Kel 4. Askep Anak Dengan Demam Thypoid
Kel 4. Askep Anak Dengan Demam Thypoid
Penyebab utama demam typoid adalah Salmonella Typhi. Salmonella typhi sama dengan
Salmonela yang lain adalah bakteri Gram-negatif, mempunyai flagela, tidak berkapsul, tidak
membentuk spora, fakultatif anaerob.
MANIFESTASI
KLINIS
Masa tunas sekitar 10-14 hari.
1) Minggu 1
Pada umumnya demam berangsur naik, terutama pada
sore hari dan malam hari. Dengan keluhan dan gejala
demam, nyeri otot, nyeri kepala, anoreksia, dan mual,
batuk, eoistaksis, obstipasi atau diare, perasaan tidak enak
di perut.
2) Minggu ke-2
Pada minggu ke-2 gejala sudah jelas dapat berupa demam,
bradikardi, lidah yang kha(putih,kotor, pinggirnya
hiperemi), hepatomegali,meteorismus,
kesadaran. (Padila, 2013; Dewi & Meira, 2016). penurunan
Kuman Sallmonella Typhi
Fomitus (Muntahan)
Feses Urine Fingers (jari)
Food (Makanan & minuman)
Nyeri
Tidak nyaman pada perut, mengeluh mual , abdomen, feses,
Menyerang organ
lembek/cair, dorongan defeas i Endotoksin
sensasi muntah, peningkatan salivasi
>3 dalam 24 jam
Merangsang pelepasan zat
Limpa
Hati pirogen oleh leukosit
Muntah, nafsu makan menurun,
MK. Diare (D.0020)
intake nutrisi menurun
Hepatomegali Spelenomegali Zat pirogen beredar
dalam darah
MK. Defisit pengetahuan MK. Nyeri akut (D.007)
BB menurun minimal 10%
Mempengaruhi termoregulasi di
Nyeri tekan abdomen kanan atas
hipotalamus
A. Respon Anak
Anak usia sekolah yang dirawat di rumah sakit akan merasa khawatir akan perpisahan dengan
sekolah dan teman sebayanya, takut kehilangan ketrampilan, merasa kesepian dan sendiri. Anak
membutuhkan rasa aman dan perlindungan dari orang tua namun tidak memerlukan selalu
ditemani oleh orang tuanya. Pada usia ini anak berusaha independen dan produktif. Akibat
dirawat di rumah sakit menyebabkan perasaan kehilangan kontrol dan kekuatan.
B. Respon Keluarga
Orang tua akan mengalami stress jika anaknya sakit dan dirawat dirumah sakit. Kecemasan akan
meningkat jika mereka kurang informasi tentang prosedur dan pengobatan anak serta
dampaknya terhadap masa depan anak.
C. Respon Sibling
Reaksi sibling terhadap anak yang sakit dan dirawat dirumah sakit adalah marah, cemburu, bend
dan bersalah.
ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
Menurut Budiono (2016) data-data yang harus diperoleh selama pengkajian adalah
sebagai berikut:
1) Data Dasar
Data dasar adalah seluruh informasi tentang status kesehatan klien, data dasar ini
meliputi data umum, data demografi, riwayat keperawatan, pola fungsi kesehatan dan
pemeriksaan. Data dasar yang menunjukkan pola fungsi kesehatan efektif/optimal
merupakan data yang dipakai dasar untuk menegakkan diagnosa keperawatan.
a) Data Fokus
Data fokus dapat berupa ungkapan klien maupun hasil pemeriksaan langsung
seorang perawat.
b) Data Subjektif
c) Data Objektif
2) Identitas Diri
Meliputi pengkajian nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa,
tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, nomor rekam medis, alamat.
3) Identitas penanggung jawab
Meliputi pengkajian nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,
pekerjaan, hubungan dengan klien dan alamat dari orang yang bertanggungjawab secara
langsung terhadap klien.
4) Riwayat kesehatan
a) Riwayat kesehatan sekarang
b) Keluhan utama saat masuk rumah sakit
c) Keluhan utama saat dikaji
d) Riwayat kesehatan dahulu
e) Riwayat kesehatan keluarga
5) Pola nutrisi
6) Pola eliminasi
7) Pola istirahat tidur
8) Pola aktivitas
Pertumbuhan dan
perkembangan
1) Pertumbuhan
Tanyakan tentang status pertumbuhan anak, pernah terjadi gangguan dalam
pertumbuhan dan terjadinya pada saat umur berapa dengan menanyakan atau melihat catatan kesehatan
tentang berat badan, tinggi badan. (Soetjiningsih, 2015).
2) Perkembangan
Tanyakan tentang perkembangan bahasa, motorik kasar, motorik halus, dan sosial. Data ini juga dapat diketahui
melalui penggunaan
perkembangan. (Soetjiningsih, 2015).
