DAN PERKEBUNAN
Materi :
1.Pengertia Hukum = per 1
a. Definisi hukum
b. Tujuan Hukum
c. Subyek dan obyek hukum
d. Pembagian hukum
2. Hukum Pertanahan Nasional (UUPA)= per 2-3
a Tujuan UUPA
b. Asas-asas
3. Hak Penguasaan atas Tanah : 4
a. Hak Bangsa
b. Hak Menguasai Negara
c. Hak Ulayat
d. Hak Perorangan Atas Tanah
4. Macam-Macam Hak Atas Tanah = 5-6
a. Hak Milik
b. Hak Guna Usaha
c. Hak Guna bangunan
d. Hak PakaI
5. Pendaftaran Tanah = 7
a. Pengertian, tujuan dan asas-asas pendaftaran
tanah
b. Obyek Pendaftaran Tanah
c. Penyelenggara dan pelaksana Pendaftaran Tanah
d. Pelaksanaan Pendaftaran tanah
MID SEMESTER
6. Landreform= 8-9
a. Pengertian, tujuan dan program Landreform
b. Pembatasan luas maksimum pemilikan tanah
c. Pembatasan minimum pemilikan tanah
d. Larangan pemilikan tanah secara absentee
e. Redistribusi tanah obyek Landreform
f. Pengaturan Penebusan dan pengembalian Gadai
Tanah Pertanian
g. Pengaturan perjanjian Bagi Hasil
6. Penatagunaan Tanah= 10-11
a. Penyediaan Tanah untuk Perusahaan
b. Penertiban dan pendayagunaan tanah terlantar
c. Konsolidasi Tanah
7. Hukum Perkebunan =12-14
a. Pengertian dan asas-asas perkebunan
b. Tujuan Penyelenggaraan Perkebunan
c. Politik Hukum Perkebunan
d. Perencanaan Perkebunan
8 Ijin Usaha Perkebunan =14
a. Ijin Usaha Perkebunan (IUP)
b. Ijin Usaha Perkebunan untuk Budidaya (IUP-B)
c. Ijin Usaha Perkebunan untuk Pengolahan Hasil Perkebunan (IUP-P)
d. Surat Tanda Daftar Usaha Budidaya Perkebunan (STD- B)
e. Surat Tanda Daftar Usaha Industri Pengolahan Hasil Perkebunan (STD-P
f. ijin Lokasi
10. Kemitraan Perkebunan = 14
Kewajinan Pelaku Usaha Perkebunan
Norma
Manusia adalah mahkluk sosial. Aristoteles :
manusia adalah Zoon Politicon
Norma atau kaedah : pedoman, patokan utk
bersikap atau berperilaku dalam kehidupan
bersama
Hakekat norma : perumusan suatu pandangan
mengenai perilaku atau sikap yg seyogyanya
dilakukan atau tidak dilakukan, yang dilarang
atau diperbolehkan
Guna Norma
Memberi petunjuk kepada manusia bgmn
harus bertindak dalam masyarakat serta
perbuatan mana yg harus dijalankan dan yg
harus dihindari
Mencegah konflik kepentingan
Melindungi kepentingan manusia
agama
pribadi
kesusilaan
Norma
Sopan
Antar santun
pribadi
hukum
Norma Norma Norma sopan Norma
agama kesusilaan santun hukum
Asal usul Dari Tuhan Diri sendiri Kekuasaan luar yang memaksa
a. Hukum publik :
salah satu pihaknya adalah penguasa
bersifat memaksa
tujuannya adalah untuk melindungi
kepentingan umum
merupakan hukum yang mengatur
hubungan antara Negara dengan Individu
Termasuk Hukum Publik
HTN HAN Hukum Pidana
b. Hukum Privat :
kedua belah pihak adalah perorangan, dengan
tidak menutup kemungkinan penguasa sebagai
pihak
bersifat melengkapi, meskipun ada yang
bersifat memaksa
tujuannya adalah melindungi kepentingan
perorangan atau individu
merupakan hubungan antar individu
Termasuk Hukum Privat
Hukum Perdata Hukum Dagang
• Bumi • permukaan
• Air bumi
• Ruang angkasa • Tanah
• Kekayaan alam
Hukum pertanahan di Indonesia
Masa penjajahan : berlaku 2 sistem hukum,
yaitu hukum kolonial dan hukum adat
Hukum Adat : tidak tertulis, bersifat plural
Hukum kolonial : bersifat tertulis, kepastian
hukum tinggi
Setelah Indonesia merdeka : sebelum UUPA
lahir dan setelah UUPA lahir
HUKUM PERTANAHAN NASIONAL
UU No. 5 Tahun 1960 (UUPA)
.
