Anda di halaman 1dari 77

PAJAK PENGHASILAN PASAL 22

PENGERTIAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 22

Menurut UU Pajak Penghasilan (PPh) Nomor 36 Tahun 2008

Adalah bentuk pemotongan atau pungutan pajak yang dilakukan satu pihak terhadap wajib
pajak dan berkaitan dengan kegiatan perdagangan barang.

Ketentuan PPh Pasal 22 relatif lebih rumit dibandingkan dengan PPh lainnya, seperti PPh
21 ataupun PPh 23. PPh Pasal 22 dikenakan terhadap perdagangan barang yang dianggap
‘menguntungkan’, sehingga baik penjual maupun pembelinya dapat menerima
keuntungan dari perdagangan tersebut.

2
PPh Pasal 22 adalah PPh yang dipungut oleh:
1. Bendahara Pemerintah Pusat/Daerah, instansi atau lembaga
pemerintah dan lembaga-lembaga negara lainnya, berkenaan
dengan pembayaran atas penyerahan barang;
2. Badan-badan tertentu, baik badan pemerintah maupun swasta
berkenaan dengan kegiatan di bidang impor atau kegiatan usaha
di bidang lain.
3. Wajib Pajak Badan yang melakukan penjualan barang yang
tergolong sangat mewah.

3
PEMUNGUT PPH PASAL 22
Bendahara dan Badan-badan yang memungut PPh Pasal 22 Sebesar 1,5% dari Pembelian adalah :

1. Bank Devisa dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) atas objek PPH Pasal 22 Import Barang.
2. Bendahara Pemerintah dan Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) sebagai pemungut pajak pada pemerintah pusat, pemerintah daerah,
instansi atau Lembaga pemerintah dan Lembaga-Lembaga negara lainnya, berkenaan dengan pembayaran atas pembelian barang.
3. Bendahara pengeluaran berkenaan dengan pembayaran atas pembelian barang yang dilakukan dengan mekanisme uang persediaan
(UP).
4. Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) atau pejabat penerbit Surat Perintah Membayar yang diberikan delegasi oleh Kuasa Pengguna
Anggaran (KPA), berkenaan dengan pembayaran atas pembelian barang kepada pihak ketiga yang dilakukan dengan mekanisme
pembayaran langsung (LS).
5. Badan Usaha Milik Negara (BUMN), yaitu badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui
penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan.
6. Industri dan eksportir yang bergerak dalam sektor kehutanan, perkebunan, pertanian, peternakan, dan perikanan, atas pembelian
bahan-bahan dari pedagang pengumpul untuk keperluan industrinya atau ekspornya.
7. Industri atau badan usaha yang melakukan pembelian komoditas tambang batubara, mineral logam, dan mineral bukan logam, dari
badan atau orang.

4
Pemungut & Objek PPh 22
No. Pemungut Objek
1 Bank Devisa dan DJBC Impor barang
2 DJPb & Bendahara Pemerintah Pusat/Daerah Pembelian barang
yang melakukan pembayaran
3 BUMN/BUMD Pembelian barang dengan dana
APBN/APBD (kec.poin 4)
4 BI, PPA, BULOG, Telkom, PLN, Garuda Pembelian barang dengan dana
Indonesia, Indosat, Krakatau Steel, Pertamina, bersumber dari APBN dan non APBN
dan Bank BUMN
5 Badan usaha bidang industri Semen, Rokok, Penjualan hasil produksi di DN
Kertas, Baja, & Otomotif yang ditunjuk Kepala
KPP
6 Produsen/Importir bahan bakar minyak, gas, & Penjualan bahan bakar minyak, gas,
pelumas pelumas
7 Industri & Eksportir sektor perhutanan, perkebunan, Pembelian bahan-bahan untuk
pertanian, & perikanan yang ditunjuk Dirjen Pajak keperluan industri atau ekspor mereka
5
dari pedangan pengumpul
8 WP Badan Penjualan barang sangat mewah
WAJIB PAJAK BADAN ATAU PERUSAHAAN SWASTA YANG WAJIB
MEMUNGUT PPH 22 SAAT PENJUALAN
1. Badan usaha yang bergerak dalam bidang usaha industri semen, industri kertas, industri baja, industri
otomotif, dan industri farmasi, atas penjualan hasil produksinya kepada distributor di dalam negeri.
2. Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM), Agen Pemegang Merek (APM), dan importir umum kendaraan
bermotor, atas penjualan kendaraan bermotor di dalam negeri.
3. Produsen atau importir bahan bakar minyak, bahan bakar gas, dan pelumas, atas penjualan bahan bakar
minyak, bahan bakar gas, dan pelumas.
4. Badan usaha yang bergerak dalam bidang usaha industri baja yang merupakan industri hulu, termasuk
industri hulu yang terintegrasi dengan industri antara dan industri hilir.
5. Pedagang pengumpul berupa badan atau orang pribadi yang kegiatan usahanya mengumpulkan hasil
kehutanan, perkebunan, pertanian, peternakan, dan perikanan.
6. Menjual hasil tersebut kepada badan usaha industri dan eksportir yang bergerak dalam sektor kehutanan,
perkebunan, pertanian, peternakan, dan perikanan.
7. Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan No. 90/PMK.03/2015, pemerintah menambahkan pemungut
PPh Pasal 22 dengan wajib pajak badan yang melakukan penjualan barang yang tergolong sangat mewah.

6
No. Pemungut
Tarif PPh Pasal 22
Objek Tarif
• Dengan API 2,5% dari NI
• Tanpa API 7,5% dari NI
1 Bank Devisa dan DJBC Impor barang
• Yang tidak dikuasai 7,5% dari
harga lelang
• 1,5% dari harga pembelian
DJPb & Bendahara Pemerintah
2 Pembelian barang tidak termasuk PPN
Pusat/Daerah yang melakukan pembayaran
• Tidak final
Pembelian barang dengan • 1,5% dari harga pembelian
3 BUMN/BUMD dana APBN/APBD (kec.poin tidak termasuk PPN
4) • Tidak final
BI, PPA, BULOG, Telkom, PLN, Pembelian barang dengan • 1,5% dari harga pembelian
4 Garuda Indonesia, Indosat, Krakatau Steel, dana bersumber dari APBN tidak termasuk PPN
Pertamina, dan Bank BUMN dan non APBN • Tidak final
• Kertas = 0.1% x DPP PPN
(Tidak Final)
• Semen = 0.25% x DPP
Badan usaha bidang industri Semen, Rokok, PPN (Tidak Final)
5 Penjualan hasil produksi di DN
Kertas, Baja, & Otomotif yang ditunjuk Kepala KPP • Baja = 0.3% x DPP PPN
(Tidak Final) 7

• Otomotif = 0.45% x DPP


Tarif PPh Pasal 22
No. Pemungut Objek Tarif

• 0,3% dari nilai


penjualan.
Produsen/Importir bahan • Pungutan PPh Pasal 22
Penjualan bahan bakar minyak,
6 bakar minyak, gas, & kepada penyalur/agen,
pelumas gas, pelumas
bersifat final. Selain
penyalur/agen bersifat
tidak final

Industri & Eksportir


Pembelian bahan-bahan untuk
sektor perhutanan, 0,25% dari harga
keperluan industri atau ekspor
7 perkebunan, pertanian, pembelian tidak
mereka dari pedangan
& perikanan yang termasuk PPN.
pengumpul
ditunjuk Dirjen Pajak 8
Tarif PPh Pasal 22
No. Pemungut Objek Tarif
Penjualan barang sangat mewah:
• Pesawat udara pribadi dengan harga jual lebih dari Rp
20 M
• Kapal pesiar dan sejenisnya dengan harga jual
lebih dari Rp10 M
• Rumah beserta tanahnya dengan harga jual atau
harga pengalihannya lebih dari Rp10 M dan luas
bangunan lebih dari 500 m2. 5% dari harga
jual tidak
8 WP Badan • Apartemen, kondominium,dan sejenisnya dengan harga
termasuk PPN
jual atau pengalihannya lebih dan PPnBM
dari Rp10 M dan/atau luas bangunan lebih dari 400 m2.
• Kendaraan bermotor roda empat pengangkutan
orang kurang dari 10 orang
berupa sedan, jeep, sport utility vehicle(suv),
multi purpose vehicle (mpv), minibus dan sejenisnya
dengan harga jual lebih dari Rp 5 M dan dengan
kapasitas silinder lebih dari 3.000 cc.
9
9 Importir dengan API Kedelai, gandum, tepung terigu 0,5% dari NI
OBJEK PPH PASAL 22
Objek PPh Pasal 22 berdasarkan Pasal 1 Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 34/PMK.010/2017 (PMK 34/2017) :
Contoh :
1. Impor barang dan ekspor barang komoditas tambang batubara, mineral
logam, dan mineral bukan logam yang dilakukan oleh eksportir.

Perhitungannya :

a) Yang Menggunakan Angka Pengenal Impor (API) = 2,5% x Nilai Import


(Suatu Barang).
b) Non Angka Pengenal Impor (API) = 7,5% x Nilai Import (Suatu Barang).
c) Yang Tidak Dikuasai = 7,5% x Harga Jual Lelang (Suatu Barang).

Contoh :
• Jika, PPh Pasal 22 yang dipungut oleh DJBC, jika PT ABC memiliki API
(2,5% x Nilai Impor) : 2,5% x Rp1.495.000.000 = Rp37.375.000
• PPh Pasal 22 yang dipungut oleh DJBC jika PT ABC tidak memiliki API
(7,5% x Nilai Impor): 7,5% X Rp1.495.000.000 = Rp112.125.000
10
OBJEK PPH PASAL 22

2. Pembayaran atas pembelian barang yang dilakukan


oleh bendahara pemerintah dan Kuasa Pengguna
Anggaran (KPA) sebagai pemungut pajak pada
Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Instansi atau
lembaga Pemerintah, dan lembaga-lembaga negara
lainnya.

Contoh :

11
Tidak punya NPWP ?

Lebih tinggi
dari tarif PPh
Pasal 22
Contoh Cara Menghitung PPh Pasal 22 Atas Pembelian
Barang Yang Dibiayai dengan APBN/ APBD

PT Jayadi Maju melakukan penjualan lemari arsip kepada Departemen Dalam Negri senilai Rp
220 juta. Pembayaran dilakukan oleh Bendaharawan Depdagri. Dalam kontrak penjualan dengan
pemerintah yang didanai dari APBN/APBD, biasanya harga jual sudah termasuk Pajak
Pertambahan Nilai sebesar 11%.

Diminta : Hitunglah PPh Pasal 22 PT Jayadi Maju

Jawab :

• Dasar Pengenaan PPh Pasal 22: (100/111 x Rp 220 juta)= Rp 198.198.198,198.

• PPh Pasal 22 yang dipungut Bendaharawan Pemerintah dari transaksi pembayaran: Rp 200.000.000,00 x
1,5%= Rp 3.000.000,00 13
OBJEK PPH PASAL 22
Objek PPh Pasal 22 berdasarkan Pasal 1 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 34/PMK.010/2017 (PMK
34/2017) :

3. Penjualan hasil produksi ditetapkan berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pajak, yaitu:

a) Kertas = 0.1% x DPP PPN (Tidak Final).


b) Semen = 0.25% x DPP PPN (Tidak Final).
c) Baja = 0.3% x DPP PPN (Tidak Final).
d) Otomotif = 0.45% x DPP PPN (Tidak Final)

4. Penjualan hasil produksi atau penyerahan barang oleh produsen atau importir bahan bakar minyak,gas, dan pelumas
adalah sebagai berikut:

• Pemungutan PPh Pasal 22 Kepada Penyalur/Agen, Bersifat Final. Selain Penyalur/Agen Bersifat Tidak Final.

5. Atas pembelian bahan-bahan untuk keperluan industri atau ekspor dari pedagang pengumpul ditetapkan = 0,25 % x
harga pembelian (tidak termasuk PPN)
6. Atas impor kedelai, gandum, dan Tepung terigu oleh importir yang menggunakan API = 0,5% x nilai impor.
7. Untuk yang tidak memiliki NPWP dipotong 100% lebih tinggi dari tarif PPh Pasal 22.
14
OBJEK PPH PASAL 22

8. Dalam Pasal 1 Peraturan


Menteri Keuangan Nomor
90/PMK.03/2015 tentang Wajib
Pajak Badan Tertentu sebagai
Pemungut Pajak Penghasilan dari
Pembeli atas Penjualan Barang
yang Tergolong Sangat Mewah.
15
PENGECUALIAN PEMUNGUTAN PPH PASAL 22

1. Impor barang-barang dan/atau penyerahan barang yang berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan tidak terutang PPh.
Pengecualian tersebut, harus dinyatakan dengan Surat Keterangan Bebas PPh Pasal 22 yang diterbitkan oleh Direktur Jenderal Pajak.
2. Impor barang-barang yang dibebaskan dari bea masuk:

• Yang dilakukan ke dalam Kawasan Berikat (kawasan tanpa bea masuk hingga barang tersebut dikeluarkan untuk impor, ekspor atau re-
impor) dan Entrepot Produksi Untuk Tujuan Ekspor (EPTE), yaitu tempat penimbunan barang dagangan karena pengimpornya tidak
membayar bea masuk sebagaimana mestinya.
• sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dan Pasal 7 PP Nomor 6 Tahun 1969 tentang Pembebanan atas Impor sebagaimana diubah dan
ditambah terakhir dengan PP Nomor 26 tahun 1988 dan Peraturan Pemerintah Nomor 2 tahun 1973.
• Berupa kiriman hadiah :
• Untuk tujuan keilmuan

3. Pembayaran atas penyerahan barang yang dibebankan kepada belanja negara/daerah yang meliputi jumlah kurang dari Rp 2.000.000,-
(bukan merupakan jumlah yang dipecah-pecah).
4. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, air minum/PDAM, bendabenda pos, dan telepon.

16
Pengecualian Pemungutan PPh 22
No. Transaksi Keterangan
1 Impor barang dan atau penyerahan barang yang Dinyatakan dengan SKB
berdasar UU tidak terutang PPh
2 Impor barang yang dibebaskan dari BM dan atau PPN Dilaksanakan oleh DJBC

3 Impor sementara jika waktu impornya nyata2 Dilaksanakan oleh DJBC


dimaksudkan untuk diekspor kembali
4 Pembayaran atas pembelian barang oleh pemerintah
yang jumlahnya ≤ Rp 2juta dan tidak terpecah-pecah

5 Pembayaran untuk pembelian bahan bakar


minyak, listrik, gas, air minum/PDAM, benda-
benda pos.
6 Emas batangan yang akan di proses untuk Dinyatakan dengan SKB
menghasilkan barang perhiasan dari emas untuk 17

tujuan ekspor
Pengecualian Pemungutan PPh Pasal 22

No. Transaksi Keterangan

7 Pembayaran/pencairan dana Jaring Pengaman


Sosial oleh Kantor Perbendaharaan dan Kas
Negara.

8 Impor kembali (re-impor) dalam kualitas yang sama memenuhi syarat yang
atau barang-barang yang telah diekspor untuk ditentukan oleh Direktorat
keperluan perbaikan, pengerjaan dan pengujian Jenderal Bea dan Cukai.

9 Pembayaran untuk pembelian gabah dan atau


beras oleh Bulog.
18
Saat Terutang dan Pelunasan/Pemungutan

Impor barang • Terutang dan dilunasi saat pembayaran BM


• Jika pembayaran BM ditunda atau
dibebaskan  saat penyelesaian dok PIB
Pembelian barang • Terutang dan dipungut saat pembayaran
(2,3,4)
Penjualan hasil • Terutang dan dipungut saat penjualan
produksi (5)
Penjualan hasil • Dipungut saat penerbitan Surat Perintah
produksi (6) Pengeluaran Barang (DO)
Pembelian bahan- • Terutang dan dipungut saat pembelian
bahan (7) 19
Tata Cara Pemungutan, Penyetoran dan Pelaporan
Kegiatan Pemungutan Penyetoran Pelaporan
Impor Surat Setoran Pajak, ke Bank Devisa, Bank Ke KPP secara mingguan
Cukai, dan Pabean Persepsi, atau Bendahara paling lambat 7 hari
(SSCP) DJBC dalam 1 hari setelah batas waktu
setelah pemungutan penyetoran
Pembelian oleh DJPb & Pemungut menerbitkan Disetor atas nama WP Paling lambat 14 hari
Bendahara bukti pungutan rangkap 3: rekanan ke bank persepsi setelah masa pajak
Lembar 1: Pembeli atau kantor pos pada berakhir
Lembar 2: KPP hari yang sama dengan
Lembar 3: Pemungut saat pembayaran.
Pembelian oleh SSP Disetor atas nama WP Paling lampat tanggal 20
BUMN/BUMD penjual ke bank persepsi setelah masa pajak
atau kantor pos paling berakhir
lambat tgl 10 bulan
berikutnya setelah masa
pajak berakhir
• Penjualan hasil SSP Disetor atas nama WP ke Paling lampat 20 hari
produksi bank persepsi atau setelah masa pajak
• Penjualan Barang kantor pos paling lambat berakhir
20
Mewah tgl 10 bulan berikutnya
setelah masa pajak
Jika jatuh tempo penyetoran dan
pelaporan bertepatan dengan hari libur?

Setor dan Lapor di hari kerja berikutnya.

21
PEMBAYARAN PPH PASAL 22

PPh Pasal 22 adalah cicilan PPh pada tahun berjalan. Maksudnya, pada akhir tahun,
cicilan ini akan diperhitungkan menjadi kredit pajak PPh badan atau PPh orang
pribadi.

PPh Pasal 22 yang berbentuk SSE, artinya PPh Pasal 22 tersebut dibayar
langsung ke bank persepsi oleh wajib pajak yang bersangkutan pada saat
transaksi. Transaksi yang wajib dibayar langsung adalah transaksi yang berkaitan
dengan impor dan bendahara.

22
KEWAJIBAN MEMBUAT BUKTI PUNGUT

Pemungut PPh Pasal 22 selain wajib membuat bukti pungut juga wajib menyetor
PPh yang dipungut dengan kode pajak 411122-900 ke bank persepsi, kemudian
melaporkannya dalam SPT Masa PPh Pasal 22.

Sedangkan pihak yang dipungut mendapat bukti pungut dan dapat dikreditkan
pada akhir tahun di SPT Tahunan.

Penjualan bahan bakar minyak dan gas ke agen atau penyalur dikenakan atas PPh
bersifat final. Artinya, wajib pajak yang hanya memiliki usaha tersebut, maka hanya
wajib lapor SPT Tahunan yang dilampiri bukti potong.
23
EFILING PPH PASAL 22

PPh Pasal 22 dilaporkan paling lambat


tanggal 20 setiap bulannya. Caranya
mudah dan cepat, serta tak perlu antre di
KPP lagi. Cukup impor file CSV SPT
Masa PPh Pasal 22 dari software e-SPT ke
Online Pajak. Lalu lapor dan dapatkan
bukti lapornya dalam 1 klik saja!

24
Contoh Soal

A. Perhitungan PPh Pasal 22 atas Pembelian


Barang oleh Instansi Pemerintah
PT DTC berkedudukan di Jakarta, menjadi pemasok alat-alat tulis kantor bagi
Dinas Pendidikan Kota Tangerang Selatan. Pada tanggal 1 Oktober 2022,
PT DTC melakukan penyerahan barang kena pajak dengan nilai kontrak
sebesar Rp11.000.000 (nilai sudah termasuk PPN). Maka, berapakah PPh
Pasal 22 yang dipungut oleh Dinas Pendidikan Kota Tangerang Selatan?

25
Contoh Soal
Nilai kontrak termasuk PPN Rp11.000.000
DPP (100/111) x Rp11.000.000 Rp 9.909.910
PPN dipungut (11% dari DPP) Rp 1.090.090
PPh Pasal 22 yang dipungut (1,5% x Rp9.909.910) Rp148.649

Jadi, besarnya PPh Pasal 22 yang dipungut oleh Dinas Pendidikan Kota Tangerang
Selatan sebesar Rp148.0649. PPh Pasal 22 = 1,5% x harga pembelian tidak
termasuk PPN.

Atas pembelian barang yang dananya berasal dari belanja Negara atau belanja daerah
yang dikecualikan dari pemungutan PPh Pasal 22 adalah:
1. Pembayaran atas penyerahan barang (bukan merupakan jumlah yang dipecah-
pecah) yang meliputi jumlah kurang dari Rp 2.000.000,00.
2. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak,listrik,gas,air minum/PDAM,
dan benda-benda pos.
3. Pembayaran/ pencairan dana Jaring Pengaman Sosial (JPS) oleh kantor
Perbendaharaan dan Kas Negara.
Contoh Soal
B. Perhitungan PPh Pasal 22 atas Impor Barang
Pada tanggal 1 Januari 2022, PT ABC mengimpor barang dari Jerman
dengan harga faktur US$100.000. Barang yang diimpor adalah jenis
barang yang tidak termasuk dalam barang-barang tertentu yang ditentukan
dalam Peraturan Menteri Keuangan No. 41/PMK.010/2022. Biaya asuransi
yang dibayar di luar negeri sebesar 5% dari harga faktur dan biaya angkut
sebesar 10% dari harga faktur.

Bea masuk dan bea masuk tambahan masing-masing sebesar 20% dan
10%. Kurs yang ditetapkan Menteri Keuangan pada saat itu sebesar
US$1= Rp14.500. Hitunglah PPh Pasal 22 yang dipungut oleh Ditjen Bea
Cukai jika PT ABC memili API (Angka Pengenal Impor) dan jika tidak
memiliki API?
Contoh Soal
(a) Harga faktur (cost) : $100.000

(b) Biaya Asuransi (insurance) : (5% x US$100.000) $5.000

(C) Biaya Angkut (freight) : (10% x US$100.000) $10.000

CIF (cost, insurance & : (a+b+c) $115.000


freight)
(d) : (US$115.000 x Rp14.500) Rp1.667.500.000
CIF (dalam rupiah)

(e) Bea Masuk : (20% x Rp1.667.500.000) Rp335.500.000

(f) Bea Masuk Tambahan : (10% x Rp1.667.500.000) Rp166.750.000


(d+e+f)
Nilai Impor : Rp2.169.750.000
Contoh Soal
Jadi, PPh Pasal 22 yang dipungut oleh DJBC, jika PT ABC memiliki API (2,5%
x Nilai Impor)
2,5% x Rp 2.169.750.000 = Rp 54.243.750

PPh Pasal 22 yang dipungut oleh DJBC jika PT ABC tidak memiliki API (7,5%
x Nilai Impor)
7,5% X Rp 2.169.750.000 = Rp 162.731.250
Contoh Soal
C. Perhitungan PPh Pasal 22 atas Penjualan Hasil Produksi Industri
Tertentu
Pada bulan Agustus, PT Semen Sentosa menjual hasil produknya kepada PT Indah Bahagia senilai
Rp825.000.000. harga tersebut sudah termasuk PPN sebesar 11%. Pada bulan April, PT Gerhana yang
bergerak dalam industri kertas menjual hasil produksinya senilai Rp550.000.000 kepada PT Halilintar.
Harga tersebut sudah termasuk PPN sebesar 11%. Pada bulan Juli, PT Baja Perkasa menjual hasil
produknya kepada PT Adi Karya senilai Rp1.100.000.000. Harga tersebut sudah termasuk PPN sebesar
11%.
Contoh Soal
Pph 22 yang di pungut adalah:
1. DPP PPN : (100/111) x Rp 825.000.000) = Rp 743.243.243
0,25% x Rp 743.243.243 = Rp 188.108

Pph 22 yang dipungut adalah:


2. DPP PPN : (100/111) x Rp 550.000.000) = Rp 495.495.495
0,1% x Rp 495.495.495 = Rp 495.495

Pph 22 yang dipungut adalah:


3. DPP PPN : (100/111) x Rp 1.100.000.000) = Rp 990.990.991
0,3% x Rp 990.990.991 = Rp 2.972.973
Contoh Soal
D. Perhitungan PPh Pasal 22 yang Dipungut oleh
Pertamina dan Badan Usaha Selain Pertamina

PT Pertamina selaku produsen bahan bakar minyak, gas, dan pelumas menyerahkan
bahan bakar minyak senilai Rp300.000.000 (tidak termasuk PPN) kepada non-SPBU.
Maka, berapakah PPh Pasal 22 yang dipungut?

Jawaban

PPh Pasal 22 yang dipungut atas penyerahan bahan bakar minyak adalah:
0,3% x Rp 300.000.000 = Rp900.000
● Tata cara Pemungutan, Penyetoran, dan Pelaporan PPh Pasal 22

○ Atas Impor

■ Impor dilengkapi dengan Laporan Kelengkapan


Pemeriksaan/LKP (PPh pasal 22 disetor oleh importir ke
Bank Devisa dengan menggunakan formulir SSP yang
berlaku sebagai bukti pungutan pajak)
■ Impor tidak dilengkapi LKP (PPh pasal 22 dipungut dan
disetor oleh Dirjen Bea dan Cukai)
Dirjen Bea dan Cukai wajib menerbitkan Bukti Pemungutan PPh pasal 22
dalam rangkap 3 yaitu :

1. lembar pertama untuk pembeli


2. lembar kedua untuk disampaikan kepada Dirjen
Pajak sebagai lampiranlaporan bulanan
3. lembar ke tiga untuk arsip Pemungut Pajak yang
bersangkutan

Dirjen Bea dan Cukai harus menyetorkan pemungutan PPh Pasal 22 atas
impor dalam jangka waktu sehari setelah pemungutan pajak dilakukan ke
Kantor Pos dan Giro atau Bank-Bank Persepsi, dan harus melaporkan hasil
pemungutannya tersebut ke Kantor Pelayanan Pajak secara mingguan
selambat-lambatnya tujuh hari setelah batas waktu penyetoran pajak
terakhir
Dirjen Anggaran, Bendaharawan Pemerintah Pusat/Daerah, BUMN/D, harus
memungut dan menyetorkan pemungutan PPh Pasal 22 ke Kantor Pos dan Giro atau
Bank Persepsi, pada hari yang sama dengan pelaksanaan pembayaran, dengan
menggunakan formulir SSP yang telah diisi oleh dan atas nama rekanan serta
ditandatangani oleh Bendaharawan. SSP berlaku sebagai bukti pungutan pajak.
Pelaporan harus disampaikan selambat-lambatnya empat belas hari setelah Masa
Pajak berakhir
○ Badan usaha yang bergerak di bidang industri semen, rokok, kertas, baja dan
otomotif yang ditunjuk oleh Kepala KPP harus memungut PPh pasal 22 atas
penjualan hasil produksinya di dalam negeri dan wajib menerbitkan Bukti
Pemungutan PPh Pasal 22 dalam rangkap tiga, yaitu:

■ Lembar pertama untuk pembeli

■ Lembar kedua untuk disampaikan kepada Dirjen Pajak sebagai lampiran


bulanan

■ Lembar ketiga untuk arsip Pemungut Pajak yang bersangkutan


Badan usaha tersebut harus menyetor secara kolektif pemungutan PPh Pasal 22
selambat-lambatnya tanggal lima belas bulan takwim setelah Masa Pajak
berakhir.

Pelaporan dilakukan dengan cara menyampaikan SPT Masa selambat-lambatnya


dua puluh hari setelah Masa Pajak berakhir
○ PPh Pasal 22 dari penyerahan oleh Pertamina atas hasil produksinya, dari
penyerahan bahan bakar minyak dan gas oleh badan usaha selain
Pertamina dan dari penyerahan gula pasir dan tepung terigu oleh Bulog,
dipungut dengan cara dilunasi sendiri oleh Wajib Pajak ke Bank Persepsi
atau Kantor Pos dan Giro sebelum Surat Perintah Pengeluaran Barang
(Delivery Order) ditebus, dengan menggunakan SSP yang juga
merupakan bukti pungutan pajak.

■ Pelaporan dilakukan dengan cara menyampaikan SPT Masa


selambat-lambatnya dua puluh hari setelah Masa Pajak berakhir
PAJAK PENGHASILAN PASAL 24
Definisi
Pajak yang terutang atau dibayarkan di luar negeri

atas penghasilan yang diterima atau diperoleh dari luar negeri


yang boleh dikreditkan terhadap PPh yang terutang atas seluruh
penghasilan WP DN
Pengkreditan dilakukan dalam tahun pajak digabungkannya
penghasilan dari luar negeri dengan penghasilan di Indonesia

Tujuan  menghindarkan pajak berganda

Jumlah yang dikreditkan tidak melebihi penghitungan pajak yang


terutang berdasarkan UU PPh
PAJAK PENGHASILAN PASAL 24
Pengertian :
PPh pasal 24 mengatur tentang perhitungan besarnya
pajak atas penghasilan yang dibayar atau terutang
di luar negeri yang dapat dikreditkan terhadap
pajak penghasilan yang terutang atas seluruh
penghasilan Wajib Pajak dalam negeri
Pengkreditan pajak luar negeri dilakukan dalam
tahun digabungkannya penghasilan dari luar
negeri dengan penghasilan di Indonesia.
Indonesia menganut Tax credit yang ordinary credit
method dengan menerapkan per country limitation
Permohonan Kredit Pajak LN
WP wajib menyampaikan permohonan kepada Dirjen Pajak dengan
melampirkan:

Laporan keuangan dari penghasilan luar negeri

Fotokopi Surat Pemberitahuan Pajak (Tax Return) yang disampaikan


di luar negeri; dan

Dokumen pembayaran pajak di luar negeri

Disampaikan bersamaan dengan penyampaian SPT PPh, kecuali


terjadi force majeur
Perlakuan Perpajakan dan Penentuan Sumber Penghasilan

Pajak yang boleh dikreditkan  hanya pajak yang langsung


dikenakan atas penghasilan yang diterima atau diperoleh WP

Contoh:
PT Alif merupakan perusahaan Indonesia yang memiliki saham Terrific Inc di negara X.Pada tahun
2011, Terrific Inc. memperoleh laba sebelum pajak sebesar $400.000,00. PPh yang berlaku di
negara X adalah 20% dan Pajak Dividen sebesar 10%. Penghitungan pajak atas dividen tersebut:
Keuntungan Terrific Inc $400.000,00
PPh (corporate income tax) atas Terrific Inc $ 80.000,00
$320.000,00
Pajak atas dividen $ 32.000,00
Dividen yang dikirim ke Indonesia $ 288.000,00
Perlakuan Perpajakan dan Penentuan Sumber
Penghasilan

PPh yang boleh dikreditkan atas seluruh PPh terutang PT Alif


adalah pajak yang langsung dikenakan atas penghasilan yang
diterima atau diperoleh di luar negeri, yakni sebesar $32.000.

PPh atas Terrific Inc. tidak dapat dikreditkan terhadap seluruh


PPh terutang PT Alif karena tidak dikenakan langsung atas
penghasilan yang diterima atau diperoleh PT Alif di luar negeri.
Sumber Penghasilan
• Penghasilan dari saham/sekuritas atau keuntungan pengalihan
saham/sekuritas lainnya
1 • Negara tempat badan yang menerbitkan saham/sekuritas
• Bunga, royalti, dan sewa sehubungan dengan penggunaan harta
gerak
2 • Negara tempat pihak yang membayar atau dibebani bunga, royalti,
sewa berada
• Penghasilan sewa sehubungan dengan penggunaan harta tidak
3 bergerak
• Negara tempat harta tersebut terletak
Sumber Penghasilan
• Penghasilan berupa imbalan terkait jasa, pekerjaan, dan kegiatan
4 • Negara tempat pihak yang membayar/dibebani imbalan berada

• Penghasilan BUT
5 • Negara tempat BUT menjalankan usaha/kegiatan
• Penghasilan dari pengalihan sebagian/seluruh hak
penambangan/tanda pemberian modal kepada perusahaan
6 penambangan
• Negara lokasi penambangan berada
Sumber Penghasilan
• Keuntungan karena pengalihan harta
tetap
7 • Negara tempat harta tetap berada

• Keuntungan karena pengalihan harta


yang menjadi bagian dari suatu BUT
8 • Negara tempat BUT berada
Terjadi pengurangan atau pengembalian pajak atas penghasilan
yang dibayar di luar negeri

Besarnya pajak yang dikreditkan di Indonesia menjadi lebih kecil


dari besarnya perhitungan semula

Selisihnya ditambahkan pada PPh yang terutang menurut UU PPh

48
Objek Penggabungan Penghasilan
Penghasilan dari usaha yaitu dilakukan dalam tahun pajak
diperolehnya penghasilan tersebut

Penghasilan lainnya yaitu dilakukan dalam tahun pajak


diterimanya penghasilan tersebut

Penghasilan berupa dividen sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 18 ayat (2) UU PPh yaitu dilakukan dalam tahun pajak
pada saat perolehan dividen tsb ditetapkan sesuai KMK

Kerugian dari luar negeri tidak boleh digabungkan


Saat Penggabungan Penghasilan

• Bila di PKP • Dilakukan


ada • Pajak dari dalam
penghasila penghasila tahun
n dari LN n LN dapat pajak
dikreditka digabungk
n thd PPh annya
terutang penghasila
di n LN dan
Indonesia DN
Tata Cara Perhitungan Kredit Pajak LN
1. Jumlah kredit pajak yang besarnya paling tinggi sama dengan pajak yang dibayar/terutang
di LN tapi tidak boleh lebih dari jumlah tertentu (ordinary credit method)
2. Jumlah tertentu pada no 1 dihitung dengan perbandingan penghasilan LN terhadap PKP
dikalikan dengan pajak terutang atas PKP. Paling tinggi sama dengan pajak yang terutang
atas PKP jikaPKP lebih kecil dari penghasilan LN
3. Jika penghasilan LN dari beberapa negara LN, penghitungan kerdit pajak dilakukan untuk
masing-masing negara
4. PKP yang digunakan sebagai perbandingan tidak termasuk penghasilan yang dikenakan
pajak final
5. Bila PPh yang dibayar/terutang di LN melebihi kredit pajak yang diperbolehkan, kelebihan
tidak dapat dikompensasikan pada tahun beriktunya.
Ilustrasi 1
PT Wahana yang berkedudukan di Surabaya menerima dan memperoleh penghasilan
neto dalam tahun pajak 2022 dari sumber LN sbb:
1. Penghasilan dari hasil usaha di Inggris dalam tahun pajak 2022 sebesar Rp
600.000.000,00
2. Dividen atas pemilikan saham pada “England Ltd.” sebesar Rp 100.000.000,00 yang
berasal dari keuntungan tahun 2020 yang ditetapkan dalam rapat pemegang
saham tahun 2021 dan baru dibayarkan tahun 2022.
3. Dividen atas penyertaan saham sebesar 70% pada “Xie Wie Corp” di Cina yang
sahamnya diperdagangkan di bursa efek sebesar Rp 80.000.000,00 yang berasal
dari keuntungan saham tahun 2020 yang berdasarkan KMK diperoleh tahun 2022.
4. Bunga kuartal IV tahun 2022 sebesar Rp 150.000.000,00 dari “Perusahaan
Selayang’ di Malaysia baaru akan diterima bulan Juli 2023.
Ilustrasi 1… Lanjutan
● Penghasilan dari sumber LN yang digabungkan dengan penghasilan DN dalam
tahun pajak 2022 adalah penghasilan yang bersumber dari:

○ Penghasilan usaha dari Inggris (poin 1)

○ Penghasilan dari dividen yang dibayarkan tahun 2022 oleh “England Ltd”
(poin 2)

○ Penghasilan dari dividen yang diperoleh tahun 2022 dari “Xie Wie Corp”
(poin 3)

○ Penghasilan poin 4 digabung dengan penghasilan DN tahun 2022?

53
Ilustrasi 2 – Kredit Pajak LN WP Badan
PT Alamsari di Medan memperoleh penghasilan neto dalam tahun 2011 sebagai
berikut:
Penghasilan DN Rp 2.000.000.000,00
Penghasilan LN (tarif pajak 15%) Rp 1.000.000.000,00

Penghitungan jumlah maksimum kredit pajak LN adalah:


1. Penghasilan LN Rp 1.000.000.000,00
Penghasilan DN Rp 2.000.000.000,00
Jumlah penghasilan neto Rp 3.000.000.000,00
2. Bila jumlah penghasilan neto = PKP  tarif Pasal 17  PPh:
22% x Rp 3.000.000.000,00 = Rp 660.000.000,00
3. Batas maksimum kredit pajak LN:
Rp 1.000.000.000 x Rp 660.000.000 = Rp 220.000.000,00
Rp 3.000.000.000
Ilustrasi 2… Lanjutan

