungan hubungan

internasional dan banyak hal lainnya. Pengaruh kedua fase dari orientasi locus ini ialah isolasi administrasi negara dari bidang kajian lainnya seperti misalnya, administrasi

perusahaan (business administration). Sebagaimana menurut Woodrow Wilson berpendapat bahwa administrasi merupakan suatu bidang usaha (a field of business) dan ahrus

dipisahkan dari politik. Isolasi ini memberikan konsekuensi yang tidak menguntungkan, terutama sekali ketika bidang-bidang tersebut melaui penelitiannya terhadap sifat

organisasi.

Terdapat juga kata-kata Woodrow Wilson yang terkenal yaitu : administrasi berada di luar bidang politik. Persoalan-persoalan administrasi bukanlah menjadi persoalan-

persoalan politik walaupun politik menetapkan serangkaian tugas-tugas yang harus dilakukan administrasi akan tetapi ia tidak seharusnya bertanggung jawab memanipulasikan

urusan-urusannya.

b) Paradigma 2 : Prinsip-Prinsip Administrasi, dari Tahun 1927-1937


Dari paradigma dikotomi politik administrasi telah dijelaskan bahwa administrasi mengalami penekanan pada “administrasi dan praktika” yang
disebabkan oleh konsekuensi isolasi yang tidak menguntungkan terutama ketika bidang tersebut memulai penelitiannya terhadap sifat organisasi, sehingga
usaha yang dilakukan berikutnya ialah dipusatkan untuk memberikan fondasi prinsip-prinsip ilmiah pada administrasi. Di awali dengan terbitnya Principles
of Public Adminisration karya W F Willoughby tahun 1927. Pada fase ini administrasi diwarnai oleh berbagai macam kontribusi dari bidang-bidang lain
seperti industri, pemerintahan dan manajemen. Berbagai bidang inilah yang membawa dampak yang besar pada timbulnya prinsip-prinsip administrasi.
Prinsip-prinsip tersebut yang menjadi focus kajian administrasi publik sedangkan locus dari paradigma ini kurang ditekankan karena esensi prinsip-prinsip
tersebut karena prinsip itu bisa terjadi pada semua tatanan, lingkungan, misi atau kerangka institusi, ataupun kebudayaan, dengan demikian administrasi bisa
hidup dimanapun asalkan prinsip-prinsip tersebut dipatuhi.
Sesungguhnya walaupun adminsitrasi itu sebenarnya bisa berada dimana saja, akan tetapi karena prinsip adalah prinsip dan administrasi adalah adminsitrasi
maka menurut persepsi paradigma ini administrasi Negara mempunyai suatu prinsip tertentu. Prinsip-prinsip yang dimaksud tersebut ialah adanya suatu
kenyataan bahwa administrasi Negara bias terjadi pada semua tatanan tanpa memedulikan kebudayaan, fungsi, lingkungan, misi atau kerangka fungsi. Pada
paradigma kedua ini pengaruh manajemen Klasik sangat besar Tokoh-tokohnya adalah : F.W Taylor yang menuangkan 4 prinsip dasar yaitu:
1) Perlu mengembangkan ilmu manajem sejati untuk memperoleh kinerja terbaik.
2) Perlu dilakukukan proses seleksi pegawai ilmiah agar mereka bisa tanggung jawan dengan kerjanya.
3) Perlu ada pendidikan dan pengembangan pada pegawai secara ilmiah.
4) Perlu kerjasama yang intim antara pegawai dan atasan (prinsip management ilmiah Taylor).
Menurut Gullick dan Urwick, prinsip amatlah penting bagi administrasi sebagai suatu ilmu. Adapun letak dimana prinsip itu akan dipakai tidak
begitu penting. Focus memegang peranan penting dibandingkan locus. Prinsip administrasi yang terkenal dari Gullick dan Urwick yaitu
POSDCORB.
c) Paradigma 3 : Administrasi Negara sebagai Ilmu Politik, dari Tahun 1950-1970
Dalam periode administrasi sejak akhir tahun 1930-an timbul kritik-kritik tajam terhadap administrasi publik, seperti yang dilontarkan Herbert
Simon. Akibatnya, administasi publik mundur ke dalam disiplin induknya, yaitu ilmu politik. Pengaruh dari gerakan mundur ini berupa
pembaharuan definisi mengenai locus yang ditimpakan pada birokrasi pemerintah, tetapi dengan melepaskan hal-hal yang berkaitan dengan
focus. Periode ke tiga ini dapat di pandang sebagai suatu usaha untuk meninjau kembali segala jalinan konseptual antara administrasi publik dan
politik. Konsekuensi dari usaha ini hanya menciptakan lorong studi, yang pada akhirnya dalam pengertian focus analitis, mengarah pada
keterampilan belaka. Karena itu, tidak mengherankan jika tulisan-tulisan mengenai administrasi publik pada kurun 1950-an hanya berbicara
tentang penekanan atau penonjolan satu wilayah kepentingan, bahkan sebagai sinonim dengan ilmu politik. Periode ini ditandai penekanan locus,
yaitu pada birokrasi pemerintahan. Sedangkan tulisan-tulisan berusaha mengaitkan administrasi dengan ilmu politik.
Walaupun usaha untuk kembali kepada ilmu politik sebagai suatu identifikasi dari administrasi Negara pada paradigma ini, akan tetapi
sebaliknya ilmu politik mulai melupakannya. Tahun 1962 administrasi bukan lagi dianggap sebagai bagian dari ilmu politik. Hal ini dibuktikan dari
laporan komisi ilmu politik sebagai suatu disiplin dari APSA (American Political Science Assosiation). Tahun 1964 suatu survey yang dilakukan oleh
sarjana-sarjana ilmu politik memberikan petunjuk tentang merosotnya minat terhadap administasi Negara dalam fakultas-fakultas ilmu politik.
Tahun 1967 administrasi Negara benar-benar dicoret dari program pertemuan tahunan APSA.
d) Paradigma 4 : Administrasi Negara sebagai Ilmu Administrasi,dari Tahun 1956-1970

Timbulnya paradigma 4, sebagian sebabnya karena sarjana-sarjana administrasi negara dianggap sebagai warga negara kelas dua dari ilmu politik.
Akibat karena itu, maka mereka mencari altenatif pemecahannya. Tampaknya jalan yang dipilih ialah kembali bahwa administrasi negara adalah ilmu
administrasI. Istilah ilmu administrasi (administrasi science) dipergunakan dalam paradigma 4 ini untuk menunjukkan isi dan fokus pembicaraan.
Dalam ilmu ini terdapat pula pembahasan-pembahasan mengenai teori organisasi dan ilmu manajemen. Pada fase ini ilmu administrasi hanya
memberikan focus, tetapi tidak pada locus-nya. Ia menawarkan teknik-teknik,dan bahkan seringkali teknik-teknik yang canggih dan memerlukan
keahlian dan spesialisasi. Sebagaimana yang dibahas dalam paradigma 2 di muka,administrasi adalah administrasi dimanapun ia dapat dijumpai. Focus
lebih utama daripada locus-nya.

e) Paradigma 5 : Administrasi Negara sebagai Administrasi Negara, Tahun 1970

Pembaruan dalam tahap paradigma yang ke-5 ini locus administrasi negara tidak semata – mata pada ilmu murni administrasi, melainkan pada teori
organisasi. Lebih dari itu, administrasi negara semakin bertambah perhatiannya terhadap wilayah ilmu kebijaksanaan (policy science), politik ekonomi,
proses pembuatan kebijaksanaan pemerintah dan analisisnya (public policy making process), dan cara-cara pengukuran dari hasil-hasil kebijaksanaan
yang telah dibuat. Aspek-aspek perhatian ini dapat dianggap dalam banyak hal sebagai suatu mata rantai yang menghubungkan antara focus
administrasi negara dengan locus-nya.sebagaimana yang terlihat dalam tren yang diikuti oleh paradigma ini, maka focus administrasi negara adalah
teori organisasi, praktika dan analisis public policy, dan teknik-teknik administrasi dan manajemen yang sudah maju. Adapun locus normatif dari
administrasi negara digambarkan oleh paradigma ini adalah pada birokrasi pemerintahan dan pada persoalan-persoalan masyarakat (public affairs).
2. NPM (New Public Manajemen)
Organisasi sektor publik sering digambarkan tidak produktif, tidak efisien, selalu rugi, rendah kualitas, miskin inovasi dan kreativitas, dan berbagai
kritikan lainnya. Munculnya Kritikan keras yang ditujukan kepada organisasi-organisasi sektor publik tersebut kemudian menimbulkan gerakan
untuk melakukan reformasi manajemen sektor publik. Salah satu gerakan reformasi sektor publik yaitu New Public Management atau NPM.
Istilah New Public Management pada awalnya dikenalkan oleh Christoper Hood pada tahun 1991, Ia kemudian menyingkat isitilah tersebut
menjadi NPM. Ditinjau dari perspektif historis, pendekatan manajemen modern di sektor publik pada awalnya muncul di Eropa tahun 1980-an dan
1990-an sebagai reaksi terhadap tidak memadainya model administrasi publik tradisional. Penekanan NPM pada waktu itu adalah pelaksanaan
desentralisasi, devolusi, dan modernisasi pemberian pelayanan public.
NPM merupakan teori manajemen publik yang beranggapan bahwa praktik manajemen sektor swasta adalah lebih baik dibandingkan
dengan praktik manajemen sektor publik. Olen karena itu, untuk mempebaiki kinerja sektor publik perlu diadopsi beberapa teknik dan praktik yang
diterapkan di sektor swasta ke dalam organisasi sektor publik, seperti pengadopsian mekanisme pasar, kompetisi tender dan privatisasi
perusahaan-perusahaan public.
Penerapan konsep NPM telah menyebabkan terjadi perubahan manajemen sektor publik yang drastis dari sistem manajemen tradisional
yang kaku, birokratis, dan hierarkis menjadi model manajemen sektor publik yang fleksibel dan lebih mengakomodasi pasar. Penerapan NPM
dipandang suatu bentuk modernisasi atau reformasi manajemen dan Administrasi Publik,kukuasaan, atau desentralisasi wewenang yang
mendorong demokrasi. Perubahan tersebut juga telah mengubah peran pemerintah terutama dalam hal berhubungan antara pemerintah dengan
masyarakat.
Meskipun penerapan NPM bervariasi di seluruh dunia, upaya pemerintah ini untuk melakukan mennciptakan kembali pemerintah yaitu untuk
memperbaiki efisien dan efektivitas sektor publik, meningkatkan daya respons lembaga publik terhadap klien dan pelanggannya, mengurangi pengeluaran
publik, dan memperbaiki akuntabilitas manajerial. Pemilihan kebijakannya pun juga hampir sama, yaitu : komersialisasi, korporatisasi , dan privitasi;
desentralisasi (devolved management); pergeseran dari pengendalian input (Input Control) menjadi pengukuran output dan outcome ; spesifikasi kinerja
yang lebih ketat ; dan meluasnya pengunaan mekanisme kontrak. Hal tersebut memberikan gambaran mengenai NPM yang telah mempengaruhi proses
perubahan organisasi sektor publik secara komprehensif di hampir seluruh dunia.