Hak Perorangan atas Tanah (pasal 16 UUPA):
Hak milik
Hak guna usaha
Hak guna bangunan
hak pakai
hak sewa
hak membuka tanah
hak memungut hasil hutan
hak-hak lain yang tidak termasuk dalam hak-
hak tersebut di atas yang aakan ditetapkan
dengan undang-undang serta hak-hak yang
sifatnya sementara sebagai yang disebut
dalam Pasal 53.
Apabila kita lihat dari sifatnya, hak atas tanah yang
disebut dalam Pasal 16 ini dapat kita bedakan
menjadi 2 (dua) :
1). Hak atas tanah yang bersifat tetap
2). Hak atas tanah yang bersifat sementara
a. Hak Milik
diatur dalam Pasal 20 – 27 UUPA
Hak Milik adalah hak yang turun temurun,
terkuat dan terpenuh yang dapat dipunyai
oleh orang atas tanah, dengan mengingat
ketentuan dalam pasal 6 (fungsi sosial tanah)
Hak milik dapat beralih dan dialihkan
Subyek hak milik. yang dapat menjadi
pemegang hak milik adalah :
1). WNI (tunggal)
2). Badan hukum tertentu (PP No. 38 Th
1963)
Terjadinya hak milik :
1).menurut hukum adat
2). ketentuan Undang-undang (Konversi)
3). Penetapan Pemerintah
Subyek HGB :
a). WNI
b). Badan hukum yang didirikan menurut Hukum
Indonesia dan berkedudukan di Indonesia
Hapusnya HGB
a. Berakhirnya jangka waktu HGB dibatalkan oleh
pejabat yang berwenang , pemegang hak
pengelolaan atau pemegang hak milik sebelum
jangka waktu berakhir
b. dilepas secara suka rela oleh pemegang haknya
c. dicabut berdasarkan UU No. 20 Tahun 1961
d. ditelantarkan
e. tanahnya musnah
f. pemegang haknya tidak lagi memenuhi syarat
sebagai pemegang
Hak Pakai
Obyek Pendaftaran Tanah :
bidang-bidang tanah yang dipunyai dengan hak milik, HGU, HGB, dan Hak Pakai
tanah hak pengelolaan
tanah wakaf
hak milik atas satuan rumah susun
hak tanggungan
tanah negara
dalam hal suatu bidang tanah sudah diterbitkan sertifikat
secara sah atas nama orang atau badan hukum yang
memperoleh tanah tersebut dengan itikad baik dan secara
nyata menguasainya, maka pihak lain yang merasa
mempunyai hak atas tanah itu, tidak dapat lagi menuntut
pelaksanaan hak tersebut apabila dalam waktu 5 (lima)
tahun sejak terbitnya sertifikat itu tidak mengajukan
keberatan secara tertulis kepada pemegang sertifikat dan
Kepala Kantor Pertanahan yang bersangkutan atau tidak
mengajukan gugatan ke pengadilan mengenai
penguasaan tanah atau penerbitan sertifikat tersebut.
BIDANG LANDREFORM
Pengertian :
Dari kata Land : tanah; reform, perubahan dasar atau
perombakan
Landreform berarti : perubahan dasar atau perombakan
struktur pertanahan, yang meliputi penguasaan tanah serta
hubungan-hubungan hukum yang bersangkutan dengan
pengusahaan tanah.
Dasar hukum :
Pasal 7, 10 dan 17 UUPA
UU No. 56 Prp Th 1960 tentang Penetapan luas tanah
pertanian
PP no. 224 tahun 1961 tentang Pelaksanaan pembagian tanah
dan pemberian ganti rugi.
Tujuan Landreform :
mengadakan pembagian yang adil atas sumber penghidupan
rakyat tani yang berupa tanah
melaksanakan prinsip : tanah untuk tani, agar tidak terjadi
tanah sebagai obyek spekulasi dan alat pemerasan
untuk memperkuat dan memperluas hak milik atas tanah bagi
Warga Negara Indonesia. Suatu pengakuan dan perlindungan
terhadap hak milik sebagai hak yang terkuat, turun temurun
tetapi berfungsi sosial
untuk mengakhiri sistem tuan tanah dan menghapus pemilikan
dan penguasaan tanah secara besar-besaran, dengan
mengadakan pembatasan maksimum dan minimum
pemilikan/penguasaan tanah
mempertinggi produksi nasional dan mendorong
terselenggaranya pertanian intensif secara gotong royong dalam
bentuk koperasi atau bentuk gotong royong lainnya, untuk
mencapai kesejahteraan yang adil dan merata
Tujuan Landreform meliputi:
Segi Sosial Ekonomi
Landreform dapat memeperbaiki keadaan sosial ekonomi
rakyat dengan memeperkuat hak milik dan memperbaiki
produksi nasional khususnya sektor pertanian guna
mempertinggi penghasilan dan taraf hidup rakyat.
Segi Sosial Politis
Dengan landreform sistem tuan tanah dapat dihapuskan dan
pemilikan tanah dalam skala besar dapat dibatasi sehingga
tanah dapat dibagikan secara adil agar menjadi sumber-
sumber penghidupan rakyat tani.
Segi Mental Psikologis
Landreform dapat meningkatkan kegairahan kerja bagi para
petani penggarap dengan jalan memberikan kepastian hak
mengenai pemilikan tanah serta dapat memperbaiki
hubungan kerja antara pemilik tanah dengan penggarapnya.
Program Landreform :
a). pemilik tanah pindah tempat tinggal, meninggalkan kecamatan dimana tanah itu
terletak.
b). karena pemilik tanah meninggal dunia, sedangkan ahli warisnya bertempat tinggal di
luar kecamatan dimana tanah itu terletak.
* Kewajiban pemilik tanah absentee :
1). Pemilik memindahkan tanah pertaniannya kepada pihak lain yang satu kecamatan
dengan tanah
2). Pemilik pindah tempat tinggal ke kecamatan dimana tanah itu terletak
3). Mengajukan hak baru sesuai peraturan perundangan yang berlaku
E. Pengaturan Kembali Perjanjian Bagi Hasil Tanah
Pertanian
Istilah :
Maro, mertelu (jawa); nyakap (lombok); nengah (priangan);
toyo (minahasa); memperduai (minangkabau)
Pengertian :
Bagi hasil : perjanjian antara seseorang yang berhak atas
tanah dengan orang lain yang disebut penggarap, dimana
penggarap diperkenankan untuk
mengusahakan/mengerjakan tanah dengan pembagian
hasilnya menurut imbangan yang telah disetujui bersama.
Dasar Hukum :
- mula-mula diatur menurut hukum adat
- Undang-Undang No 2 Tahun 1960
Adapun maksud dikeluarkannya UU No. 2 Tahun 1960 adalah :
1). Agar pembagian hasil antara penggarap dan pemilik di dasarkan atas
dasar yang adil
2). Menjamin kedudukan hukum yang layak bagi penggarap
3). Menegaskan hak dan kewajiban masing-masing pihak
Dasar Hukum :
mula-mula diatur dalam hukum adat
UU No. 56 Prp Tahun 1960
Pengertian :
Dasar Hukum
pasal 6 dan 15 UUPA
PP No. 11 Th 2010
Peraturan Kepala BPN NO 4 Th 2010
a. kedaulatan;
b. kemandirian;
c. kebermanfaatan;
d. keberlanjutan
e. keterpaduan;
f. kebersamaan;
g. keterbukaan;
h. efisiensi-berkeadilan;
i. kearifan lokal; dan
j. kelestarian fungsi lingkungan hidup
Tujuan Penyelenggaraan Perkebunan
a. Meningkatkan pendapatan masyarakat
b. Meningkatkan penerimaan negara
c. Meningkatkan penerimaan devisa negara
d. Menyediakan lapangan kerja
e. Meningkatkan produktivitas , nilai tambah, dan daya saing
f. Memenuhi kebutuhan konsumsi dan bahan baku industri dalam negri
g. Mengoptimalkan pengelolaan sumberdaya alam secara berkelanjutan
Fungsi Perkebunan
a. Ekonomi
peningkatan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat serta penguatan
struktur ekonomi wilayah dan nasional
b. Ekologi
Peningkatan konservasi tanah dan air, penyerap karbon, penyedia
oksigen, dan penyangga kawasan lindung
c. Sosial budaya
sebagai perekat dan pemersatu bangsa
Penggunaan Tanah Untuk Usaha Perkebunan
Hak atas tanah untuk usaha perkebunan
Hak Milik
Hak Guna Usaha
Hak Guna Bangunan
Hak Pakai
Di atas Tanah Hak Ulayat :
Pemohon wajib melakukan musyawarah dengan masyarakat hukum adat
pemegang hak ulayat dan warga pemegang hak atas tanah yang bersangkutan
untuk memperoleh kesepakatan mengenai penyerahan tanah dan imbalannya
Masyarakat Hukum Adat
Dalam perencanaan usaha perkebunan dituntut untuk menghormati keberadaan
Masyarakat hukum adat yang menurut kenyataannya masih ada, jika memenuhi
unsur:
a. masyarakat masih dalam bentuk paguyuban (rechtsgemeinscaft);
b. ada kelembagaan dalam bentuk perangkat penguasa adat;
c. ada wilayah hukum adat yang jelas;
d. ada pranata dan perangkat hukum, khususnya peradilan adat
yang masih ditaati;
e. ada pengukuhan dengan peraturan adat.
Politik Hukum Perkebunan
1.Menjamin kesejahteraan pelaku usaha perkebunan Jaminan tuntunan hidup
pelaku usaha perkebunan dalam masyarakat industri, sehingga ada
keseimbangan antara pelaku usaha dibidang perkebunan dan non
perkebunan
2. Jaminan pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan baku
industri dalam negeri
=> di dukung dengan penggunaan modal, teknologi dan ilmu pengetahuan
serta sub-sub faktor lainnya dalam struktur perkebunan
3. Tujuan Jaminan Lingkungan Hidup
Alih fungsi wilayah yg secara geografis menghasilkan produk perkebunan
yang bersifat spesifik. Tujuannya yaitu untuk melindungi kelestariannya
dengan indikasi geografi
Perusahaan perkebunan wajib membuat dan menerapkan analisis mengenai
dampak lingkungan hidup dan/atau analisis dan manajemen risiko
lingkungan hidup, untuk mencegah timbulnya gangguan dan kerusakan
fungsi lingkungan hidup
Usaha perkebunan yang ramah lingkungan dapat terlaksana bila didukung
dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang memadai serta sumber daya
manusia yang terampil dan profesional
PERENCANAAN PERKEBUNAN
* Perencanaan perkebunan dimaksudkan untuk memberikan arah,
pedoman, alat pengendali pencapaian tujuan penyelenggaraan
perkebunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
* Perencanaan perkebunan terdiri dari perencanaan nasional,
perencanaan provinsi, dan perencanaan kabupaten/kota.
Perencanaan Perkebunan harus terukur,dapat dilaksanakan,
realistis, dan bermanfaat serta dilakukan secara partisipatif,
terpadu,terbuka dan akuntabel.
partisipatif adalah proses penyusunan rencana yang melibatkan
partisipasi masyarakat dan pihak lain terkait.
terpadu adalah bahwa rencana nasional, provinsi dan
kabupaten/kota disusun secara terkoordinasi, terintegrasi, dan
tersinkroninasi.
terbuka adalah bahwa informasi mengenai perencanaan dapat
diakses oleh masyarakat.
akuntabel adalah bahwa perencanaan tersebut harus dapat
dipertanggungjawabkan kepada masyarakat.
Struktur Perkebunan
A. Faktor Teknis
1.Sumber daya Manusia,
Badan hk asing atau perorangan warga negara asing wajib bekerjasama dengan pelaku usaha perkebunan
dengan membentuk badan hukum Indonesia
2. Tanah : HM, HGU, HGB,HP
Penetapan luas maksimum dan luas minimum tanah untuk usaha perkebunan oleh menteri dengan
berpedoman pada jenis tanaman, ketersediaan tanah yang sesuai dengan agroklimat, modal, kapasitas
pabrik, tingkat kepadatan penduduk, pola pengembangan usaha, kondisi geografis dan perkembangan
teknologi
Larangan fragmentasi tanah usaha perkebunan yang pemindahan hak atas tanahnya mengakibatkan
terjadinya satuan usaha yang kurang dari luas minimum yang ditetapkan oleh menteri. Pelanggaran
mengakibatkan pemindahan hak atas tanah tersebut tidak sah dan tidak dapat didaftarkan (Psl 10 UUP)
3. Pendidikan dan Penelitian
Penelitian dan pengembangan perkebunan dilakukan oleh perorangan,
lembaga penelitian pemerintah dan/atau swasta. Lembaga penelitian
dapat diselenggarakan oleh antar pelaku usaha, asosiasi komoditas
perkebunan dan/atau peneliti asing.
B. Faktor Ekonomi , Berkaitan dengan pembiayaan dan pemasukan, fiscal dll
C.Faktor Sosial, Berkaitan jaminan kesejahteraan pelaku usaha perkebunan
Perizin usaha perkebunan