3) Riwayat imunisasi
Tanyakan tentang riwayat imunisasi dasar seperti Bacilus Calmet Guimet (BCG), Difteri Pertutis Tetanus (DPT),
polio, hepatitis, campak, maupun imunisasi ulangan.
Pemeriksaan Fisik
Keadaan atau penampilan
a.Mengkaji keadaan atau penampilan klien seperti lemah, sakit ringan, sakit berat, gelisah,
rewel.
b.Tingkat
kesadaran
c.Tanda-tanda vital
d. Pemeriksaan
head to toe
1. Kepala
2. Mata
3. Telinga
4. Hidung
5. Mulut
6. Leher
7. Dada
8. Abdomen
Pada pasien dengan demam typhoid pada saat diinspeksi biasanya ditemukan tanda
roseola yang berdiameter 2-4 mm yang didalamnya mengandung kuman Salmonella Typhi,
distensi abdomen, merupakan tanda yang diwaspadai terjadinya perforasi dan peritonitis. Pada
saat dipalpasi terdapat nyeri tekan abdomen, hepatomegali dan splenomegali, mengindikasikan
infeksi RES yang mulai terjadi pada minggu ke dua. Pada saat dilakukan auskultasi didapatkan
penurunan bising usus kurang dari 5 kali/menit pada minggu pertama dan terjadi
konstipasi,selanjutnya meningkat akibat diare. (Muttaqin,
2013).
9. Punggung dan bokong
10. Ekstremitas
e. Data psikologis
f. Data penunjang (darah dan serologi)
g. Terapi
tirah baring
diet
pemberian
antibiotik
. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai seseorang, keluarga,
atau masyarakat sebagai akibat dari masalah atau proses kehidupan yang aktual
atau potensial.
Diagnosa keperawatan merupakan dasar dalam penyusunan rencana tindakan
asuhan keperawatan.
Diagnosis keperawatan sejalan dengan diagnosis medis sebab dalam
mengumpulkan data-data saat melakukan pengkajian keperawatan yang
dibutuhkan untuk menegakkan diagnosa keperawatan ditinjau dari keadaan
penyakit dalam diagnosa medis.(Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017)
N Diagnosa keperawatan Luaran (SLKI)
O Intervensi (SIKI)
(SDKI)
1. Hipertermi Setelah dilakukan Manajemant Hipertermi ( I.15506 )
tindakan keperawatan 2 x Observasi:
berhubungan 24 jam termoregulasi 1. Identifikasi penyebab hipertermia. ( dehidrasi,)
dengan proses membaik dengan kriteria 2. monitor suhu tubuh
hasil: 3. Monitor kadar elektrolit.
penyakit (infeksi 4. Monitor Haluaran urin
( L.14134 )
salmonella thypi) Menggigil menurun
5. Monitor komplikasi akibat hipertermi.
Therapetik
Suhu tubuh membaik 6. Sediakan lingkungan yang dingin.
7. Longgarkan atau lepaskan pakaian
Suhu kulit membaik
8. Basahi dan kipasi permukaan tubuh.
9. Berikan cairan oral.
10.Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami
hyperhidrosis( keringat berlebih.)
11.Lakukan pendinginan exsternal. ( selimut hipotermia, atau kompres
dingin pada dahi, leher, dada, abdomen, axila.)
12.Hindari pemberian antipiretik atau aspirin.
13.Berikan oksigen jika perlu.
Edukasi
14.Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
15.Kolaboasi pemberian cairan dan elektrolit jika perlu
N Diagnosa keperawatan Luaran (SLKI)
O Intervensi (SIKI)
(SDKI)
2. Risiko ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan Manajemen elektrolit (I.03102)
elektrolit dibuktikan keperawatan selama 2x24 Observasi :
dengan muntah jam status nutrisi membaik 1. Identifikasi tanda dan gejala ketidakseimbangan kadar elektrolit
dengan kriteria hasil : 2. Identifikasi penyebab ketidakseimbangan elektrolit
(L(06053) 3. Identifikasi kehilangan elektrolit melalui cairan
Porsi makanan yang 4. Monitor kadar elektrolit
dihabiskan meningkat 5. Monitor efek samping pemberian suplemen elektrolit
Verbalisasi keinginan
Terapeutik :
untuk meningkatkan
nutrisi 6. Berikan cairan bila perlu Berikan diit yang tepat (mis. Tinggi
Pengetahuan ibu pasien kalium, rendah natrium
tentang standar asupan 7. Anjurkan pasien dan keluarga untuk modifikasi diet jika perlu
nutrisi yang tepat 8. Pasang akses intravena jika perlu
Sikap ibu pasien terhadap Edukasi :
makanan/minuman sesuai 9. Jelaskan jenis penyebab dan penanganan ketidakseimbangan
dengan tujuan kesehatan elektrolit
Diare menurun
Berat badan Indeks Massa Kolaborasi :
Tubuh membaik 10.Kolaborasi pemberian suplemen elektrolit (mis. Oral, IV ) sesuai
Frekuensi makan membaik indikasi
Nafsu makan membaik
Bising usus membaik
N Diagnosa keperawatan Luaran (SLKI)
O
(SDKI) Intervensi (SIKI)
3. Risiko deficit nutrisi Setelah dilakukan tindakan Manajemen nutrisi (I. 03119)
dibuktikan dengan keperawatan selama 3 x 24 jam Observasi :
ketidakmampuan status nutrisi membaik dengan
1. Identifikasi staatus nutrisi
kriteria hasil :
mengabsorbsi 2. Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
nutrient. (L (06053) 3. Identifikasi makanan yang disukai
Porsi makanan yang dihabiskan 4. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien
meningkat 5. Monitor asupan makanan
Verbalisasi keinginan untuk 6. Monitor berat badan
meningkatkan nutrisi 7. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
Pengetahuan ibu pasien Terapeutik :
tentang standar asupan nutrisi 8. Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
yang tepat 9. Berikan makan yang tinggi serat untuk mencegah konstipasi
Sikap ibu pasien terhadap 10.Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
makanan/minuman sesuai 11.Berikan suplemen makanan jika perlu
dengan tujuan kesehatan Edukasi :
Diare menurun 12.Ajarkan diit yang diprogramkan
Berat badan Indeks Massa Kolaborasi :
Tubuh membaik 13.Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis. Pereda nyeri,
Frekuensi makan membaik antiemetik), jika perlu
Nafsu makan membaik 14.Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan
Bising usus membaik jenis nutrien yang dibutuhkan, jika perlu
N Diagnosa keperawatan Luaran (SLKI)
O Intervensi (SIKI)
(SDKI)
4. Nyeri akut berhubungan dengan
agen pencedera fisiologis ditandai
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
Manajeman nyeri ( I 2001)
Observasi :
dengan: selam 2 x 24 jam tingkat 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
DS : nyeri menurun, dengan 2. Identifikasi skala nyeri
kriteria hasil. 3. Identifikasi respon nyeri nonverbal
pasien mengeluh nyeri
Keluhan nyeri menurun 4. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
DO : Meringis menurun 5. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
Tampak meringis Gelisah menurun 6. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
Gelisah Sikap protektif 7. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
menurun. 8. Monitor efek samping penggunaan analgetik
Frekuensi nadi meningkat Kesulitan tidur Terapeutik :
Sulit tidur menurun. 9. Berikan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri (hipnosis. Akupressure,
Frekwensi nadi terapi musik, aromaterapi)
membaik. 10.Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (suhu ruangan, pencahayaan,
Tekanan darah kebisingan)
membaik 11.Fasilitas istirahat dan tidur
Pola napas membaik. 12.Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi :
13.Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
14.Jelaskan strategi meredakan nyeri
15.Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
16.Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
17.Ajarkan tehnik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
18.Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
N Diagnosa keperawatan Luaran (SLKI)
O Intervensi (SIKI)
(SDKI)
5. Defisit pengetahuan Setelah dilakukan tindakan Edukasi kesehatan
dibuktikan dengan kurang keperawatan selama 1 x 30 Observasi
terpapar informasi mnt tingkat pengetahuan 1. Identifikasi kesiapan dan
meningkat dengan kriteria
hasil : 2. kemampuan menerima informasi
Perilaku sesuai anjuran 3. Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan
meningkat motivasi perilaku hidup bersih dan sehat
Terapeutik
Verbalisasi minat dalam
belajar meningkat 4. Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
Populasi : semua pasien anak yang menderita demam tifoid di RSUD Tugurejo
Semarang pada periode Januari – Desember 2014. Data yang digunakan merupakan
data sekunder yaitu rekam medik pasien penderita demam tifoid. Besar sampel
sebanyak 121 orang yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi.
Intervensi : Tidak ada
Comparation : Tidak
ada Outcome/ Hasil :
Mayoritas pasien yang mengalami demam tifoid berada di rentang usia 5-10 tahun
(56,2%), status gizi baik (89,3%), diikuti riwayat demam tifoid, sebelumnya (84,3%).
Hasil analisi bivariat menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan variabel usia
terhadap kejadian demam tifoid (OR=4,667 ; P=0,001). Tidak terdapat hubungan
signifikan variabel status gizi (OR= 0,796; P=0,072) dan riwayat demam tifoid
sebelumnya (OR=2,073; P=0,346) terhadap kejadian demam tifoid
4. Karakteristik Pasien Demam Tifoid pada Anak dan Remaja di Rumah Sakit
Pertamina Bintang Amin Lampung
Oleh : Festy Ladyani Mustofa1, Rakhmi Rafie2, Ghina Salsabilla3