Paradigma NPM memiliki konsep yang terkait dengan manajemen kinerja sektor publik, yang mana pengukuran kinerja merupakan salah satu dari
prinsip-prinsipnya. NPM mengacu kepada sekelompok ide dan praktik kontemporer untuk menggunakan pendekatan-pendekatan dalam sektor privat
(bisnis) pada organisasi sektor publik. Pemerintahan yang kaku dan sentralistik sebagaimana yang dianut oleh OPA harus diganti dengan pemerintahan
yang berjiwa wirausaha. NPM menganjurkan pelepasan fungsi-fungsi pemerintah kepada sektor swasta. Inti dari ajaran NPM dapat diuraikan sebagai
berikut :

1. Pemerintah diajak untuk meninggalkan paradigma administrasi tradisional dan menggantikannya dengan perhatian terhadap kinerja atau hasil kerja.

2. Pemerintah sebaiknya melepaskan diri dari birokrasi klasik dan membuat situasi dan kondisi organisasi, pegawai dan para pekerja lebih fleksibel.

3. Menetapkan tujuan dan target organisasi dan personel lebih jelas sehingga memungkinkan pengukuran hasil melalui indikator yang jelas.

4. Staf senior lebih berkomitmen secara politis dengan pemerintah sehari-hari daripada netral.

5. Fungsi pemerintah adalah memperhatikan pasar, kontrak kerja keluar, yang berarti pemberian pelayanan tidak selamanya melalui birokrasi,
melainkan bisa diberikan oleh sektor swasta.
6. Fungsi pemerintah dikurangi melalui privatisasi.

7. NPM secara umum dipandang sebagai suatu pendekatan dalam administrasi publik yang menerapkan pengetahuan dan pengalaman yang
diperoleh dalam dunia manajemen bisnis dan disiplin yang lain untuk meningkatkan efisiensi, efektivitas kinerja pelayanan publik pada birokrasi
modern. Orientasi NPM

NPM ini telah mengalami berbagai perubahan orientasi menurut Ferlie, Ashbuerner, Filzgerald dan Pettgrew dalam Keban (2004 : 25), yaitu:

1. Orientasi The Drive yaitu mengutamakan nilai efisiensi dalam pengukuran kinerja.

2. Orientasi Downsizing and Decentralization yaitu mengutamakan penyederhanaan struktur, memperkaya fungsi dan mendelegasikan otoritas
kepada unit-unit yang lebih kecil agar dapat berfungsi secara cepat dan tepat.

3. Orientasi in Search of Excellence yaitu mengutamakan kinerja optimal dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi.

4. Orientasi Public Service yaitu menekankan pada kualitas, misi dan nilai-nilai yang hendak dicapai organisasi publik, memberikan perhatian
yang lebih besar kepada aspirasi, kebutuhan dan partisipasi “user” dan warga masyarakat, termasuk wakil-wakil mereka menekankan “social
learning” dalam pemberian pelayanan publik dan penekanan pada evaluasi kinerja secara berkesinambungan, partisipasi masyarakat dan
akuntabilitas.
3. NPS (New Public Service)

Periode ketiga dalam perkembangan manajemen publik yaitu periode New Public Service atau NPS. Berbeda dengan konsep model klasik dan NPM, konsep NPS adalah konsep

yang menekankan berbagai elemen. Walaupun demikian NPS mempunyai normatif model yang dapat dibedakan dengan konsep-konsep lainnya. Thoha menyatakan bahwa ide dasar

dari NPS dibangun dari konsep-konsep; (1) teori demokratis kewarganegaraan (democratic citizenship); (2) model komunitas dan masyarakat sipil (civil society); (3) organisasi

manusia (humanism); (4) (postmodern) pasca moderen ilmu administrasi publik. Pemahaman mengenai manajemen dalam sector publik merupakan adopsi dari unsur-unsur

manajemen pada sektor swasta. Oleh karena itu, senada diungkapkan oleh Mahmudi organisasi sektor publik perlu mengadopsi prinsip-prinsip sektor swasta.
Akar dari NPS dapat ditelusuri dari berbagai ide tentang demokrasi yang pernah dikemukakan oleh Dimock, Dahl dan Waldo. NPS berakar dari beberapa teori, yang meliputi :
1. Teori tentang demokrasi kewarganegaraan. Perlunya perlibatan warganegara dalam pengambilan kebijakan dan pentingnya deliberasi untuk membangun solidaritas dan
komitmen guna menghindari konflik. Dengan terjadi peningkatan tuntutan pembaharuan kewarganegaraan yang didasarkan pada kepentingan sispil, bukan kepentingan diri sendiri
dimana penduduk melakukan kegiatan dalam demokrasi dengan memberikan konstribusi untuk kebaikan masyarakat serta untuk pertumbuhan mereka sebagai manusia yang aktif dan
bertanggung jawab.

2. Model komunitas dan masyarakat sipil; akomodatif terhadap peran masyarakat sipil dengan membangun, kohesi sosial dan jaringan sosial dalam tata pemerintahan yang

demokratis. Dalam suatu komunitas perlu adanya, sebuah sifat terbuka bagi perbedaan pendapat. Komunitas didasarkan pada kepedulian, saling percaya dan kerjasama, yang

disatukan oleh sebuah system yang kuat dan efektif bagi komunikasi dan penyelesaian konflik.

)
3. Teori organisasi humanis dan administrasi negara baru; administrasi negara harus fokus pada organisasi yang menghargai nilai-nilai kemanusiaan dan respon
terhadap nilai-nilai kemanusiaan, keadilan dan isu-isu sosial lainnya.

4. Administrasi negara postmodern; mengutamakan dialog (dirkursus) terhadap teori dalam memecahkan persoalan publik daripada menggunakan one best way
perspective. Dasar dari manajemen publik post-modern ini adalah ide bahwa administasi publik mainstream seperti ilmu sosial lainnya. Post-modern itu sangat
kompleks dan beragam, namun masalah yang dihadapkan saat ini adalah karena hilangnya kemampuan kita untuk mengungkapkan kenyataan atau fakta. Dalam
perspektif post-modern baik administrator maupun penduduk harus terlibat sepenuhnya, tidak hanya berperan sebagai individu tetapi juga sebagai partisipan.

Dari paradigma-paradigma di atas, telah dikemukakan perubahan konsep manajemen publik di masing-masing periode. Pada hakikatnya menurut Islamy
manajemen publik memiliki karakter antara lain:

1. Manajemen publik merupakan bagian yang sangat penting dari administrasi publik (yang merupakan bidang kajian yang lebih luas), karena administrasi publik
tidak membatasi dirinya hanya pada pelaksanaan manajemen pemerintahan saja tetapi juga mencakup aspek politik, sosial, kultural, dan hukum yang
berpengaruh pada lembaga-lembaga publik.

2. manajemen publik berkaitan dengan fungsi dan proses manajemen yang berlaku baik pada sektor publik (pemerintahan), maupun sektor diluar pemerintahan
yang tidak bertujuan mencari untung (nonprofit sector);

3. manajemen publik memfokuskan atau mengarahkan administrasi public sebagai suatu profesi dan manajernya sebagai praktisi dari profesi tersebut;

4. manajemen publik berkaitan dengan kegiatan internal (internal operations) dari organisasi pemerintahan maupun sektor non pemerintahan yang tidak bertujuan
mencari untung;
5. manajem;en publik secara spesifik menyuarakan tentang bagaimanakah organisasi (organizational how to) publik melaksanakan kebijakan
publik

6. manajemen publik memanfaatkan fungsi-fungsi: perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan sebagai sarana untuk
mencapai tujuan publik, maka berarti memfokuskan diri pada alat, teknik, pengetahuan,dan ketrampilan manajerial yang dipakai untuk mengubah
kebijakan menjadi pelaksanaan program.

