PPH 22 Dan 24
PPH 22 Dan 24
Adalah bentuk pemotongan atau pungutan pajak yang dilakukan satu pihak terhadap wajib
pajak dan berkaitan dengan kegiatan perdagangan barang.
Ketentuan PPh Pasal 22 relatif lebih rumit dibandingkan dengan PPh lainnya, seperti PPh
21 ataupun PPh 23. PPh Pasal 22 dikenakan terhadap perdagangan barang yang dianggap
‘menguntungkan’, sehingga baik penjual maupun pembelinya dapat menerima
keuntungan dari perdagangan tersebut.
2
PPh Pasal 22 adalah PPh yang dipungut oleh:
1. Bendahara Pemerintah Pusat/Daerah, instansi atau lembaga
pemerintah dan lembaga-lembaga negara lainnya, berkenaan
dengan pembayaran atas penyerahan barang;
2. Badan-badan tertentu, baik badan pemerintah maupun swasta
berkenaan dengan kegiatan di bidang impor atau kegiatan usaha
di bidang lain.
3. Wajib Pajak Badan yang melakukan penjualan barang yang
tergolong sangat mewah.
3
PEMUNGUT PPH PASAL 22
Bendahara dan Badan-badan yang memungut PPh Pasal 22 Sebesar 1,5% dari Pembelian adalah :
1. Bank Devisa dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) atas objek PPH Pasal 22 Import Barang.
2. Bendahara Pemerintah dan Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) sebagai pemungut pajak pada pemerintah pusat, pemerintah daerah,
instansi atau Lembaga pemerintah dan Lembaga-Lembaga negara lainnya, berkenaan dengan pembayaran atas pembelian barang.
3. Bendahara pengeluaran berkenaan dengan pembayaran atas pembelian barang yang dilakukan dengan mekanisme uang persediaan
(UP).
4. Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) atau pejabat penerbit Surat Perintah Membayar yang diberikan delegasi oleh Kuasa Pengguna
Anggaran (KPA), berkenaan dengan pembayaran atas pembelian barang kepada pihak ketiga yang dilakukan dengan mekanisme
pembayaran langsung (LS).
5. Badan Usaha Milik Negara (BUMN), yaitu badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui
penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan.
6. Industri dan eksportir yang bergerak dalam sektor kehutanan, perkebunan, pertanian, peternakan, dan perikanan, atas pembelian
bahan-bahan dari pedagang pengumpul untuk keperluan industrinya atau ekspornya.
7. Industri atau badan usaha yang melakukan pembelian komoditas tambang batubara, mineral logam, dan mineral bukan logam, dari
badan atau orang.
4
Pemungut & Objek PPh 22
No. Pemungut Objek
1 Bank Devisa dan DJBC Impor barang
2 DJPb & Bendahara Pemerintah Pusat/Daerah Pembelian barang
yang melakukan pembayaran
3 BUMN/BUMD Pembelian barang dengan dana
APBN/APBD (kec.poin 4)
4 BI, PPA, BULOG, Telkom, PLN, Garuda Pembelian barang dengan dana
Indonesia, Indosat, Krakatau Steel, Pertamina, bersumber dari APBN dan non APBN
dan Bank BUMN
5 Badan usaha bidang industri Semen, Rokok, Penjualan hasil produksi di DN
Kertas, Baja, & Otomotif yang ditunjuk Kepala
KPP
6 Produsen/Importir bahan bakar minyak, gas, & Penjualan bahan bakar minyak, gas,
pelumas pelumas
7 Industri & Eksportir sektor perhutanan, perkebunan, Pembelian bahan-bahan untuk
pertanian, & perikanan yang ditunjuk Dirjen Pajak keperluan industri atau ekspor mereka
5
dari pedangan pengumpul
8 WP Badan Penjualan barang sangat mewah
WAJIB PAJAK BADAN ATAU PERUSAHAAN SWASTA YANG WAJIB
MEMUNGUT PPH 22 SAAT PENJUALAN
1. Badan usaha yang bergerak dalam bidang usaha industri semen, industri kertas, industri baja, industri
otomotif, dan industri farmasi, atas penjualan hasil produksinya kepada distributor di dalam negeri.
2. Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM), Agen Pemegang Merek (APM), dan importir umum kendaraan
bermotor, atas penjualan kendaraan bermotor di dalam negeri.
3. Produsen atau importir bahan bakar minyak, bahan bakar gas, dan pelumas, atas penjualan bahan bakar
minyak, bahan bakar gas, dan pelumas.
4. Badan usaha yang bergerak dalam bidang usaha industri baja yang merupakan industri hulu, termasuk
industri hulu yang terintegrasi dengan industri antara dan industri hilir.
5. Pedagang pengumpul berupa badan atau orang pribadi yang kegiatan usahanya mengumpulkan hasil
kehutanan, perkebunan, pertanian, peternakan, dan perikanan.
6. Menjual hasil tersebut kepada badan usaha industri dan eksportir yang bergerak dalam sektor kehutanan,
perkebunan, pertanian, peternakan, dan perikanan.
7. Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan No. 90/PMK.03/2015, pemerintah menambahkan pemungut
PPh Pasal 22 dengan wajib pajak badan yang melakukan penjualan barang yang tergolong sangat mewah.
6
No. Pemungut
Tarif PPh Pasal 22
Objek Tarif
• Dengan API 2,5% dari NI
• Tanpa API 7,5% dari NI
1 Bank Devisa dan DJBC Impor barang
• Yang tidak dikuasai 7,5% dari
harga lelang
• 1,5% dari harga pembelian
DJPb & Bendahara Pemerintah
2 Pembelian barang tidak termasuk PPN
Pusat/Daerah yang melakukan pembayaran
• Tidak final
Pembelian barang dengan • 1,5% dari harga pembelian
3 BUMN/BUMD dana APBN/APBD (kec.poin tidak termasuk PPN
4) • Tidak final
BI, PPA, BULOG, Telkom, PLN, Pembelian barang dengan • 1,5% dari harga pembelian
4 Garuda Indonesia, Indosat, Krakatau Steel, dana bersumber dari APBN tidak termasuk PPN
Pertamina, dan Bank BUMN dan non APBN • Tidak final
• Kertas = 0.1% x DPP PPN
(Tidak Final)
• Semen = 0.25% x DPP
Badan usaha bidang industri Semen, Rokok, PPN (Tidak Final)
5 Penjualan hasil produksi di DN
Kertas, Baja, & Otomotif yang ditunjuk Kepala KPP • Baja = 0.3% x DPP PPN
(Tidak Final) 7
Perhitungannya :
Contoh :
• Jika, PPh Pasal 22 yang dipungut oleh DJBC, jika PT ABC memiliki API
(2,5% x Nilai Impor) : 2,5% x Rp1.495.000.000 = Rp37.375.000
• PPh Pasal 22 yang dipungut oleh DJBC jika PT ABC tidak memiliki API
(7,5% x Nilai Impor): 7,5% X Rp1.495.000.000 = Rp112.125.000
10
OBJEK PPH PASAL 22
Contoh :
11
Tidak punya NPWP ?
Lebih tinggi
dari tarif PPh
Pasal 22
Contoh Cara Menghitung PPh Pasal 22 Atas Pembelian
Barang Yang Dibiayai dengan APBN/ APBD
PT Jayadi Maju melakukan penjualan lemari arsip kepada Departemen Dalam Negri senilai Rp
220 juta. Pembayaran dilakukan oleh Bendaharawan Depdagri. Dalam kontrak penjualan dengan
pemerintah yang didanai dari APBN/APBD, biasanya harga jual sudah termasuk Pajak
Pertambahan Nilai sebesar 11%.
Jawab :
• PPh Pasal 22 yang dipungut Bendaharawan Pemerintah dari transaksi pembayaran: Rp 200.000.000,00 x
1,5%= Rp 3.000.000,00 13
OBJEK PPH PASAL 22
Objek PPh Pasal 22 berdasarkan Pasal 1 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 34/PMK.010/2017 (PMK
34/2017) :
3. Penjualan hasil produksi ditetapkan berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pajak, yaitu:
4. Penjualan hasil produksi atau penyerahan barang oleh produsen atau importir bahan bakar minyak,gas, dan pelumas
adalah sebagai berikut:
• Pemungutan PPh Pasal 22 Kepada Penyalur/Agen, Bersifat Final. Selain Penyalur/Agen Bersifat Tidak Final.
5. Atas pembelian bahan-bahan untuk keperluan industri atau ekspor dari pedagang pengumpul ditetapkan = 0,25 % x
harga pembelian (tidak termasuk PPN)
6. Atas impor kedelai, gandum, dan Tepung terigu oleh importir yang menggunakan API = 0,5% x nilai impor.
7. Untuk yang tidak memiliki NPWP dipotong 100% lebih tinggi dari tarif PPh Pasal 22.
14
OBJEK PPH PASAL 22
1. Impor barang-barang dan/atau penyerahan barang yang berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan tidak terutang PPh.
Pengecualian tersebut, harus dinyatakan dengan Surat Keterangan Bebas PPh Pasal 22 yang diterbitkan oleh Direktur Jenderal Pajak.
2. Impor barang-barang yang dibebaskan dari bea masuk:
• Yang dilakukan ke dalam Kawasan Berikat (kawasan tanpa bea masuk hingga barang tersebut dikeluarkan untuk impor, ekspor atau re-
impor) dan Entrepot Produksi Untuk Tujuan Ekspor (EPTE), yaitu tempat penimbunan barang dagangan karena pengimpornya tidak
membayar bea masuk sebagaimana mestinya.
• sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dan Pasal 7 PP Nomor 6 Tahun 1969 tentang Pembebanan atas Impor sebagaimana diubah dan
ditambah terakhir dengan PP Nomor 26 tahun 1988 dan Peraturan Pemerintah Nomor 2 tahun 1973.
• Berupa kiriman hadiah :
• Untuk tujuan keilmuan
3. Pembayaran atas penyerahan barang yang dibebankan kepada belanja negara/daerah yang meliputi jumlah kurang dari Rp 2.000.000,-
(bukan merupakan jumlah yang dipecah-pecah).
4. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, air minum/PDAM, bendabenda pos, dan telepon.
16
Pengecualian Pemungutan PPh 22
No. Transaksi Keterangan
1 Impor barang dan atau penyerahan barang yang Dinyatakan dengan SKB
berdasar UU tidak terutang PPh
2 Impor barang yang dibebaskan dari BM dan atau PPN Dilaksanakan oleh DJBC
tujuan ekspor
Pengecualian Pemungutan PPh Pasal 22
8 Impor kembali (re-impor) dalam kualitas yang sama memenuhi syarat yang
atau barang-barang yang telah diekspor untuk ditentukan oleh Direktorat
keperluan perbaikan, pengerjaan dan pengujian Jenderal Bea dan Cukai.
21
PEMBAYARAN PPH PASAL 22
PPh Pasal 22 adalah cicilan PPh pada tahun berjalan. Maksudnya, pada akhir tahun,
cicilan ini akan diperhitungkan menjadi kredit pajak PPh badan atau PPh orang
pribadi.
PPh Pasal 22 yang berbentuk SSE, artinya PPh Pasal 22 tersebut dibayar
langsung ke bank persepsi oleh wajib pajak yang bersangkutan pada saat
transaksi. Transaksi yang wajib dibayar langsung adalah transaksi yang berkaitan
dengan impor dan bendahara.
22
KEWAJIBAN MEMBUAT BUKTI PUNGUT
Pemungut PPh Pasal 22 selain wajib membuat bukti pungut juga wajib menyetor
PPh yang dipungut dengan kode pajak 411122-900 ke bank persepsi, kemudian
melaporkannya dalam SPT Masa PPh Pasal 22.
Sedangkan pihak yang dipungut mendapat bukti pungut dan dapat dikreditkan
pada akhir tahun di SPT Tahunan.
Penjualan bahan bakar minyak dan gas ke agen atau penyalur dikenakan atas PPh
bersifat final. Artinya, wajib pajak yang hanya memiliki usaha tersebut, maka hanya
wajib lapor SPT Tahunan yang dilampiri bukti potong.
23
EFILING PPH PASAL 22
24
Contoh Soal
25
Contoh Soal
Nilai kontrak termasuk PPN Rp11.000.000
DPP (100/111) x Rp11.000.000 Rp 9.909.910
PPN dipungut (11% dari DPP) Rp 1.090.090
PPh Pasal 22 yang dipungut (1,5% x Rp9.909.910) Rp148.649
Jadi, besarnya PPh Pasal 22 yang dipungut oleh Dinas Pendidikan Kota Tangerang
Selatan sebesar Rp148.0649. PPh Pasal 22 = 1,5% x harga pembelian tidak
termasuk PPN.
Atas pembelian barang yang dananya berasal dari belanja Negara atau belanja daerah
yang dikecualikan dari pemungutan PPh Pasal 22 adalah:
1. Pembayaran atas penyerahan barang (bukan merupakan jumlah yang dipecah-
pecah) yang meliputi jumlah kurang dari Rp 2.000.000,00.
2. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak,listrik,gas,air minum/PDAM,
dan benda-benda pos.
3. Pembayaran/ pencairan dana Jaring Pengaman Sosial (JPS) oleh kantor
Perbendaharaan dan Kas Negara.
Contoh Soal
B. Perhitungan PPh Pasal 22 atas Impor Barang
Pada tanggal 1 Januari 2022, PT ABC mengimpor barang dari Jerman
dengan harga faktur US$100.000. Barang yang diimpor adalah jenis
barang yang tidak termasuk dalam barang-barang tertentu yang ditentukan
dalam Peraturan Menteri Keuangan No. 41/PMK.010/2022. Biaya asuransi
yang dibayar di luar negeri sebesar 5% dari harga faktur dan biaya angkut
sebesar 10% dari harga faktur.
Bea masuk dan bea masuk tambahan masing-masing sebesar 20% dan
10%. Kurs yang ditetapkan Menteri Keuangan pada saat itu sebesar
US$1= Rp14.500. Hitunglah PPh Pasal 22 yang dipungut oleh Ditjen Bea
Cukai jika PT ABC memili API (Angka Pengenal Impor) dan jika tidak
memiliki API?
Contoh Soal
(a) Harga faktur (cost) : $100.000
PPh Pasal 22 yang dipungut oleh DJBC jika PT ABC tidak memiliki API (7,5%
x Nilai Impor)
7,5% X Rp 2.169.750.000 = Rp 162.731.250
Contoh Soal
C. Perhitungan PPh Pasal 22 atas Penjualan Hasil Produksi Industri
Tertentu
Pada bulan Agustus, PT Semen Sentosa menjual hasil produknya kepada PT Indah Bahagia senilai
Rp825.000.000. harga tersebut sudah termasuk PPN sebesar 11%. Pada bulan April, PT Gerhana yang
bergerak dalam industri kertas menjual hasil produksinya senilai Rp550.000.000 kepada PT Halilintar.
Harga tersebut sudah termasuk PPN sebesar 11%. Pada bulan Juli, PT Baja Perkasa menjual hasil
produknya kepada PT Adi Karya senilai Rp1.100.000.000. Harga tersebut sudah termasuk PPN sebesar
11%.
Contoh Soal
Pph 22 yang di pungut adalah:
1. DPP PPN : (100/111) x Rp 825.000.000) = Rp 743.243.243
0,25% x Rp 743.243.243 = Rp 188.108
PT Pertamina selaku produsen bahan bakar minyak, gas, dan pelumas menyerahkan
bahan bakar minyak senilai Rp300.000.000 (tidak termasuk PPN) kepada non-SPBU.
Maka, berapakah PPh Pasal 22 yang dipungut?
Jawaban
PPh Pasal 22 yang dipungut atas penyerahan bahan bakar minyak adalah:
0,3% x Rp 300.000.000 = Rp900.000
● Tata cara Pemungutan, Penyetoran, dan Pelaporan PPh Pasal 22
○ Atas Impor
Dirjen Bea dan Cukai harus menyetorkan pemungutan PPh Pasal 22 atas
impor dalam jangka waktu sehari setelah pemungutan pajak dilakukan ke
Kantor Pos dan Giro atau Bank-Bank Persepsi, dan harus melaporkan hasil
pemungutannya tersebut ke Kantor Pelayanan Pajak secara mingguan
selambat-lambatnya tujuh hari setelah batas waktu penyetoran pajak
terakhir
Dirjen Anggaran, Bendaharawan Pemerintah Pusat/Daerah, BUMN/D, harus
memungut dan menyetorkan pemungutan PPh Pasal 22 ke Kantor Pos dan Giro atau
Bank Persepsi, pada hari yang sama dengan pelaksanaan pembayaran, dengan
menggunakan formulir SSP yang telah diisi oleh dan atas nama rekanan serta
ditandatangani oleh Bendaharawan. SSP berlaku sebagai bukti pungutan pajak.
Pelaporan harus disampaikan selambat-lambatnya empat belas hari setelah Masa
Pajak berakhir
○ Badan usaha yang bergerak di bidang industri semen, rokok, kertas, baja dan
otomotif yang ditunjuk oleh Kepala KPP harus memungut PPh pasal 22 atas
penjualan hasil produksinya di dalam negeri dan wajib menerbitkan Bukti
Pemungutan PPh Pasal 22 dalam rangkap tiga, yaitu:
Contoh:
PT Alif merupakan perusahaan Indonesia yang memiliki saham Terrific Inc di negara X.Pada tahun
2011, Terrific Inc. memperoleh laba sebelum pajak sebesar $400.000,00. PPh yang berlaku di
negara X adalah 20% dan Pajak Dividen sebesar 10%. Penghitungan pajak atas dividen tersebut:
Keuntungan Terrific Inc $400.000,00
PPh (corporate income tax) atas Terrific Inc $ 80.000,00
$320.000,00
Pajak atas dividen $ 32.000,00
Dividen yang dikirim ke Indonesia $ 288.000,00
Perlakuan Perpajakan dan Penentuan Sumber
Penghasilan
• Penghasilan BUT
5 • Negara tempat BUT menjalankan usaha/kegiatan
• Penghasilan dari pengalihan sebagian/seluruh hak
penambangan/tanda pemberian modal kepada perusahaan
6 penambangan
• Negara lokasi penambangan berada
Sumber Penghasilan
• Keuntungan karena pengalihan harta
tetap
7 • Negara tempat harta tetap berada
48
Objek Penggabungan Penghasilan
Penghasilan dari usaha yaitu dilakukan dalam tahun pajak
diperolehnya penghasilan tersebut
○ Penghasilan dari dividen yang dibayarkan tahun 2022 oleh “England Ltd”
(poin 2)
○ Penghasilan dari dividen yang diperoleh tahun 2022 dari “Xie Wie Corp”
(poin 3)
53
Ilustrasi 2 – Kredit Pajak LN WP Badan
PT Alamsari di Medan memperoleh penghasilan neto dalam tahun 2011 sebagai
berikut:
Penghasilan DN Rp 2.000.000.000,00
