Anda di halaman 1dari 25

Validasi Metode

Pemeriksaan Urinalisis II

dr. Notrisia Rachmayanti, Sp.PK

UNUSA, 30 Mei 2022

1
Kesalahan Preanalitik Pemeriksan
Pemeriksaan Sedimen Urine
1. Kesalahan dalam identitas pasien / mis-identitas
2. Kesalahan dalam input order pemeriksaan.
3. Kesalahan dalam pelabelan identitas pasien/ mis-
labelled.
4. Kesalahan dalam pengambilan spesimen.

2
Kesalahan Preanalitik Pemeriksan Sedimen
Urine
1. Kesalahan dalam mis-identitas  kesalahan dalam
mengidentifikasi pasien yang akan melakukan pemeriksaan 
verifikasi identitas pasien terlebih dahulu sebelum pemeriksaan.
2. Kesalahan dalam input order pemeriksaan  teliti dalam
menginput order pemeriksaan sesuai dengan formulir
permintaan ( penempatan petugas khusus untuk input order)
3. Kesalahan dalam mis-labelled  tertukarnya label spesimen
satu dengan yang lainnya perlu:
- Kehati-hatian dalam penempelan label.
- Segera menempelkan label setelah mendapatkan spesimen.

3
Kesalahan Preanalitik Pemeriksan Sedimen
Urine
4. Kesalahan dalam Pengambilan spesimen 
– Spesimen kurang adekuat / terlalu sedikit ( ± 10-
12 mL)
– Spesimen tercampur dengan faeces 
tercampur bakteri dari normal flora usus.
– Menggunakan spesimen urine sewaktu.

Verifikasi kelayakan sampel


 Spesimen urine untuk sedimen urine harus segera
diperiksa sebelum 2 jam
4
Kesalahan Preanalitik Pemeriksan Sedimen
Urine
5. Kesalahan dalam Paska Pengambilan spesimen 
Untuk pemeriksaan sedimen urine  sampel
urine disentrifugasi terlebih dahulu 
Supernatan dibuang endapan dibuat hapusan
pada obyek glass.

5
Kesalahan analitik Pemeriksan Sedimen Urine

1. Kesalahan dalam tahapan prosedur


pemeriksaan.
2. Kesalahan dalam pembacaan sedimen urine
menggunakan mikroskop (manual )
2. Kesalahan terkait alat pemeriksaan
( automatic)

6
Kesalahan analitik Pemeriksan Sedimen Urine

1. Kesalahan dalam tahapan prosedur pemeriksaan 


pemeriksaan harus dilakukan sesuai dengan Standart
Procedure Operasional (SOP) pemakaian alat yang ada .
2. Kesalahan terkait pembacaan sedimen urine dengan
mikroskop (manual)  butuh tenaga laboran yang
terlatih dalam menginterpretasi sel-sel normal maupun
abnormal yang ada di urine.
3. Kesalahan terkait alat pemeriksaan  pelaksanan
quality kontrol alat yang tepat.

7
Kesalahan paskanalitik Pemeriksan Sedimen
Urine
1. Kesalahan dalam interpretasi / pembacaan
hasil dari alat
2. Kesalahan memasukkan hasil pasien dari alat
ke data hasil.
3. Kesalahan validasi hasil.
4. Kesalahan dalam penyerahan/ pelaporan
hasil pada pasien.

8
Kesalahan pascanalitik Pemeriksan Sedimen
Urine
1. Kesalahan dalam interpretasi / pembacaan hasil dari alat
 perlu kehati-hatian dalam interpretasi hasil
2. Kesalahan memasukkan hasil pasien dari alat ke data
hasil perhatikan penulisan angka dan koma  dapat
diminimalisir dengan penggunaan Laboratory information
system (LIS) yang langsung terkoneksi dengan alat
pemeriksaan automatic.
3. Kesalahan validasi hasil  kompetensi Dokter Penanggung
Jawab laboratorium
4. Kesalahan dalam penyerahan/ pelaporan hasil pada
pasien dapat tertukar dengan hasil pasien yang lain
perlu pencatatan dan pelaporan hasil yang baik
9
Validasi metode Pemeriksaan
• Verifikasi  tindakan kaji ulang yang dilakukan
untuk mencegah terjadinya kesalahan yang
mengacu pada mutu yang ditetapkan.
• Validasi : proses verifikasi untuk menyatakan
bahwa hasil pemeriksaan adalah valid ( benar
dan dapat dipertanggungjawabkan) sehingga
layak untuk dikeluarkan

10
Tujuan Validasi
• Mencegah terjadinya kesalahan hasil
pemeriksaan
• Memastikan bahwa proses-proses sebelumnya
telah sesuai.
• Mengevaluasi hasil pemeriksaan secara
komprehensif
• Mengesahkan pengeluaran hasil

Validasi adalah bagian dari sistem pengendalian


mutu
11
Validasi
• Benteng akhir sebelum hasil keluar
• Memastikan bahwa semua proses mulai dari
persiapan pasien sampai dokumentasi hasil telah
dikejakan dengan benar  melakukan pengkajian :
– Administratif
– Tekhnik
– Patofisiologi
– Verifikasi
– Keterkaitan antar aspek
• Quality kontrol telah memenuhi syarat

12
Validasi
Aspek Administratif  Kita lakukan pengecekan terhadap :
– identitas pasien  apakah identitas sudah sesuai dengan
permintaan.
– Lembar permintaan  apakah pemeriksaan yang diminta
sudah sesuai dengan identitas dan benar jenis
pemeriksaannya.
– Label pemeriksaan  tiap sampel laboratorium akan
memiliki label khusus yang berisi no lab dan identitas.
– Pencatatan hasil  Hasil laboratorium yang tercatat pada
alat harus sesuai yang tersimpan pada data di komputer
– Penyerahan hasil  Hasil lab disampaikan pada pasien
dengan benar.

13
Validasi
Aspek Administratif  Upaya untuk meminimialisir
kesalahan pada aspek administratif :
- Penggunaan barcode  untuk meminimalisir kesalahan
identitas dan label pasien.
- Penggunaan Hospital Information System dan laboratory
Information System  sebagai aplikasi untuk
mempermudah dalam pendaataan permintaan
pemeriksaan lab maupaun perecord’an hasil lab dari
alat.
- Setiap pasien diberikan kitir untuk pengambilan hasil
yang berisi data identitas pasien  kitir diserahkan saat
pengambilan hasil  sehingga tidak tertukar dengan
pasien lain
14
Validasi
Aspek Tekhnis Kita lakukan pengecekan terhadap :
– Tekhnis Pengambilan sampel  Sampel urine menggunakan
tabung bertutup ulir dan steril. Cara pengambilan sampel
urine harus benar dan tepat prosedur.
– Tekhnis penyimpanan sampel  Sampel urine yang digunakan
untuk pemeriksaan sedimen harus menggunakan urine segar
< 2 jam. Penundaan pemeriksaan dapat dilakukan dengan
menambahkan pengawet berupa formalin.
– Tekhnik pemeriksaan  pemeriksaan sedimen urine sesuai
dengan SOP yang berlaku. Alat yang digunakan juga harus
dipastikan berfungsi baik dengan adanya pemeriksaan quaility
kontrol rutin dan kalibrasi alat.

15
Validasi
• Unsur Sedimen urine ada 2 :
1. Unsur Organik  berasal dari suatu organ
atau jaringan  epitel, eritrosit, leukosit,
silinder, sperma, bakteri, parasit
2. Unsur Non Organik tidak berasal dari
suatu organ / jaringan misal kristal.

16
Macam Unsur non organik
• Kristal normal :
1. PH asam : asam urat, natrium urat, kalsium sulfat
2. PH asam/ netral : kalsium oksalat
3. PH alkali/ netral : tripel fosfat
4. PH alkali : kalsium karbonat
• Kristal abnormal : sistin, leusin, tirosin, kolesterol,
bilirubin.
• Obat : sulfonamid

17
Pemeriksaan sedimen urine secara
konvensional menggunakan mikroskop
dengan perbesaran 100x dan 400x.
Pemeriksaan sedimen urine
menggunakan mikroskop (manual) masih
merupakan baku emas. Selain itu
Pemeriksaan sedimen urine juga dapat
menggunakan alat automatic

18
Validasi
Aspek Tekhnis Upaya meminimalisir kesalahan
pada aspek tekhnis.
- Penggunaan SOP terkait pengambilan sampel,
penyimpanan maupun pemeriksaan sampel
- Pemantapan mutu internal dan pemantapan mutu
eksternal diikuti secara rutin
- Terdapat manajemen stock reagen yang baik 
meminimalisir reagen atau bahan kontrol yang
ekspired.

19
Validasi
Aspek Patofisiologi
Patofisiologi dari penyakit yang diderita  Penyakit
yang berkaitan dengan ginjal dan saluran kemih.
1. Infeksi Saluran kemih
2. Nefritis (radang pada ginjal)
3. Keganasan / tumor pada ginjal
4. Batu pada ginjal, kandung kemih dan saluran
kemih.

20
Validasi
Aspek Verifikasi
Melakukan kaji ulang dari serangkaian proses yang
telah dilakukan pada pemeriksaan urinalisis untuk
mencegah terjadinya kesalahan.
Aspek Keterkaitan
Melakukan pengkajian keterkaitan antar aspek.
Dimulai dari preanalitik-analitik-paska analitik.

21
Tindakan perbaikan apabila ada kesalahan
• Kesalahan dalam aspek administratif
 kesalahan dalam input hasil  perbaiki dengan input
ulang, jika hasil telah dikeluarkan ke pasien / ruang
perawatan  tarik hasil lama dan ganti dengan hasil yang
baru
 kesalahan pelabelan/ identitas  setelah penelusuran
 perbaiki label sesuai dengan identitas lakukan
pemeriksaan ulang
 kesalahan dalam penyerahan hasil / misal tertukar 
hubungi pasien/ keluarga  tarik hasil yang lama dan
berikan hasil yang baru
22
Tindakan perbaikan apabila ada kesalahan

• Kesalahan dalam aspek tekhnis


 kesalahan dalam pengambilan sampel  sampel
urine terkontaminasi  ulang dalam pengambilan
sampel yang benar
 Kesalahan dalam penyimpanan sampel  urine
tidak segera diperiksa, dan sampel yang ditunda tanpa
menggunakan formalin ambil sampel urine baru
 kesalahan dalam pemeriksaan urine  sampel tidak
dikerjakan sesuai SOP  ulang pemeriksaan dengan
sampel baru.
23
Tindakan perbaikan apabila ada kesalahan

• Kesalahan dalam aspek teknis


 Alat erorr  lihat hasil QC  jika QC diluar
rentang kontrol lakukan kalibrasi  jika
kalibrasi tidak berhasil  hubungi tekhnisi
untuk pengecekan alat.
 Kesalahan dalam reagen  ganti reagen
baru

24
25

Anda mungkin juga menyukai