B. Defenisi Manajemen Publik

Pada dasarnya manajemen public yaitu Manajemen instansi Pemerintah. Menurut pendapat “Overman” Manajemen Publik adalah suatu studi
interdisipliner dari aspek-aspek umum organisasi, dan merupakan gabungan antara fungsi manajemen, seperti planning, organizing, dan
controlling, SDM, keuangan, fisik, informasi dan politik Manajemen Publik merupakan bagian dari Ilmu Administrasi Negara yang mempunyai
ruang lingkup yang sempit. Pada dasarnya Manajemen Publik berusaha mempelajari proses-proses manajerial dalam sector publik . Dalam hal ini
Manajemen Publik banyak meminjam prinsip-prinsip Manajemen dari Ilmu Ekonomi dengan sedikit modifikasi untuk menyesuaikan dalam
pengaplikasikannya di sector public.

Profesor Doktor Yeremias T Keban, Guru Besar pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta,
dalam bukunya berjudul “Enam Dimensi Strategis Administrasi Publik : Konsep, Teori, dan Isu”, memberikan definisi bahwa manajemen publik
itu secara khusus lebih ditujukan pada manajemen instansi pemerintah.
Thomas Woodrow Wilson, yang pernah menjabat sebagai Presiden Amerika Serikat ke-28 (periode 4 Maret 1913 sampai 4 Maret 1921), dan
pernah pula menjabat sebagai Rektor Universitas Princeton (1902-1910), juga terkenal sebagai pionir pengembangan Manajemen Publik berkat
bukunya yang ditulis tahun 1887 berjudul “The Study of Administration”. Ia meletakkan 4 (empat) prinsip dasar bagi studi Administrasi Publik
yang mewarnai Manajemen Publik sampai sekarang, yakni (1) pemerintah sebagai setting utama organisasi, (2) fungsi eksekutif sebagai fokus
utama, dimana (3) pencarian prinsip-prinsip dan teknik manajemen yang lebih efektif sebagai kunci pengembangan kompetensi administrasi, serta
(4) metode perbandingan sebagai suatu metode pengembangan bidang administrasi publik.

J Steven Ott, Albert C Hyde, dan Jay M Shafritzs, dalam bukunya berjudul “Public Management : Essential Readings”, menyatakan bahwa
Manajemen Publik memfokuskan sebagai sebuah profesi, dan memfokuskan pada manajer publik sebagai praktisi dari profesi tersebut. Menurut
mereka, Manajemen Publik lebih mencurahkan perhatian pada operasi-operasi atau pelaksanaan internal organisasi pemerintah atau organisasi non-
profit ketimbang pada hubungan dan interaksinya dengan lembaga legislatif, lembaga peradilan, atau organisasi sektor publik lainnya.

Ott, Hyde dan Shafritz juga mengemukakan bahwa manajemen publik memfokuskan pada alat-alat manajerial, tehnik-tehnik, ilmu
pengetahuan, dan keahlian yang dapat digunakan untuk menerapkan ide-ide dalam kebijakan ke dalam program-program tindakan. Contoh :
perencanaan dan manajemen strategis, sistem klasifikasi jabatan, prosedur seleksi dan perekrutan pegawai, analisis dan formulasi anggaran,
keahlian supervisi, evaluasi organisasi dan program, manajemen program/proyek, manajemen kinerja, dan lain sebagainya. Dalam pelaksanaannya
manajemen publik mengadopsi ilmu-ilmu yang ada dalam manajemen bisnis guna menciptakan keefisienan dan keefektifan kinerja. Tetapi dalam
hal ini masih membawa tugas mereka sebagai pelayan rakyat.
Manajemen pemerintahan adalah faktor utama dalam suatu administrasi publik untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan dengan sarana dan
prasarana yang ada, termasuk organisasi serta sumber danah dan sumber tersedia.

Manajemen pemerintahan tidak lain adalah faktor upaya dalam suatu organisasi, upaya tersebut diwujudkan dalam berbagai kegiatan pemerintah yang
mencakup berbagai aspek kehidupan dan penghidupan warga negara dan masyarakatnya.

Secara Konseptual dari dua isitilah diatas, dapat disimpulkan bahwa manajemen pemerintahan (public management) mengandung arti sebagai suatu
kegiatan atau usaha untuk mencapai tujuan-tujuan negara dengan menggunakan sumber-sumber yang dikuasai oleh negara.

Dan intinya manajemen publik itu, pemerintah sebagai aktor utama berkewajiban mengatur sumber daya yang ada untuk mencapai keefektifan dan
keefisienan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Sedangkan untuk kedudukan manajemen publik dalam ilmu administrasi Negara,
manajemen publik merupakan bagian dari ilmu administrasi Negara. Administrasi Negara merupakan konsep yang jauh lebih luas dari pada manajemen
publik, karena dalam administrasi Negara tidak hanya mencakup manajemen publik saja, namun juga mencakup aspek politik, sosial, budaya, hukum,
dan masih banyak lagi yang sekiranya menyangkut pengelolaan publik. Dalam administrasi Negara terdapat dalam 3 fokus utama, yaitu kebijakan
publik, manajemen publik, dan administrasi pembangunan. Dari ketiga fokus tersebut manajemen publik merupakan hal terpenting yang mempelajari
mengenai perencanaan, pengorganisasian, menggerakan, dan mengendalikan dalam memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat. Dan
disimpulkan bahwa manajemen publik hanyalah salah satu aspek atau fokus dalam administrasi Negara.

