Anda di halaman 1dari 17

KEMENTERIAN KEUANGAN

DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

Kewajiban Perpajakan bagi


Badan Usaha Milik Desa

DIREKTORAT JENDERAL PAJAK


Ruang Lingkup
Pengertian Badan Usaha Milik Desa:
“Badan Usaha Milik Desa adalah badan usaha yang seluruh atau
sebagian besar modalnya dimiliki oleh Desa melalui penyertaan
secara langsung yang berasal dari kekayaan Desa yang dipisahkan
guna mengelola aset, jasa pelayanan, dan usaha lainnya untuk
sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat Desa.” (Pasal 1 angka
2 Permen Desa No. 4 Tahun 2015)

Direktorat Jenderal Pajak


Kewajiban
• Kewajiban BUMDes adalah :
1. Menyetorkan Pajak atas hasil usaha;
2. Melaporkan hasil usaha dan pajak yang telah disetor
menggunakan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan.

• Jenis Pajak yang wajib disetorkan:


1. PPh Pasal 21 terkait dengan pembayaran gaji, upah, honor
dsb;
2. PPh Pasal 4 ayat 2 PP 46 Tahun 2013 terkait dengan
Penghasilan Kotor dari Usaha

Direktorat Jenderal Pajak


Kewajiban PPh Pasal 21
• Jika BUMDes Membayar Gaji Pegawai maka Kewajiban yang harus
dilakukan
1. Memotong gaji pegawai untuk Pajak PPh Pasal 21 dan
membayarkan pajak tersebut ke Kas Negara;
2. Melaporkan Pajak PPh Pasal 21 yang telah dibayar
menggunakan formulir SPT Masa PPh Pasal 21 ke Kantor Pajak.

Direktorat Jenderal Pajak


Kewajiban PPh Pasal 21
• Dasar Pengenaan PPh Pasal 21:
1. Pegawai Tetap
Penghasilan selama sebulan lebih dari Rp. 4.500.000
2. Pegawai Tidak Tetap
Penghasilan sehari lebih dari Rp. 450.000
• Tarif PPh Pasal 21:
5 % untuk penghasilan Rp. 0 s/d Rp. 50.000.000
• Rumus PPh Pasal 21:

Tarif X ( Penghasilan Netto - PTKP )

Direktorat Jenderal Pajak


Kewajiban PPh Pasal 21
• Penghasilan Tidak Kena Pajak ( PTKP ):
a. Rp 54.000.000,00 (lima puluh empat juta rupiah) untuk diri Wajib Pajak orang
pribadi;

  b. Rp 4.500.000,00 (empat juta lima ratus ribu rupiah) tambahan untuk Wajib Pajak
yang kawin;

  c. Rp 4.500.000,00 (empat juta lima ratus ribu rupiah) tambahan untuk setiap
anggota keluarga sedarah dan keluarga semenda dalam garis keturunan lurus
serta anak angkat, yang menjadi tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3 (tiga)
orang untuk setiap keluarga.

Direktorat Jenderal Pajak


Cara Menghitung Pajak – PPh Pasal 21
Penghitungan Pajak PPh Pasal 21:
• Penghasilan sebulan-bruto 5.000.000
• dikurangi Biaya jabatan (5%X5.000.000) (250.000)
• Penghasilan sebulan-netto 4.750.000
• Penghasilan setahun-netto (12x4.750.000) 57.000.000
• dikurangi PTKP TK/0 (54.000.000)
• Penghasilan Kena Pajak 3.000.000
• PPh 21 setahun :
5%x 3.000.000 150.000

PPh 21 perbulan : 150.000/12 = 12.500 Harus dibayar dan


dilaporkan setiap bulan

Direktorat Jenderal Pajak


Kewajiban PPh Pasal 4 ayat 2 PP 46 Tahun 2013

Obyek Pajak PP 46 Tahun 2013


• Penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh wajib pajak dengan
peredaran bruto (omzet) yang tidak melebihi Rp 4,8 miliar dalam 1 tahun
pajak.
• Peredaran bruto (omzet) merupakan jumlah peredaran bruto (omzet)
tanpa dikurangi oleh biaya.

Tarif PP 46 Tahun 2013


• 1 % dari peredaran bruto (omzet)

Direktorat Jenderal Pajak


Ketentuan Terkait Peredaran Bruto
A. Peredaran bruto yang menjadi dasar pengenaan pajak bagi
Wajib Pajak BUMDes yang memiliki kegiatan seperti koperasi
simpan pinjam adalah jumlah seluruh Pendapatan bunga, fee,
komisi, dan seluruh penghasilan yang terkait dengan
pemberian kredit/pinjaman, tidak termasuk pembayaran
pokok kredit/pinjaman.
B. Peredaran bruto yang menjadi dasar pengenaan pajak bagi
Wajib Pajak BUMDes yang memiliki kegiatan seperti koperasi
serba usaha yang menjalankan kegiatan jual beli adalah jumlah
seluruh Penjualan yang dilakukan oleh BUMDes.

Direktorat Jenderal Pajak


Ketentuan Terkait Peredaran Bruto
1. Penentuan peredaran bruto bagi Wajib Pajak badan yang baru beroperasi
secara komersial untuk pertama kali, dikenai Pajak Penghasilan berdasarkan
tarif umum Undang-Undang Pajak Penghasilan sampai dengan jangka waktu
1 (satu) tahun sejak beroperasi secara komersial.

2. Dalam hal jangka waktu 1 (satu) tahun sejak beroperasi secara komersial
melewati Tahun Pajak saat beroperasi secara komersial, ketentuan
pengenaan Pajak Penghasilan berdasarkan tarif umum Undang-Undang
Pajak Penghasilan dimaksud berlaku sampai dengan akhir Tahun Pajak
berikutnya setelah Tahun Pajak saat beroperasi secara komersial.

3. Pengenaan Pajak Penghasilan yang bersifat final berdasarkan PP 46 TAHUN


2013 bagi Wajib Pajak badan sebagaimana dimaksud pada angka 1 untuk
Tahun Pajak selanjutnya, ditentukan berdasarkan peredaran bruto Tahun
Pajak sebelumnya.

Direktorat Jenderal Pajak


Ketentuan Terkait Peredaran Bruto
• Contoh penghitungan terkait peredaran bruto:
BUMDes A baru mulai melakukan kegiatan operasional tanggal 1
Januari 2016. Omset bulan Januari Rp. 50.000.000 dengan laba
usaha Rp 20.000.000. Sedangkan omset selama tahun 2016 adalah
Rp 600.000.000. Omset tahun 2017 adalah Rp. 800.000.000. Berapa
pajak yang harus dibayarkan BUMDes A untuk tahun 2016 dan
2017?
 Tahun 2016
Laba Januari Rp 20.000.000
Disetahunkan ( X 12 ) Rp 240.000.000
PPh terutang ( (50%X25%) X Rp. 240.000.000 Rp 30.000.000
Angsuran PPh (Rp 30.000.000 / 12) Rp 2.500.000

Direktorat Jenderal Pajak


Ketentuan Terkait Peredaran Bruto
• Lanjutan
 Tahun 2017
Dikarenakan Omset selama tahun 2016 Rp 600.000.000. Maka
untuk tahun 2017 BUMDes A menggunakan PPh Final PP 46 Tahun
2013 dengan tarif 1%. PPh Final yang harus dibayarkan tergantung
dari omset setiap bulan.

Direktorat Jenderal Pajak


Cara Pembayaran Menggunakan e-Billing (Praktis!)
• Apabila BUMDes ingin membayar Pajak yang terutang menggunakan
kode billing atau e-Billing maka tahapan yang harus dilakukan adalah :

Direktorat Jenderal Pajak


Daftar Kode Pembayaran
Berikut ini Daftar Kode Mata Akun Pajak (MAP) dan Kode Jenis Setoran (KJS) untuk setiap
jenis Pajak yang dibayar oleh BUMDes:

No. Jenis Pajak Kode MAP Kode KJS Keterangan

1. PPh Pasal 21 411121 100 Pembayaran PPh 21 Pegawai Tetap setiap bulan

2. PPh Pasal 4(2) 411128 420 Pembayaran PPh 4(2) PP 46 Tahun 2013

Direktorat Jenderal Pajak


Cara Melaporkan Pajak melalui SPT
• BUMDes dapat melaporkan Pajak yang sudah dipotong/dipungut
(dibayar) melalui 2 (dua) cara yaitu :
1. Mengisi SPT secara tertulis (manual) kemudian melaporkan SPT
tersebut ke Kantor Pajak Kuningan atau dikirim pos;
2. Mengisi SPT menggunakan e-SPT (menggunakan media Komputer)
kemudian melaporkan SPT tersebut ke Kantor Pajak Kuningan

Yang dimaksud melaporkan pajak adalah melaporkan pembayaran Pajak


dan usaha selama setahun melalui Surat Pemberitahuan (SPT) baik SPT
Masa (Bulanan) untuk PPh Pasal 21 dan SPT Tahunan.

Direktorat Jenderal Pajak


Batas Waktu Pembayaran dan Pelaporan
• Pembayaran:
 PPh Pasal 21  Tanggal 10 Bulan Berikutnya
 PPh Pasal 4 ayat 2 PP 46 Tahun 2013  Tanggal 15 Bulan Berikutnya

• Pelaporan:
 PPh Pasal 21  Paling lama 20 hari setelah Masa Pajak berakhir
 PPh Pasal 4 ayat 2 PP 46 Tahun 2013  Bayar = Lapor

Direktorat Jenderal Pajak


TERIMA KASIH

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
JALAN JENDERAL GATOT SUBROTO KAV. 40-42, KPP 12190
TELP. (021) 5250208 , FAKS (021) 5250325
www.pajak.go.id

Anda mungkin juga menyukai