KLINIK PRATAMA
SUBDIT MUTU DAN AKREDITASI YANKES PRIMER
DIREKTORAT MUTU DAN AKREDITASI PELAYANAN KESEHATAN
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
AKREDITASI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA
Dasar Hukum:
Permenkes No. 71 tahun 2013 dan Permenkes 99 tahun 2015 ttg Pelayanan Kesehatan pada JKN:
Pasal 6 ayat 2:
Selain persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama juga harus telah
terakreditasi.
Permenkes No. 9 tahun 2014 ttg Klinik:
Pasal 38:
1) Dalam upaya peningkatan mutu pelayanan klinik, dilakukan akreditasi secara berkala paling sedikit 3
(tiga) tahun sekali.
2) Setiap klinik yang telah memperoleh izin operasional dan telah beroperasi paling sedikit 2 (dua)
tahun wajib mengajukan permohonan akreditasi
Permenkes No. 46 tahun 2015 ttg Akreditasi Puskesmas, Klinik Pratama, Tempat Praktik Mandiri Dokter
dan Dokter Gigi
Pasal 3 ayat 1:
Puskesmas, Klinik Pratama, tempat praktik mandiri dokter, dan tempat praktik mandiri dokter gigi wajib
terakreditasi
STANDAR & INSTRUMENT
PENILAIAN AKREDITASI FKTP
8/26/2016
STANDAR DAN INSTRUMEN AKREDITASI
PERBAIKAN KINERJA DAN MUTU
KEBUTUHAN UNTUK
SECARA BERTAHAP & BERKESINAMBUNGAN
Akreditasi
Standar
Akreditasi
Hirarki Dokumentasi Sistem
Manajemen Mutu
Standar Akreditasi Klinik Pratama
• Bab:
–Standar:
• Kriteria :
–Pokok Pikiran:
»Elemen Penilaian
Bab I (standar akreditasi klinik)
Standar
1.1. Persyaratan Pendirian dan Perijinan Klinik
Klinik harus memenuhi persyaratan lokasi, bangunan dan ruang, prasarana, peralatan, dan
ketenagaan.
Persyaratan Lokasi
Kriteria
1.1.1. Lokasi pendirian Klinik harus sesuai dengan tata ruang daerah
Pokok Pikiran:
Pendirian Klinik perlu memperhatikan tata ruang daerah dan kebutuhan pelayanan
sesuai rasio ketersediaan pelayanan kesehatan dengan jumlah penduduk.
Analisis yang mempertimbangan tata ruang daerah dan rasio ketersediaan
pelayanan kesehatan dan jumlah penduduk dituangkan dalam rencana strategik
Klinik atau rencana pembangunan Klinik
Bab I (standar akreditasi klinik)
Elemen Penilaian:
1. Dilakukan analisis terhadap pendirian Klinik yang mempertimbangkan
tata ruang daerah dan rasio jumlah penduduk dan ketersediaan
pelayanan kesehatan
2. Pendirian Klinik mempertimbangkan tata ruang daerah
3. Pendirian Klinik mempertimbangkan rasio jumlah penduduk dan
ketersediaan pelayanan kesehatan
4. Klinik memiliki perijinan yang berlaku
BAB I
STANDAR 1.2 :
Ketenagaan Klinik
STANDAR 1.3 :
Tata Kelola Klinik
BAB
I STANDAR 1.4 :
Hak dan Kewajiban Pengguna Layanan
STANDAR 1.5 :
Kontrak Pihak Ketiga
STANDAR 1.6 :
Pemeliharaan Sarana dan Prasarana
1.1
Persyaratan Pendirian dan Perijinan Klinik
Persyaratan Lokasi
Kriteria
1.1.1. Lokasi pendirian Klinik harus sesuai dengan tata ruang daerah
Pokok Pikiran:
Pendirian Klinik perlu memperhatikan tata ruang daerah dan kebutuhan pelayanan
sesuai rasio ketersediaan pelayanan kesehatan dengan jumlah penduduk.
Analisis yang mempertimbangan tata ruang daerah dan rasio ketersediaan
pelayanan kesehatan dan jumlah penduduk dituangkan dalam rencana strategik
Klinik atau rencana pembangunan Klinik
Bab I (standar akreditasi klinik)
Persyaratan Bangunan dan Ruangan
Kriteria
1.1.2. Bangunan Klinik bersifat permanen dan tidak bergabung dengan tempat tinggal atau
unit kerja yang lain. Bangunan harus memenuhi persyaratan lingkungan sehat.
Pokok Pikiran:
Untuk menghindari gangguan dan dampak keberadaan Klinik terhadap lingkungan dan
kepedulian terhadap lingkungan, maka pendirian Klinik perlu didirikan di atas bangunan yang
permanen dan tidak bergabung dengan tempat tinggal atau unit kerja yang lain.
Yang dimaksud unit kerja yang lain adalah unit kerja yang tidak ada kaitan langsung dengan
penyelenggaraan pelayanan kesehatan.
1.2 KETENAGAAN KLINIK
• Prosedur penyusunan
standar/SOP klinis
• Penyusunan standar
dan SOP klinis
• Tersedia acuan yang
jelas untuk penyusunan
standar dan SOP klinis
4.3. Pengukuran Mutu
Layanan Klinis & KP
4.3.1. Pengukuran mutu
layanan klinis dengan
instrument yang efektif
• Indicator mutu layanan klinis
• Sasaran keselamatan pasien:
– Tidak terjadi salah identifikasi
– Komunkiasi efektif dalam pelayanan
– Tidak terjadi kesalahan pemberian
obat
– Tidak terjadi kesalahan prosedur
tindakan
– Pengurangan terjadinya risiko
infeksi
– Tidak terjadinya pasien jatuh
• Pengukuran mutu layanan
klinis dan sasaran KP, analisis,
dan tindak lanjut
4.3.2. Penetapan target mutu layanan
klinis dan keselamatan pasien
• Pengumpulan
data, analisis,
tindak lanjut,
dokumentasi
4.4. PMKP diupayakan,
dievaluasi dan
dikomunikasikan dengan
baik
4.4.1. Upaya peningkatan mutu
klinis dan KP didukung oleh tim
yang berfungsi dengan baik
• Kejelasan
penanggung jawab
mutu dan KP
• Tim mutu klinis dan
KP - Uraian tugas dan
tanggung jawab
• Rencana dan program
peningkatan mutu
klinis dan KP
4.4.2. Rencana peningkatan mutu layanan klinis dan KP
disusun berdasar hasil evaluasi
Implementasi
Dat Analisi Program Mone
Penanggung Tindak lanjut
a s Mutu & KP v
jawab
4.4.3. Evaluasi dan dokumentasi upaya
peningkatan mutu layanan klinis
• Pencatatan kegiatan
peningkatan mutu layanan klinis
dan KP
• Evaluasi thd hasil peningkatan
mutu klinis dan KP
• Tindak lanjut perbaikan
• Pendokumentasian seluruh
kegiatan upaya peningkatan
mutu klinis dan KP
4.4.4. Komunikasi dan pelaporan hasil
evaluasi peningkatan mutu klinis dan KP