Karena kredit pajak LN (Rp 250 juta) lebih dari pajak LN yang terutang/dibayar
di LN,yaitu (15% x Rp 1.000.000.000,00), maka batas maksimum jumlah kredit
pajak LN yang boleh dikreditkan adalah sebesar Rp 150.000.000.000,00
Ilustrasi 3 – Pajak LN WP Orang Pribadi
Bila Iustrasi 2 diganti dengan WP orang pribadi, maka penghitungan PKP dikurangi terlebih dahulu
dengan PTKP, sehingga penghitungan PPh 24 adalah:
1. Penghasilan neto DN Rp 2.054.000.000,00
Penghasilan neto LN Rp 1.000.000.000,00
PTKP (K/0) (Rp 54.000.000,00)
PKP Rp 3.000.000.000,00

2. PPh terutang sesuai tarif Pasal 17 UU PPh


5% x Rp 50.000.000,00 Rp 2.500.000,00
15% x Rp 200.000.000,00 Rp 30.000.000,00
25% x Rp 250.000.0000,00 Rp 62.500.000,00
30% x Rp 2.500.000.000,00 Rp 750.000.000,00
Rp 845.000.000,00
Ilustrasi 3… Lanjutan
Batas maksimum kredit pajak LN:
Rp 1.000.000.000,00 x Rp 845.000.000,00 = Rp 276.686.313
Rp 3.054.000.000,00

Pajak yang terutang/dibayar di LN (Rp 150 jt) lebih kecil daripada


batas maksimumnya. Sehingga jumlah kredit pajak LN yang
diperbolehkan adalah Rp 150.000.000,00
Ilustrasi 4 – Kerugian di DN
PT Cendrawasih merupakan perusahaan yang terletak di Surakarta dengan penghasilan neto tahun
2022 :
1. Penghasilan usaha di LN Rp 1.000.000.000,00
Rugi usaha DN (Rp 200.000.000,00)
Jumlah penghasilan neto Rp 800.000.000,00
Pajak penghasilan LN 40% Rp 400.000.000,00
c

2. Bila penghasilan neto = PKP  Pasal 17 UU PPh  PPh terutang:


22% x Rp 800.000.000,00 = Rp 176.000.000,00

3. Batas maksimum kredit pajak LN:


Rp1.000.000.000,00 x Rp 176.000.000,00 =Rp 220.000.000,00
Rp 800.000.000,00
Ilustrasi 4… Lanjutan
Oleh karena pajak yang dibayar di LN (Rp 400 juta) dan batas maksimum
kredit pajak LN yang dapat dikreditkan Rp 250.000.000,00 masih lebih
besar dari jumlah pajak yang terutang
c (Rp 200.000.000,00), maka pajak
yang dibayar di Lnyang dapat dikreditkan adalah Rp 200.000.000,00
Ilustrasi 5 – Penghasilan LN Berasal dari Beberapa Negara

PT Amboy di Yogyakarta dalam tahun 2022 memperoleh penghasilan neto sebagai berikut:
Penghasilan dari DN Rp 2.000.000.000,00
Penghasilan dari Italia (pajak 40%) Rp 1.000.000.000,00
Penghasilan dari Inggris (pajak 30%) Rp 2.000.000.000,00
Jumlah penghasilan neto Rp 5.000.000.000,00

Bila penghasilan neto = PKP, maka besarnya PPh yang terutang terutang menurut Pasal 17
UU PPh:
22% x Rp 5.000.000.000,00 = Rp 1.100.000.000,00
Ilustrasi 5… Lanjutan
Batas maksimum kredit pajak LN untuk masing-masing negara:
a. Italia
Rp 1.000.000.000 x Rp 1.250.000.000 = Rp 250.000.000,00
Rp 5.000.000.000
b. Inggris
Rp 2.000.000.000 x Rp 1.250.000.000 = Rp 500.000.000,00
Rp 5.000.000.000
Pajak yang terutang di LN sebesar Rp 600.000.000 lebih besar dari batas maksimum
kredit pajak yang dapat dikreditkan, sehingga jumlah kredit pajak yang diperbolehkan
Rp 500.000.000,00.
Jumlah kredit pajak LN: Rp 250 juta + Rp 500 juta = Rp 750 juta
Ilustrasi 6 – Kerugian di LN

Kerugian di LN tidak boleh digabungkan/dikompensasikan dengan penghasilan yang


diterima atau diperoleh di Indonesia:
Contoh:
PT Kutilang di Malang memperoleh penghasilan neto dalam tahun 2021:
1. Di Australia memperoleh laba Rp 1.000.000.000 dengan pajak Rp 400.000.000.
2. Di Singapura, memperoleh laba Rp 3.000.000.000 dengan pajak Rp 900.000.000.
3. Di Vietnam, menderita kerugian Rp 2.500.000.000
4. Penghasilan usaha DN Rp 4.000.000.000
Ilustrasi 6… Lanjutan

Penghitungan kredit pajak LN adalah:


1. Penghasilan LN:
a. Laba di Australia Rp 1.000.000.000
b. Laba di Singapura Rp 3.000.000.000
c. Rugi di Vietnam Rp --------------------
Jumlah penghasilan LN Rp 4.000.000.000
2. Penghasilan DN Rp 4.000.000.000
3. Jumlah penghasilan neto Rp 8.000.000.000
4. PPh terutang berdasarkan Pasal 17 UU PPh:
25% x Rp 8.000.000.000 = Rp 2.000.000.000,00
Ilustrasi 6… Lanjutan

Batas maksimum kredit pajak LN untuk masing-masing negara:


a. Untuk Australia
Rp 1.000.000.000 x Rp 2.000.000.000 = Rp 250.000.000
Rp 8.000.000.000
Pajak yang terutang di Australia Rp 400.000.000 namun maksimum kredit pajak Rp 250.000.000
sehingga pajak yang dikreditkan Rp 250.000.000
b. Untuk Singapura
Rp 3.000.000.000 x Rp 2.000.000.000 = Rp 750.000.000
Rp 8.000.000.000
Pajak yang terutang di Singapura sebesar Rp 900.000.000 lebih besar dibandingkan batas
maksimumnya, sehingga pajak yang boleh dikreditkan adalah Rp 750.000.000.

Jumlah kredit pajak LN yang diperbolehkan sebesar:


Rp 250 juta + Rp 750 juta = Rp 1.000.000.000
Ilustrasi 7 – Penghasilan Dikenakan Pajak Final

Penghasilan yang dikenakan pajak final tidak boleh digabungkan.

PT Satelit memperoleh penghasilan tahun 2022 sebesar:


1. Penghasilan dari Hongkong Rp 2.000.000.000 dengan tarif 30%
2. Penghasilan DN Rp 3.500.000.000, termasuk penghasilan sesuai Pasal 4 ayat (2) UU
PPh sebesar Rp 500.000.000

Penghitungan kredit pajak LN:


Penghasilan dari Hongkong Rp 2.000.000.000
Penghasilan DN (koreksi Pasal 4 ayat 2) Rp 3.000.000.000
Total penghasilan neto Rp 5.000.000.000
Ilustrasi 7… Lanjutan
Ph terutang: 22% x Rp 5.000.000.000 = Rp 1.100.000.000

Batas maksimum kredit pajak LN:


Rp 2.000.000.000 x Rp 1.100.000.000 = Rp 440.000.000
Rp 5.000.000.000

Pajak yang terutang di Hongkong sebesar 30% x Rp 2.000.000.000 = Rp 600.000.000,


namun maksimum kredit pajak adlah Rp 500 juta, sehingga pajak LN yang dapat dikreditkan
Rp 500 juta.
Ilustrasi 8

Dalam tahun 2022, PT Karya mendapatkan pengurangan pajak atas penghasilan LN


tahun pajak 2021 sebesar Rp 40.000.000 yang semula telah masuk dalam jumlah pajak
yang dikreditkan terhadap pajak yang terutang tahun 2021, maka jumlah Rp 40.000.000
ditambahkan pada PPh terutang tahun 2022.
Penggabungan Penghasilan
Penggabungan Penghasilan yg berasal dari LN dilakukan sbb:

● Penggabungan penghasilan dari usaha dilakukan dalam tahun


pajak diperolehnya penghasilan tersebut (accrual basis)
● Penggabungan penghasilan lainnya dilakukan dalam tahun
pajak diterimanya penghasilan tersebut (cash basis)
● Penggabungan penghasilan yang berupa dividen (pasal 18 ayat
2 UU PPh) dilakukan dalam tahun pajak pada saat perolehan
dividen tersebut di tetapkan sesuai dengan Keputusan Menteri
Keuangan
Batas Maksimum Kredit Pajak
Batas Maksimum Kredit Pajak diambil yang terendah dari 3 unsur/perhitungan
berikut ini :

● Jumlah Pajak yang terutang atau dibayardi Luar Negeri


● ( Penghasilan Luar Negeri : Seluruh Penghasilan Kena Pajak ) x PPh atas
seluruh yang dikenakan tarif pasal 17
● Jumlah pajak yang terutang untuk seluruh penghasilan kena pajak (dalam
hal penghasilan kena pajak adalah lebih kecil daripada penghasilan luar
negeri)
Batas Maksimum Kredit Pajak untuk setiap Negara
(per Country Limitation)

Apabila penghasilan luar negeri berasal dari beberapa negara, maka perhitungan batas
maksimum kredit pajak dilakukan untuk masing-masing negara
Rugi Usaha di Luar Negeri

Dalam menghitung penghasilan kena pajak, kerugian yang diderita


oleh Wajib Pajak di luar Negeri tidak boleh dikompensasikan
dengan penghasilan yang diterima di dalam negeri ( Indonesia)
Cara Melaksanakan Kredit Pajak Luar Negeri
Untuk melaksanakan pengkreditan pajak yang terutang atau dibayar di luar
negeri, Wajib Pajak wajib menyampaikan permohonan kepada Dirjen
Pajak dengan melampirkan :

● Laporan Keuangan dari penghasilan di luar negeri


● Fotocopi Surat Pemberitahuan Pajak yang disampaikan di luar negeri
● Dokumen pembayaran pajak di luar negeri

○ Penyampaian permohonan kredit pajak yang terutang atau dibayar di luar negeri
tersebut dilakukan bersamaan dengan penyampaian SPT Tahunan PPh.
Penggabungan Penghasilan Penggabungan
Penghasilan yg berasal dari LN dilakukan sbb:
 Penggabungan penghasilan dari usaha dilakukan dalam
tahun pajak diperolehnya penghasilan tersebut (accrual
basis)
 Penggabungan penghasilan lainnya dilakukan dalam
tahun pajak diterimanya penghasilan tersebut (cash basis)
 Penggabungan penghasilan yang berupa dividen (pasal 18
ayat 2 UU PPh) dilakukan dalam tahun pajak pada saat
perolehan dividen tersebut di tetapkan sesuai dengan
Keputusan Menteri Keuangan
Batas Maksimum Kredit Pajak
Batas Maksimum Kredit Pajak diambil yang
terendah dari 3 unsur/perhitungan berikut
ini :
● Jumlah Pajak yang terutang atau dibayardi Luar Negeri
● ( Penghasilan Luar Negeri : Seluruh Penghasilan Kena
Pajak ) x PPh atas seluruh yang dikenakan tarif pasal 17
● Jumlah pajak yang terutang untuk seluruh penghasilan
kena pajak (dalam hal penghasilan kena pajak adalah
lebih kecil daripada penghasilan luar negeri)
Batas Maksimum Kredit Pajak untuk
setiap Negara (per Country Limitation)

Apabila penghasilan luar negeri


berasal dari beberapa negara,
maka perhitungan batas maksimum
kredit pajak dilakukan untuk
masing-masing negara
Rugi Usaha di Luar Negeri

Dalam menghitung penghasilan kena pajak,


kerugian yang diderita oleh Wajib Pajak
di luar Negeri tidak boleh dikompensasikan
dengan penghasilan yang diterima
di dalam negeri ( Indonesia)
Cara Melaksanakan Kredit Pajak Luar Negeri untuk melaksanakan pengkreditan pajak
yang terutang atau dibayar di luar negeri,
Wajib Pajak wajib menyampaika permohonan kepada Dirjen Pajak dengan melampirkan :

 Laporan Keuangan dari penghasilan di luar negeri


 Fotocopi Surat Pemberitahuan Pajak yang disampaikan di luar negeri
 Dokumen pembayaran pajak di luar negeri
Penyampaian permohonan kredit pajak yang terutang atau dibayar di luar
negeri tersebut dilakukan bersamaan dengan penyampaian SPT Tahunan
PPh.

Anda mungkin juga menyukai