Anda di halaman 1dari 49

FARMAKOTERAPI

ODHA
Dian Handayani.,S.Farm.,M.Farm.,Apt
VIRUS HIV
 Kasus di Indonesia th 1987
 AIDS →
 Aquired = Didapat
 Immun = Daya tangkal
 Deficiency = Kurang
 Syndrome = Kumpulan tanda penyakit
SIKLUS HIDUP HIV
 Ada 5 tahap replikasi HIV
 1. Binding and entry
 - interaksi envelope virus dengan reseptor sel
host
 - fusi membran envelope
 - capsid virus masuk dalam sel
 2. Reverse transcription
 - RNA ditranskripsi menjadi DNA
 - DNA akan bermigrasi ke nukleus
 3. Replication
 di dalam nukleus, DNA virus yang terbentuk
akan bersatu dengan DNA sel host
 enzim integrase mengkatalis penyatuan DNA
virus dengan genom sel host sehingga di
dalam genom sel host terdapat gen hiv →
provirus
4. Budding
 virus akan membentuk struktur inti, migrasi
ke membran sel dan memperoleh envelope
lipid dari sel host
5. Maturation
 setelah matur akan dilepaskan sebagai
partikel virus yang infeksius dan siap
menginfeksi sel lain
FARMAKOTERAPI ODHA
 ART : Anti Retro Viral Therapy yaitu terapi
dengan menggunakan ARV
 ARV : Obat Anti Retro Viral yang aktif
melawan HIV
TUJUAN TERAPI ARV

secara klinis :
 - mengurangi morbiditas dan mortalitas karena
infeksi HIV
 - memperbaiki mutu hidup

secara imunologi :
 memulihkan sistem dan memelihara sistem imun
kekebalan dan mengurangi terjadinya IO
secara virologi :
 menekan replikasi virus semaksimal mungkin dalam
waktu yang lama denga menekan viral load
secara epidemiologi
 mengurangi penularan HIV – treatment is prevention
PENATALAKSANAAN HIV/ AIDS
 Penatalaksanaan HIV/AIDS menggunakan
strategi terapi yang meliputi :
 Terapi suportif , seperti pemberian gizi yang
baik dan multivitamin.
 Terapi ART dengan menggunakan obat ARV
 Terapi infeksi oportunistik pada pasien HIV
yang terdapat IO
OBAT ANTIRETROVIRAL

Prinsip prinsip terapi ARV


 Viral load, tingginya replikasi virus hiv
 CD4, tingkat kerusakan sistem imun
 Nilai keduanya menentukan progresivitas
penyakit dan menentukan saat memulai atau
mengubah terapi ART
ADA 4 KELOMPOK ARV
1. Kelompok reverse trancriptase inhibitor,
meliputi
a. Analog nucleoside (NRTI)
b. Analog nucleotide (NtRTI)
2. Non Nucleoside reverse trancritase inhibitor
(NNRTI)
3. HIV protease inhibitor
4. Fusion inhibitor
REVERSE TRANSCRIPTASE
INHIBITOR
RTI adalah obat ARV yang bekerja melalui
inhibisi reverse transcriptase hiv (enzim yang
mengkatalisis konversi RNA HIV menjadi DNA
double stranded) menghentikan proses
trankripsi dari RNA menjadi DNA (RNA HIV
tidak menjadi DNA HIV). Hasilnya HIV tidak
dapat masuk pusat ruangan pabrik dan HIV
tidak dapat menjadi bagian material sel-sel
tubuh.
ADA 2 RTI
a. Nucleosid reverse transcriptase inhibitor
(NRTIs)
Mrp obat arv pertama yang digunakan, dibagi
mjd 2 :
 Thymidines : Zidovudin dan Stavudin (tdk
bekerja sama)
- Non thymidine : Lamivudin, Abacavir,
Dideoxycytidine (Zalsitabin)
 b. Nucleotide reversetranscriptaseinhibitor
(NtRTIs)
 Mghmbt hiv RT tanpa tgtng tahap fosforilasi
intrasel awal
 Efektifitas lbh luasdibanding nucleosid scr
umum
 Ex. tenofovir
NON NUCLEOSID REVERSE
TRANSCRIPTASE INHIBITOR (NNRTIS)
 Secara struktur berbeda dengan NRTI, terikat
pada tempat yang berbeda pada enzim
reverse transcriptase dan merupakan
inhibitor poten dari RT.
 Ex. Nevirapin, Efavirenz
PROTEASE INHIBITOR (PI)
 Bekerja dengan mengikat enzim
proteasevirus, mencegah pemecahan protein
virus, mencegah HIV merangkai diri dan
melepaskan diri dari sel yang terinfeksi
sehingga tidak terbentuk calon virus baru.
 Ex. Ritonavir, lopinavir
ZIDOVUDIN (AZT/ZDV)
 
 Sediaan:
 100 mg (Reviral)
 300 mg (FDC AZT + 3TC)- Duviral
 300 mg setiap 12 jam
 Efek samping:
 Supresi sumsum tulang (netropeni)
 Intoleransi GI
STAVUDINE (D4T)
 Sediaan 30 mg (staviral)
 Dosis 30 mg setiap 12 jam
 Efek samping:
 Neuropati perifer
 Lipodistrofi
 Laktat asidosis
 Pankreatis
STAVUDINE
 Golongan NRTI yang poten dan telah lama
digunakan, tidak butuh data laboratorium
awal untuk memulai, harga relatif murah
 WHO memberikan rekomendasi
untukmengganti stavudine dengan tenofovir
LAMIVUDINE
 Sediaan : 150 mg (Hiviral)
 Dosis 150 mg tiap 12 jam atau 300 mg tiap 24
jam
 Toksisitas rendah
TENOFOVIR (TDF)
 Sediaan 300 mg
 Dosis diberikan single dosis tiap 24 jam
 Efek samping : Insufisiensi fungsi ginjal
 FDC:TDF + FTC ( Truvada)
NEVIRAPINE (NVP)
 Sediaan 200 mg
 Dosis 200mg tiap 24 jam selama 14 hari,
kemudian 200 mg tiap 12 jam
 Efek samping : rash, hepatotoksik
 Stop jika terjadi Steven Johnson Syndrome,
tidak boleh diulang lagi, efavirenz tidak
direkomendasikan untuk mengganti
EFAVIRENS (EFV)
 Sediaan 200mg, 600mg
 Dosis 600 mg tiap 24 jam (malam hari)
 Efek samping: SSP (pusing, mengantuk, sukar
tidur, halusinasi), peningkatan kadar
transaminase, ruam
 Teratogenik
 Aman untuk TB/HIV yang mdpt terapi
rifampisin
KONSEP UMUM ART
 Start yaitu memulai terapi ARV pada ODHA
yang baru belum pernah menerima
sebelumnya atau restart memulai kembali
setelah berhenti sementara.
 Subtitute yaitu mengganti salah satu /
sebagian komponen ART dengan obat dari lini
yang sama.
 Switch yaitu mengganti rejimen ART dengan
obat dari lini yang berbeda (pindah lini)
 Stop yaitu menghentikan pengobatan ARV
TUJUAN TERAPI
 1. Meningkatkan kualitas hidup
 2. Mencegah munculnya IO
 3. Mencegah progres penyakit
 4. Mengurangi penularan ke orang lain
PERTIMBANGAN PEMILIHAN ARV
 Potensi / Efektivitas
 Toksisitas / Efek samping
 Interaksi Obat
 Adherence
 Cost
PRASYARAT MULAI ARV
 1. Konseling – Adherence
 2. Pemeriksaan fisik
 3. Pemeriksaan lab
 4. Pengobatan IO yang timbul
 5. Logistik obat
PRINSIP DALAM PEMBERIAN ARV
 Paduan ARV hrs menggunakan 3 jenis obat
yang berada dalam dosis terapetik untuk
menjamin efektivitas penggunaan obat
 Membantu pasien agar patuh minum obat
 Menjaga kesinambungan ketersediaan obat
ARV dgn manajement logistik
SAAT MEMULAI ART (DEWASA)
Target Stadium Jumlah Rekomend
populasi klinis CD4 asi
ODHA 1 dan 2 CD4 > 350 Monitor
sel/mm3 klinis dan
pemeriksaa
n CD4 tiap
6 bulan

HIV/TB Berapapun Berapapun Mulai terapi


Hep.B/HIV Berapapun Berapapun Mulai terapi
Ibu hamil Berapapun Berapapun Mulai terapi
PRINSIP PENGGUNAAN ARV
 JANGAN menggunakan monoterapi
 JANGAN menggunakan bi-terapi
 Gunakan selalu 3 regimen terapi
REGIMEN ARV
 Lini I : 2 NRTI + 1 NNRTI
 Lini II : 2 NRTI + Boosted PI
 Lini Pertama
 AZT + 3TC + EFV
 AZT + 3TC + NVP
 Alternatif
 TDF + 3TC (FTC) + EFV
 TDF + 3TC (FTC) + NVP
ARV KEADAAN KHUSUS
 Pada koinfeksi HIV/Hep. B
 Mulai dengan regimen yang mengandung
TDF/3TC atau TDF/FTC.
 Pada Ko-infeksi TB
 Mulai pengobatan TB terlebih dahulu selama
2 bulan, penggunaan Efafirens lebih
direkomendasikan.
 Pada kehamilan
 AZT + 3TC + EFV ( pada kehamilan trimester
2 atau 3)
 AZT + 3TC + NVP
 TDF + 3TC/FTC + NVP
 TDF + 3TC/FTC + NVP
PROFILAKSIS PASCA PAJANAN
(PPP)
 Luka tusuk jarum pada petugas kesehatan
 Regimen AZT + 3TC + EFV atau LPV/r
 Paling baik sebelum 4 jamatau maksimal 72
jam stl kejadian
 ARV diberikan selama 1 bulan
 Pastikan yang terpajan adalah HIV negatif
 Lakukan tes pada bulan 3 dan 6
 Jika yg terpajan menderita hepatitis B maka
PPP sebaikanya TDF/ 3TC
PERAN FARMASIS DALAM PENATALAKSANAAN
PASIEN HIV
 Pada pelayanan farmasi di apotek maka
farmasis mempunyai peran mendeteksi dini
kemungkinan pasien yang mengidap HIV dan
merujuknya pada pelayanan VCT.
 Pada pelayanan farmasi di rumah sakit yang
merupakan RS rujukan pasien HIV maka
farmasis mempunyai peran diantaranya :
Melakukan pengkajian resep pasien ODHA
Menjamin ketersediaannya ARV
Melakukan praktek farmasi klinik
Melakukan konseling
VCT (VOLUNTARY
COUNSELLING AND
TESTING)
 VCT (Voluntary Counselling and Testing) / KTS
(Konseling Tes Sukarela)

 3C:
 Counselling
 Consent
 Confidentiality
KONSELING
 Konselingmerupakan proses membantu seseorang
untuk belajar mencari solusi bagi masalah emosi,
interpersonal dan pengambilan keputusan

 Konselingdalam VCT merupakan komunikasi bersifat


rahasia antara klien dan konselor bertujuan
meningkatkan kemampuan menghadapi stres dan
mengambil keputusan berkaitan dengan HIV/AIDS.

 Proseskonseling termasuk evaluasi risiko penularan


HIV pribadi, memfasilitasi perubahan perilaku, dan
evaluasi mekanisme coping ketika klien dihadapkan
pada hasil tes (+)
MENGAPA KONSELING HIV/AIDS
PENTING?
 Konseling pencegahan dan perubahan perilaku
dapat mencegah penularan
 Diagnosis HIV mempunyai banyak dampak –
psikologik, sosial, fisik dan spiritual.
 HIV merupakan penyakit yang mengancam
kehidupan dan terapinya seumur hidup
TUJUAN KONSELING HIV/AIDS
Konseling HIV/AIDS merupakan proses
dengan 3 tujuan umum :

1. Merupakan dukungan psikologik,misal dukungan


emosi,psikologi, sosial, spiritual sehingga rasa
sejahtera terbangun pada odha dan yang terinfeksi
virus lainnya

2. Pencegahan penularan HIV melalui informasi tentang


perilaku berisiko (seperti seks tak aman atau
penggunaan alat suntik bersma ) dan membantu orang
untuk membangun ketrampilan pribadi yang penting
untuk perubahan perilaku dan negosiasi praktek aman

3. Memastikan terapi efektif dengan penyelesaian


masalah dan isu kepatuhan
Tes HIV selalu didahului konseling. Pemberian
informasi tidak dapat menggantikan fungsi
konseling
CONSENT
 Consent adalah ketika 2 atau lebih orang
setuju akan sesuatu dengan persepsi yang
sama

 Consent yang valid didahului dengan informasi


faktual, dan informasi harus dimengerti

 Semua klien sebelum menjalani tes HIV harus


memberikan persetujuan tertulis (informed
consent)
INFORMASI YANG DIBERIKAN
MELIPUTI
 Penularan dan pencegahan HIV
 Proses tes dan periode jendela
 Pengobatan dan perawatan yang tersedia
 Tersedianya konseling pasca tes
 Jaminan konfidensialitas
SYARAT INFORMED CONSENT
 Klien telah diberi penjelasan cukup tentang
risiko dan dampak yang mengikuti tindakan,
dan menyetujuinya
 Klien mempunyai kemampuan menangkap
pengertian dan mampu menyatakan
persetujuannnya (secara intelektual dan
psikiatrik)
 Klien tak dalam paksaan untuk memberikan
persetujuan meski konselor patut memahami
bahwa mereka sangat memerlukan
pemeriksaan HIV
CONFIDENTIALITY
 Confidentiality/kerahasiaan selalu harus dijaga
dan semua materi dalam proses konseling tidak
boleh didengar ataupun diketahui orang lain, dan
tidak akan pernah disampaikan kepada siapapun
tanpa ijin klien.
 Hasil tes bersifat rahasia penuh.
 Hasil dapat diperlihatkan pada pihak ke tiga bila
dilengkapi ijin tertulis dari klien.
CONFIDENTIALITY
 Shared confidentiality– Dalam lingkup klinis para
petugas kesehatan dapat memberitahukan status
HIV seseorang pada petugas kesehatan lainnya
hanya untuk kepentingan klinis pasien. Harus
disertai ijin dari pasiennya.
APA KEUNTUNGAN PENCATATAN
VCT ?
 VCT mengurangi perilaku berisiko, terutama
mereka yang HIV (+)
 VCT membantu seseorang mampu memutuskan
tes dan menghadapi hasilnya
 VCT membantu status HIV diungkapkan kepada
keluarga atau mereka yang dicintai
 VCT memfasilitasi akses dukungan
masyarakat, materi dan layanan psikososial
SYARAT
KEBERHASILAN PENERAPAN VCT
 Pelatihan dan dukungan konselor yang realistik
 Pemasaran sosial dan penggerakan
masyarakat.
 Jejaring rujukan dan dukungan layanan
 Fasilitas memadai – manajemen waktu,
pribadi, informasi konfidensialitas,
aksesibilitas
 Monitoring dan evaluasi efektif dan
bertanggung jawab
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai