Anda di halaman 1dari 7

ANALISIS CEMARAN

LINGKUNGAN
“PENCEMARAN RUANGAN”

UTARI DWI KIRANI


18160049
8 FARMASI 2
“HUBUNGAN KUALITAS UDARA DALAM RUANG
DENGAN KELUHAN PENGHUNI LEMBAGA
PEMASYARAKATAN KELAS IIA KABUPATEN SIDOARJO”
PENDAHULUAN

Kualitas udara dalam ruangan yang baik didefinisikan sebagai udara yang bebas bahan pencemar
penyebab iritasi, ketidaknyamanan atau terganggunya kesehatan penghuni. Temperatur dan kelembapan
ruangan juga memengaruhi kenyamanan dan kesehatan penghuni. Kualitas udara dalam ruang sebenarnya
ditentukan secara sengaja ataupun tidak sengaja oleh penghuni ruangan itu sendiri.
Sumber pencemaran udara dalam ruangan menurut penelitian The National Institute of Occupational
Safety and Health (NIOSH) dirinci menjadi 5 sumber (Aditama, 1992) meliputi:
1. Pencemaran akibat kegiatan penghuni dalam gedung seperti asap rokok, pestisida, bahan pembersih
ruangan
2. Pencemaran dari luar gedung meliputi masuknya gas buangan kendaraan bermotor, cerobong asap dapur
karena penempatan lokasi lubang ventilasi yang tidak tepat
3. Pencemaran dari bahan bangunan ruangan seperti formaldehid, lem, asbestos, fibreglass, dan bahan
lainnya
4. Pencemaran mikroba meliputi bak teri, jamur, virus atau protozoa yang dapat ditemukan di saluran udara
dan alat pendingin ruangan beser ta seluruh sistemnya
5. Kurangnya udara segar yang masuk karena gangguan ventilasi udara dan kurangnya perawatan sistem
peralatan ventilasi.
METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode observasional dengan rancang bangun cross_x0002_sectional.


Penelitian ini dilaksanakan dengan cara wawancara, observasi, dan pengukuran yang meliputi: suhu,
kelembapan, jumlah CO, jumlah debu, dan jumlah total koloni per m3 udara (kuman dan jamur). Jumlah
populasi adalah 538 orang dan jumlah sampel yang diambil dengan cara cluster random sampling
sebanyak 120 orang. Data yang telah diambil kemudian dianalisis secara deskriptif dengan tabulasi dan
secara analitik menggunakan Uji Korelasi Spearman (α = 0,05)
HASIL DAN PEMBAHASAN

Bahwa jika didasarkan pada Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No. 51/ Men/1999 maka suhu
udara ruangan berada pada kondisi nyaman sebab tidak melebihi dari standar baku mutu. Namun jika
didasarkan pada Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 261/Menkes/ SK/II/1998, suhu ruangan berada
pada kondisi tidak nyaman karena melebihi standar baku mutu. Kelembapan udara ruang melebihi
standar baku kutu Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 51/ Men/1999 dan Keputusan Menteri
Kesehatan RI No. 261/Menkes/SK/II/1998. Jumlah CO dan partikel debu udara dalam ruangan kurang
dari standar baku mutu berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No. 51/Men/1999 dan
Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 261/Menkes/ SK/II/1998. Sedangkan jumlah total koloni kuman
dalam udara ruang melebihi standar baku mutu Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 261/Menkes/
SK/II/1998, dan adanya jamur dalam udara ruang juga tidak sesuai, karena dalam Peraturan
Perundangan tersebut udara yang baik adalah udara yang tidak mengandung jamu
Sumber pencemar udara ruangan berasal dari asap rokok dan bau-bauan. Gangguan atau keluhan
kesehatan terbanyak yang dirasakan penghuni adalah batuk. Dari 120 sampel yang diteliti 79,2% di
antaranya merasakan keluhan berupa batuk. Ada hubungan kualitas udara dalam ruang dengan keluhan
yang dirasakan penghuni ruang, variabel yang berhubungan adalah suhu udara dengan keluhan iritasi
kulit yang berupa kulit kering, kulit gatal, dan kulit berminyak. Sedangkan variabel lain, seperti
kelembapan, debu, total koloni kuman, dan total koloni jamur tidak ada hubungannya dengan keluhan
yang dirasakan penghuni ruang.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai