Anda di halaman 1dari 67

GEOLOGY FOR ROAD

CONSTRUCTION
Rinda Karlinasari
KONDISI GEOLOGI KONSTRUKSI JALAN TOL SEMARANG-BAWEN
STA 5+600

Apr 2011
Peta Geologi Lokasi Konstruksi menurut Peta
Geologi Bersistem,1996

Peta Geologi Bersistem, Indonesia,


Lembar : Magelang-Semarang, 1996
Cross Section Geologi
Lokasi Konstruksi
Patahan 1 ? unkown

Laporan Evaluasi Kondisi Geologi Batuan Dasar Area Konstruksi Jalan Tol
Semarang –Solo Sta 5+.00 – 6.+00 Antok, VFS, 2011
Cross Section Geologi
Lokasi Konstruksi

Alinyemen jalan

Antiklin Lapisan
Batu Lempung
Sinklin
Lapisan Batu
Lempung

Sinklin dan Antiklin pada Lapisan Batu Lempung, Antok, VFS, 2011
Pergerakan Kondisi Aktif

Adanya scarp yang tampak tidak


ditumbuhi oleh tanaman
Arah Pergerakan

Bentuk hidung (nose) longsoran,


menunjukkan arah pergerakan
Arah Pergerakan & Trase Jalan

Arah pergerakan dan trase jalan


Batas Pelapisan Batuan

Batas Batulempung
dan Breksi Volkanik
Breksi Volkanik

Batas Endapan talus/


material lepas

Batulempung
Lokasi Mata Air

Mata air

Foto diambil dari pathok sta 5+900 kearah kanan , kearah hulu
aliran sungai. Tebing yang merupakan jejak sesar Normal (turun) ,
pada beberapa titik memunculkan mata air.
Sendang Mata Air

Sendang mata air di bagian atas trase jalan


Trase Jalan

Gambar Photo Udara lokasi trase jalan (Google Earth)


Hasil Tinjauan Geologis
• Secara stratigrafis proyek jalan tol sta 5 +00 s.d. 6+00 berada
pada Batuan dengan Litologi Endapan Talus (Colovium ) dengan
material hasil rombakan batuan diatasnya atau yang lebih tua,
bersifat lepas-lepas berupa batuan beku Andesit , Basal,
berukuran Boulder sampai pasir dan bercampur dengan
Batulempungan. Dibawah lapisan ini dengan batas erosi , berupa
Batuan Breksi Volkanik dari Formasi Kali Getas dengan
kedudukan bidang relatif horisontal. Dibawahnya lagi berupa
Batulempung dari Formasi Kerek dengan batas ketidak selarasan
bersudut ( angular unconformity ) karena formasi ini mengalami
gejala pelipatan sehingga lapisan sedimen menjadi miring-miring
membentuk struktur sinklin-antiklin menunjam kearah Barat.
Hasil Tinjauan Geologis
• Struktur Geologi setempat berada pada Sistem
struktur Sesar Mendatar kali Pengkol . Batuan Formasi
Kerek mengalami pelipatan maupun seretan sesar
(Dragfold) sehingga menjadi lemah. Akibat gerusan air
sepanjang Sesar kali Pengkol cukup dalam membentuk
dataran rendah sepanjang kali Pengkol, sehingga
terjadi ketidak seimbangan Energi pada sisi puncak
dinding-dinding sesar mendatar, salah satunya
mengakibatan terjadinya Sesar-Sesar Turun (Block
Faulting) disisi barat area Proyek Jalan Tol.
Hasil Tinjauan Geologis
• Topografi disebelah barat (kanan jalan)
membentuk amphitheatre sehingga menjadi
daerah tangkapan air hujan (Catchment area)
dengan pola aliran sungai dendritik (pola
rangka daun) sehingga potensial
mengumpulkan air hujan ke satu arah,
dengan kemiringan lereng yang cukup terjal
dan beda elevasi yang cukup tinggi.
Kesimpulan Kajian Geologi
 Dari hasil observasi langsung dilapangan dan
berdasaran analisa Geologi kawasan setempat dapat
Disimpulkan lokasi proyek berada pada tanah yang
tidak stabil dan tidak mungkin dapat dihentikan
pergerakannya sampai 0% . yang bisa dilakukan hanya
memperlambat pergerakan dengan menghambat
pemicu paling dominan, yaitu akumulasi air permukaan
kedalam tanah sampai batas pelapukan batuan sebagai
zona yang bisa menjadi bidang gelincir paling bawah
dan mencegah infiltrasi air kedalam material timbunan.
 Usaha pengontrolan pergerakan dapat dilakukan
dengan :
 perubahan alinyemen vertikal jalan seperti yang telah
dilakukan (penurunan elevasi timbunan) , pada kondisi
ini pergerakan di monitor, jika terjadi kembali
percepatan pergerakan maka langkah selanjutnya
perlu segera dilakukan. Mengontrol seluruh aliran air
pada lokasi, baik yang diluar ROW maupun di dalam
ROW.