Penghasilan LN (tarif pajak 15%) Rp 1.000.000.000,00
Karena kredit pajak LN (Rp 250 juta) lebih dari pajak LN yang terutang/dibayar
di LN,yaitu (15% x Rp 1.000.000.000,00), maka batas maksimum jumlah kredit
pajak LN yang boleh dikreditkan adalah sebesar Rp 150.000.000.000,00
Ilustrasi 3 – Pajak LN WP Orang Pribadi
Bila Iustrasi 2 diganti dengan WP orang pribadi, maka penghitungan PKP dikurangi terlebih dahulu
dengan PTKP, sehingga penghitungan PPh 24 adalah:
1. Penghasilan neto DN Rp 2.054.000.000,00
Penghasilan neto LN Rp 1.000.000.000,00
PTKP (K/0) (Rp 54.000.000,00)
PKP Rp 3.000.000.000,00
PT Amboy di Yogyakarta dalam tahun 2022 memperoleh penghasilan neto sebagai berikut:
Penghasilan dari DN Rp 2.000.000.000,00
Penghasilan dari Italia (pajak 40%) Rp 1.000.000.000,00
Penghasilan dari Inggris (pajak 30%) Rp 2.000.000.000,00
Jumlah penghasilan neto Rp 5.000.000.000,00
Bila penghasilan neto = PKP, maka besarnya PPh yang terutang terutang menurut Pasal 17
UU PPh:
22% x Rp 5.000.000.000,00 = Rp 1.100.000.000,00
Ilustrasi 5… Lanjutan
Batas maksimum kredit pajak LN untuk masing-masing negara:
a. Italia
Rp 1.000.000.000 x Rp 1.250.000.000 = Rp 250.000.000,00
Rp 5.000.000.000
b. Inggris
Rp 2.000.000.000 x Rp 1.250.000.000 = Rp 500.000.000,00
Rp 5.000.000.000
Pajak yang terutang di LN sebesar Rp 600.000.000 lebih besar dari batas maksimum
kredit pajak yang dapat dikreditkan, sehingga jumlah kredit pajak yang diperbolehkan
Rp 500.000.000,00.
Jumlah kredit pajak LN: Rp 250 juta + Rp 500 juta = Rp 750 juta
Ilustrasi 6 – Kerugian di LN
Apabila penghasilan luar negeri berasal dari beberapa negara, maka perhitungan batas
maksimum kredit pajak dilakukan untuk masing-masing negara
Rugi Usaha di Luar Negeri
○ Penyampaian permohonan kredit pajak yang terutang atau dibayar di luar negeri
tersebut dilakukan bersamaan dengan penyampaian SPT Tahunan PPh.
Penggabungan Penghasilan Penggabungan
Penghasilan yg berasal dari LN dilakukan sbb:
Penggabungan penghasilan dari usaha dilakukan dalam
tahun pajak diperolehnya penghasilan tersebut (accrual
basis)
Penggabungan penghasilan lainnya dilakukan dalam
tahun pajak diterimanya penghasilan tersebut (cash basis)
Penggabungan penghasilan yang berupa dividen (pasal 18
ayat 2 UU PPh) dilakukan dalam tahun pajak pada saat
perolehan dividen tersebut di tetapkan sesuai dengan
Keputusan Menteri Keuangan
Batas Maksimum Kredit Pajak
Batas Maksimum Kredit Pajak diambil yang
terendah dari 3 unsur/perhitungan berikut
ini :
● Jumlah Pajak yang terutang atau dibayardi Luar Negeri
● ( Penghasilan Luar Negeri : Seluruh Penghasilan Kena
Pajak ) x PPh atas seluruh yang dikenakan tarif pasal 17
● Jumlah pajak yang terutang untuk seluruh penghasilan
kena pajak (dalam hal penghasilan kena pajak adalah
lebih kecil daripada penghasilan luar negeri)
Batas Maksimum Kredit Pajak untuk
setiap Negara (per Country Limitation)