Doktrin utama manajemen publik adalah :

1. Fokus utamanya pada aktivitas manajemen, penilaian kinerja dan efisiensi, bukan pada kebijakan
2. Memecah birokrasi publik ke dalam agensi-agensi (unit-unit) dibawah yang terkait langsung dengan pemakai pelayanan;

3. Pemanfaatan ‘pasar-semu’ dan ‘kontrak kerja’ untuk menggalakkan persaingan;

4. Pengurangan anggaran pemerintah;

5. Penggunaan gaya manajemen yang lebih menekankan pada sasaran akhir, kontrak jangka pendek, insentif anggaran, dan kebebasan
melaksanakan manajemen.

Berdasarkan hal-hal di atas maka manajemen publik dapat diartikan sebagai bagian yang sangat penting dari administrasi publik (yang merupakan
bidang kajian yang lebih luas), karena administrasi publik tidak membatasi dirinya hanya pada pelaksanaan manajemen pemerintahan saja tetapi juga
mencakup aspek politik, sosial, kultural, dan hukum yang berpengaruh pada lembaga-lembaga publik. Dan manajemen publik berkaitan dengan fungsi
dan proses manajemen yang berlaku baik pada sektor publik (pemerintahan) maupun sektor diluar pemerintahan yang tidak bertujuan mencari untung
sektor nirlaba (nonprofit sector). Organisasi publik melaksanakan kebijakan publik. Manajemen publik memanfaatkan fungsi-fungsi : perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan sebagai sarana untuk mencapai tujuan publik, maka berarti ia memfokuskan diri pada alat, teknik,
pengetahuan, dan ketrampilan manajerial yang dipakai untuk mengubah kebijakan menjadi pelaksanaan program.

C. Lingkup Manajemen Publik

Menurut Ott, Hyde dan Shafrits Manajemen pemerintahan adalah bagian utama dari Bidang kajian Administrasi Negara yang sangat luas. MP berkaitan
dengan fungsi-fungsi dan proses manajemen pada bagian disemua tingkatan pemerintahan Sebagai sector nir laba.
Public management memberi fokus pada Administrasi Negara sebagai profesi & pada manajer pemerintahan sebagai praktisi dari profesi
tersebut. Manajemen Publik lebih terkait dengan kegiatan internal pemerintahan/

organisasi Nirlaba dibanding hubungan dan interaksinya dengan unit pemerintahan lainnya, legislatif, peradilan ataupun sektor-sektor ekonomi
lainnya. Administrasi = manajemen dan organisasi

Manajemen Publik lebih diarahkan pada bagaimana secara organisasional mengimplementasikan kebijakan publik. Dengan demikian
Manajemen Publiklebih terfokus pada alat-alat manajerial, teknik, pengetahuan & ketrampilan yang dapat digunakan untuk mengubah ide-ide dan
kebijakan menjadi program tindakan.Administrasi = Organisasi Dan Manajemen

Batas antara Administrasi Negara (Public Administration) dengan Manajemen Pemerintahan/ Publik (Public Management) menjadi sangat kabur.
Tetapi secara singkat dapat dikatakan bahwa Manajemen Publik merupakan bagian dari Administrasi Negara.

Manajemen Publik menyeroti perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), serta pengendalian (controlling) dimana manajer
publik memberikan pelayanan kepada masyarakat.

D. Karakteristik, arah dan tujuan Manajemen Publik

1. Karakteristik manajemen publik

M.Minougue paling tidak menyebut adanya 5 karakteristik utama Manajemen Publik, yaitu:
1. Public management lebih banyak terkait dengan tugas-tugas operasional pemerintahaan dari pada peran perumusan kebijakan.

2. Public management lebih berkonsentrasi pada upaya mencapai tujuan daripada upaya berkutat dengan proses dan prosedur.

3. Public management lebih banyak berorientasi pada pemenuhan kebutuhan pelanggan dari pada kebutuhan birikrasi.

4. Manajemen publik menghindarkan diri dari berperan memberikan pelayanan langsung kepada masyarakat sesuai dengan peran nutamanya
memberikan arahan saja atau pemberdayaan kepada masyarakat.

5. Manajemen publik mengubah diri dari budaya birokrasi.

Menurut C.Hood terdapat 7 karakteristik New Public Management, yaitu:

1. Pelaksanaan tugas manajemen pemerintahaan diserahkan kepada manajer professional.

2. Adanya standar dan ukuran kinerja yang jelas.

3. Lebih ditekankan pada control hasil/keluaran.

4. Pembagian tugas ke dalam unit-unit yang dibawah.

5. Ditumbuhkannya persaingan ditubuh sektor publik.

6. Lebih menekankan diterapkannya gaya manajemen sektor privat.


7. Lebih menekankan pada kedisiplinan yang tinggi dan tidak boros dalam menggunakan berbagai sumber. Sektor publik seyogjanya bekerja lebih keras
dengan sumber-sumber yang terbatas.

Mahmudi (2010:38-40) mengungkapkan ada setidaknya tujuh karakteristik manajemen sektor publik yang membedakannya dengan sektor

Swasta:

1. Sektor publik tidak mendasarkan keputusan pada pilihan individual dalam pasar, akan tetapi pilihan kolektif dalam pemerintahan dimana tuntutan
masyarakat yang sifatnya kolektif (massa) akan disampaikan melalui perwakilannya yang dalam hal ini adalah partai politik atau DPR.

2. Penggerak sektor publik adalah karena adanya kebutuhan sumber daya, seperti air bersih, listrik, kemanan, kesehatan, pendidikan, transportasi, dan
sebagainya yang menjadi alasan utama sektor publik untuk menyediakannya.

3. Dalam organisasi sektor publik, informasi harus diberikan kepada public seluas mungkin untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas publik, yang
artinya sektor publik sifatnya terbuka kepada masyarakat dibandingkan dengan sektor swasta.

4. Organisasi sektor publik berkepentingan untuk menciptakan adanya kesempatan yang sama bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan utama hidupnya,
misalnya kebutuhan terhadap kesehatan, pendidikan, transportasi dan sarana-sarana umum lainnya.

5. Sektor publik dihadapkan pada permasalahan keadilan distribusi kesejahteraan sosial, sedangkan sektor swasta tidak dibebani tanggung jawab untuk
melakukan keadilan seperti itu.

6. Dalam organisasi sektor publik, kekuasaan tertinggi adalah masyarakat. Dalam hal tertentu masyarakat adalah pelanggan, akan tetapi dalam keadaan
tertentu juga masyarakat bukan menjadi pelanggan.
7. Dalam sektor swasta persaingan (kompetisi) merupakan instrument pasar, sedangkan dalam sektor publik tindakan kolektif menjadi
instrument pemerintahan. Sangat sulit bagi pemerintah untuk memenuhi keinginan dan kepuasan tiap-tiap orang dan yang mungkin dilakukan
adalah pemenuhan keinginan kolektif.

2. Arah Menejemen Publik

Dalam rangka meningkatkan kinerja sektor publik. Public management diarahkan kegiatannya pada:

1. Melakukan restrukturisasi sektor publik lewat proses privatisasi.

2. Melakukan restrukturisasi dan merampingkan struktur dinas sipil di pusat.

3. Memperkenalkan nilai-nilai persaingan khususnya lewat pasar internal dan mengkontrakkan pelayanan public kepada pihak swasta dan
intervensi oleh pemerintah.

4. Meningkatkan efisiensi lewat pemeriksaan dan pengukuran kinerja.

3. Tujuan Publik Menejemen

Tujuan dari Public Management adalah:

1. Menurut Rainey, Manajemen publik itu ditujukan untuk meningkatkan tercapainya tujuan sektor publik (lebih efektif dan efisien),
pegawainya lebih berkeahlian dan lebih mampu mempertanggungjawabkan kinerjanya.
2. Menurut Graham & Hays, Manajemen publik itu bertujuan untuk menjadikan sector public lebih efisien, akuntabel, dan tujuannya tercapai serta lebih
mampu menangani berbagai masalah manajerial dan teknis

E. Kasus Menejemen Dan Administrasi Publik

1. Konteks SDM dalam admistrasi publik

Contoh: Perbedaan Pelayanan Publik dan swasta

Perbedaan mendasar antara pelayanan yang disediakan oleh negara Institusi Pelayanan Publik dan swasta adalah dari sudut peran. Bahwa negara wajib
mengelola sumber daya yang dimiliki dan mengalokasikan Dalam bentuk pelayanan publik dan subsidi kepada rakyat demi kesejahteraannya. Oleh karena
itulah, institusi pelayanan publik bertanggung jawab kepada otoritas politik dan hukum. Disamping itu pelayanan oleh pemerintah tidak bersifat mencari
laba. Hal ini dikarenakan sumber pendanaan institusi publik berasal dari dana publik, yang berasal dari distribusi dan pajak. Sementara pihak swasta dalam
mengelola sumber daya ekonomi adalah demimeraih keuntungan bagi para pemegang saham atau pemilik lembaga. Sebab sumber pendanaannya dari
pemegang saham, sehingga kepada merekalah sih pertanggungjawaban diberikan. Disisi lain, indikator keberhasilan lembaga swasta dapat diukur dari
jumlah penjualan barang atau jasa dan keuntungan yang dihasilkan. Namun tidak demikian dengan institusi publik. Salah satu f'ungsi negara adalah sebagai
penyedia pelayanan publik dengan penyediaan publik goods secara non profit oriented, artinya penyediaan layanan tidak boleh memperhitungkan seberapa
besar profit atau keuntungan yang diperoleh. Sehingga, pelayanan publik akan bersifat ekonomis artinya biaya yang dibebankan harus terjangkau oleh
masyarakat. Jadi, apabila indikator keberhasilannya seperti indikator keberhasilan institusi swasta jelas akan menyalahi fungsi negara sebagai penyedia
public goods. Bertolak dari hal itulah, diterbitkan dan diberlakukan peraturan perundangan mengenai Standar Pelayanan Minimal SPM bagi pemerintah,
terutama pemerintah daerah, sebab dengan otonomi daerah desentralisasi pemerintahan memiliki konsekuensi logis bahwa pemerintah daerah menerima
pelimpahan fungsi pelayanan dari pusat.
2. Menurut Graham & Hays, Manajemen publik itu bertujuan untuk menjadikan sector public lebih efisien, akuntabel, dan tujuannya tercapai serta lebih
mampu menangani berbagai masalah manajerial dan teknis

E. Kasus Menejemen Dan Administrasi Publik

Konteks SDM dalam admistrasi publik

Contoh: Perbedaan Pelayanan Publik dan swasta

Perbedaan mendasar antara pelayanan yang disediakan oleh negara Institusi Pelayanan Publik dan swasta adalah dari sudut peran. Bahwa negara wajib
mengelola sumber daya yang dimiliki dan mengalokasikan Dalam bentuk pelayanan publik dan subsidi kepada rakyat demi kesejahteraannya. Oleh karena
itulah, institusi pelayanan publik bertanggung jawab kepada otoritas politik dan hukum. Disamping itu pelayanan oleh pemerintah tidak bersifat mencari
laba. Hal ini dikarenakan sumber pendanaan institusi publik berasal dari dana publik, yang berasal dari distribusi dan pajak. Sementara pihak swasta dalam
mengelola sumber daya ekonomi adalah demimeraih keuntungan bagi para pemegang saham atau pemilik lembaga. Sebab sumber pendanaannya dari
pemegang saham, sehingga kepada merekalah sih pertanggungjawaban diberikan. Disisi lain, indikator keberhasilan lembaga swasta dapat diukur dari
jumlah penjualan barang atau jasa dan keuntungan yang dihasilkan. Namun tidak demikian dengan institusi publik. Salah satu f'ungsi negara adalah sebagai
penyedia pelayanan publik dengan penyediaan publik goods secara non profit oriented, artinya penyediaan layanan tidak boleh memperhitungkan seberapa
besar profit atau keuntungan yang diperoleh. Sehingga, pelayanan publik akan bersifat ekonomis artinya biaya yang dibebankan harus terjangkau oleh
masyarakat. Jadi, apabila indikator keberhasilannya seperti indikator keberhasilan institusi swasta jelas akan menyalahi fungsi negara sebagai penyedia
public goods. Bertolak dari hal itulah, diterbitkan dan diberlakukan peraturan perundangan mengenai Standar Pelayanan Minimal SPM bagi pemerintah,
terutama pemerintah daerah, sebab dengan otonomi daerah desentralisasi pemerintahan memiliki konsekuensi logis bahwa pemerintah daerah menerima
pelimpahan fungsi pelayanan dari pusat.
Kesimpulan
Jadi, Manajemen Publik adalah Manajemen instansi Pemerintah, yang mana manajemen sendiri adalah proses pendayungan bahan
baku dan sumber daya manusia untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Manajemen publik tidak bisa lepas dari ke tujuh
fungsi ini, yaitu planing, organizing, staffing, coordinating, directing, reporting, budgeting. Mengapa dikatakan demikian, karena
apabila salah satu fungsi ini tidak diikutsertakan dalam manajemen sebuah instansi. Maka dapat dipastikan, sistem manajemen
instansi tersebut tidak akan berjalan dengan baik, kare

Saran
Manajemen publik merupakan sebuah kinerja kompleks dari aktornya yaitu pemerintah dan seluruh pegawainya na semua fungsi
ini sangat berkaitan satu sama lain. untuk melayani publik dengan sebaik-baiknya dan publik merasa terpenuhi semua
keinginannya dengan baguya kinerja atau pengaturan dari dalam organisasi publik itu sendiri. Pengaturannya yang bukanlah murni
untuk sekedar mencapai profit organisasi melainkan melayani konsumen yang berupa masyarakat sehingga harus memperhatikan
manajemen semua aspek yang menjadi penunjang kinerja organisasi.

Anda mungkin juga menyukai