 Suatu konstruksi penahan air pada bagian kanan jalan


perlu dibangun, sehingga air tidak melewati bagian
bawah timbunan. Air dikumpulkan pada bagian atas
timbunan dan dialirkan secara terkontrol ke bagian
bawah lereng. Konstruksi dapat berupa sheet pile yang
cukup dalam dengan subdrain atau sumuran.
Kesimpulan Kajian Geologi

 Untuk menghasilkan konstruksi penanganan air yang baik


perlu dilakukan survey secara komprehensif mengenai
besarnya debit aliran air pada bagian atas lereng, dan
morfologi detail aliran air.

 Semua solusi sebaiknya dan seharusnya dilakukan secara


komprehensif memperhitungkan semua kondisi yang
mungkin terjadi pada lokasi tersebut.
WP 116
Dinding bidang sesar yang memotong batuan
Breksi Volkanik Formasi Kali Getas.yang tersingkap
didekat kawasan pemukiman di daerah tinggian .
Breksi dengan kemas Terbuka ini mengindikasikan
adanya tekstur aliran Lava Breksi Volkanik.

WP 107
Batupasir kwarsa sisipan pada Formasi Kerek,
terbresikan, warna yang kekuningan
menunjukkan adanya proses oksidasi dari logam-
logam yang dikandungnya selama pelapukan oleh
air terjadi, kedudukan lapisan N 95⁰E/75⁰,
Shear joint: N 156⁰E/80⁰
N 160⁰E/76⁰

Jalur bidang Sesar turun


Foot wall
Difoto dr posisi
Mata air
Wp.106. kearah
kanan / hulu
Hanging Wall / Blok yang turun
WP115
Mata air di dekat bidang sesar , air yang
keruh menunjukkan adanya suspensi
hasil pelarutan pada proses pelapukan
batuan yang dilewati.
Dasar genangan adalah batuan yang
kedap air dari batuan breksi volkanik .

WP114

Lava Breksi Volkanik yang tersingkap dipermukaan


jalan setapak yang sudah lapuk, berwarna Coklat
kekuningan arena oksidasi ,bila dalam keadaan
segar berwarna Abu-abu kehijauan.

WP114
Batuan breksi Volkanik yang pelapukannya cukup
tebal di gunakan untuk tanah pertanian/tegalan.
WP 113
kearah hulu dari wp 112 di jumpai Batulempung
lanauan , struktur bidang terukur N330⁰ E/79⁰

WP 113

Batulempung lanauan , menyerpih karena pemanasan


Matahari karena tersingkap karena gejala kekar gerus
(shear joint) yang dilewati air anak sungai kecil. Nampak
terbentuk bidang-bidang diskontinyuity karena gejala
tekanan yang kuat.sehingga batuan menjadi lemah.

WP 113
Batupasir tufaan (Volcanic tuff) yang sudah lapuk
menjadi alas dari formasi kali Getas, sangat lembek dan
plastis , bersentuhan dengan batuan yang berumur jauh
lebih tua yaitu Batulempung Formasi kerek.Tuff ini
sangat mudah menyerap air (absorber) dan sangat tidak
stabil ,bisa menjadi bidang gelincir.
WP 112
Bidang perlapisan pada Batupasir halus Formasi kerek,
bidang relatif tegak , menunjukkan bahwa formasi ini
mengalami gejala tektonik yang cukup kuat sampai
terbentuknya struktur bidang yang awalnya datar
/horisontal menjadi hampir tegak.
ked: N113⁰E/81.
Shear Joint : N63⁰E/70⁰

Idem wp.112 (way point 112)


kedudukan bidang N63⁰E/70⁰ ( strike atau arah jurus
bidang perlapisan 63 derajat dari arah utara ketimur,
Dip atau kemiringan bidang 70 derajat terhadap
bidang horisontal .
WP 105
Batulempung lanauan, abu-
abu ,menyerpih , kedudukan
bidang lapisan N107⁰ E/84⁰

Batulempung abu-abu yang lapuk mengalami


alterasi mineral berubah warna kekuningan,
bersifat plastis /lembek, posisi berada di
ujung drainase dibawah papan
bertuliskan :AWAL LAJUR PENDAKIAN 300M.
Breksi Volkanik , lapuk sedang-kuat.
Coklat kekuningan. Posisi di abudment
sisi utara .

Material timbunan bersifat gravelly ,


permukaan yang terutup tumpahan sisa
concrete nampa lebih stabil, sementara
yang terbuka nampa tergerus oleh air
dengan perbedaan cuup dalam.
Dijumpai Batulempung lanauan yang tidak mudah
larut oleh air ( terlihat air relatif jernih) tetapi
kondisinya tercacah-cacah oleh kekar gerus (Shear
Joint) pada proses deformasi tektonik yang berada
pada bagian sistem sesar utama Kali Pengkol
sehingga batuan menjdi lemah.

Endapan talus (Colovium) yang menempati


sebagian area proyek dipermukaan belum
terkonsolidasi dengan baik , sehingga cenderung
lepas-lepas dan mudah mengalami deformasi
maupun dislokasi.
MAP OF
EASTERN
KALIMANTAN
PROVINCE
SYSTEMATIC GEOLOGICAL MAP, INDONESIA.
Sheet : SAMARINDA 1815,1915
MAHAKAM DELTA
The Mahakam delta exhibits a
symmetrical fan-shaped morphology
typical of fluvial-dominated deltas
accumulating in shallow water. The
delta plain is densely vegetated and
incised by fluvial distributaries and
tidal channels. The fluvial
distributaries are rectilinear and
bifurcate seaward from the Mahakam
river. They are groped into a northern
system and a southern distributary
system while the central part of the
delta forms a tide-dominant
interdistributary zone characterized
by sinuous, esturarine-like tidal
channels (Allen & Mercier, 1994)

The general morphology of the delta


can be divided into three radially
concentric systems: the delta plain,
delta front, and prodelta.
World Delta Types
ROAD MAP KALTIM
PHOTOS IN MUARA WAHAU
PHOTOS IN MUARA WAHAU
PHOTOS IN MUARA WAHAU
Muara Wahau Plain
This zone has been distinguished by its typical low undulating terrain from the
mine area to the first occurrence of hilly terrain towards the east; as shown below:
Bedding on this side slope is likely
to be parallel with the slope
(around 15
degrees towards the ENE
direction) and will likely be
undercut in the
batters shown above.
This configuration is difficult to
engineer, as if the cut batter is
flattened, it
runs to the top of the hill and
becomes impractical.
BH R28 (shown on the image
above) recorded sandstone
boulder down to
9 m and periods of atypical core
loss after this down to the end of
the borehole at 16.5 m. Given
the relatively steep side slope
and presence of a
river valley at the base, we
suspect natural existing land
sliding in this area.
Sample reports
of boreholes
BH – R 02
depth 19 - 24 m
BH – R 04
depth 14.50 – 19.50
Map of Central Kalimantan Province
Map of central Kalimantan regional geology
ACCESS ROAD
ACCESS ROAD
Map Coordinates Muara Laung - Pit
Topoghrapic Anak Tingang
Testing Point Hand Boring
Peat soil
Peat soil
Proposed Cikampek-Palimanan
Toll Road
Morphology
Proposed Cikampek-Palimanan Toll Road
Stratigraphy : West Java
Stratigraphy Proposed Cikampek-Palimanan
Toll Road
Stratigraphy
Proposed Cikampek-Palimanan Toll Road
Structure Geology
Proposed Cikampek-
Palimanan Toll Road
Java’s Landslide Location
Java’s Ground Movement
Ground Movement
Proposed Cikampek-Palimanan Toll Road

Anda mungkin juga menyukai