Anda di halaman 1dari 14

Asuhan Kebidanan

Komprehensif Kesehatan
Reproduksi Remaja
Asuhan Kebidanan pada Remaja T usia 17 tahun dengan flour alnbus fisiologis

Oleh
ADILAH AZMI LATHIFAH
NIM. P07224420001

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN


KALIMANTAN TIMUR
JURUSAN KEBIDANAN PRODI PROFESI BIDAN
TAHUN 2021
LATAR BELAKANG

Keputihan merupakan penyakit yang tidak mudah disembuhkan, menyerang sekitar 50%
populasi wanita. Berdasarkan data Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI)
tahun 2010 menunjukan bahwa wanita yang rentan mengalami keputihan yaitu wanita
yang berusia 15-24 tahun. Gejala keputihan yang dialami oleh remaja puteri, dalam 12
bulan terakhir menunjukkan remaja tersebut cukup banyak sebesar 31,8%. Ini
menunjukkan remaja putri mempunyai risiko lebih tinggi terhadap infeksi atau keputihan
patologis (Febryary, 2016).
PENGERTIAN KEPUTIHAN
Keputihan adalah pengeluaran cairan seperti lendir
dari vagina yang bukan berupa darah yang kadang
merupakan sebuah tanda dari infeksi yang
menimbulkan luka, rasa gatal, dan rasa tidak
nyaman.
KLASIFIKASI KEPUTIHAN??
Keputihan Dibagi Menjadi 2:

KEPUTIHAN NORMAL KEPUTIHAN ABNORMAL

1. Cairan berwarna putih 1. Cairan berwarna putih


bening pekat, kekuningan, putih
2. Tidak lengket kehijauan ataupun putih
3. Tidak terlalu kental keabu-abuan
dan cenderung encer 2. Bertekstur kental, lengket,
4. Tidak berbau kadang-kadang berbusa
5. Tidak terasa gatal 3. Berbau menyengat
berlebih 4. Terasa gatal berlebih
6. Tidak terasa nyeri 5. Terasa nyeri dan perih
pada kemaluan
TINJAUAN KASUS
Tanggal Pengkajian : 10 Februari 2021
Waktu Pengkajian : 11.30
Tempat Pengkajian : Puskesmas Trauma Center
Nama Pengkaji : Adilah Azmi Lathifah
 
S:
Identitas
Nama : Nn. T
Umur : 17 Tahun
Suku : Melayu
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Jl. Ciptomangunkusumo RT. 08 Loajanan Ilir
 
Alasan Datang Periksa/Keluhan Utama
Keluar cairan berwarna putih bening dari kemaluan setiap selesai haid
Riwayat Menstruasi
Menarche : 12 tahun
Siklus : 27 hari
Lamanya : 5-6 hari
Jumlah : 5 kali ganti pembalut perhari

Pola Fungsional Kesehatan


Pola Keterangan
Nutrisi Makan 3 kali sehari, minum ±2 liter per hari

Personal Mandi 2 kali sehari, ganti celana dalam 2 kali sehari, keramas 2 hari sekali
Hygiene

Kebiasaan Tidak ada kebiasaan mengkonsumsi jamu-jamuan, biasa mengganti pembalut 4-5 kali tiap
kali haid, tidak ada kebiasaan menggunakan pentilyner

Riwayat Psikososiokultural Spiritual


Psikologi : merasa khawatir dan tidak nyaman
O:
Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Baik Kesadaran : Compos Mentis

Tanda – Tanda Vital


Tekanan darah : 110⁄80 mmHg Nadi : 87 x/menit
Suhu : 36,8 oC Pernafasan : 18 /menit
 
Antropometri
BB saat ini : 44 Kg Tinggi badan : 154 cm
LILA : 23 cm

Pemeriksaan Fisik
Mata : simetris, konjungtiva berwarna merah muda, sklera berwarna putih, tidak
terdapat pengeluaran kotoran, palpebra tidak oedema
Genitalia : terdapat pengeluaran cairan berwana putih bening dan tidak berbau
A:
Diagnosis : Remaja T usia 17 Tahun dengan flour albus fisiologis
Masalah : Ketidaknyamanan
Diagnosis potensial : Tidak ada
Masalah potensial : Tidak ada
Kebutuhan segera : Tidak ada
P:
Tanggal
Waktu Penatalaksanaan Paraf

10/02/21 Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada klien bahwa hasil pemeriksaan tanda vital dan Mhs  
1. pemeriksaan fisik dalam kondisi normal; klien mengetahui hasil pemeriksaan
11.00
Menjelaskan mengenai keluhan yang dialami yaitu adanya pengeluaran lendir dari kemaluan  Mhs
2. 11.02 berwarna putih bening dan tidak berbau merupakan tanda gejala dari keputihan normal;
klien mengetahui kondisinya saat ini

Memberi KIE mengenai keputihan kepada klien bahwa keputihan adalah pengeluaran cairan  Mhs
3. 11.03 seperti lendir dari kemaluan yang bukan darah; klien mengetahui pengertian dari keputihan

Memberi KIE bahwa terdapat dua jenis keputihan yaitu keputihan yang normal dan  Msh
abnormal, menjelaskan bahwa ibu mengalami keputihan normal karena dari warna cairan
4. 11.04 putih bening, tidak berbau dan hanya terjadi setelah siklus menstruasi; ibu mengetahui
bahwa dirinya mengalami keputihan yang normal
Memberi KIE penyebab keputihan normal yaitu stress, saat dalam masa subur, saat haid  Mhs
5. 11.07 pertama kali, adanya rangsangan saat berhubungan seksual, dan kehamilan; klien
mengetahui penyebab keputihan yang dialaminya
Memberi KIE cara mengatasi keputihan yaitu dengan mengelola stres, menjaga kebersihan diri Mhs 
terutama kebersihan area kewanitaan, membasuh area kewanitaan dengan air hangat,
6. 11.10 membasuh area kewanitaan dari arah depan (vagina) kebelakang (anus), menggunakan celana
dalam yang tidak ketat dan terbuat dari bahan katun, serta tidak dianjurkan menggunakan
cairan pembersih kemaluan; klien mengetahui cara mengatasi keputihan yang dialaminya.
Memberi KIE mengenai konsumsi gizi seimbang yang bermanfaat dalam proses tumbuh  Mhs
kembang remaja, konsumsi buah dan sayu sebagai sumber vitamin dan mineral, konsumsi ikan
7. 11.03 dan daging sebagai sumber protein hewani atau konsumsi produk kacang-kaangan sebagai
sumber protein nabati, serta melakukan aktivitas fisik; klien mengetahui pentingnya konsumsi
gizi seimbang

Menganjurkan klien untuk segera memeriksakan diri ke puskesmas atau ke dokter spesialis  Mhs
kandungan jika memiliki tanda gejala dari keputihan abnormal seperti warna keputihan
8. 11.15 kuning kehijauan, terasa gatal dan perih pada kemaluan, serta keputihan berbau; klien
bersedia memeriksakan diri ke puskesmas atau dokter spesialis kandungan jika memiliki
tanda gejala dari keputihan abnormal.
PEMBAHASAN

Pada tahap pengkajian yang dilakukan pada remaja T usia 17 tahun didapatkan data sebagai
berikut: KU baik, tekanan darah 110⁄80 mmHg, nadi 87 x/menit, suhu 36,8 oC, pernapasan 18 /menit.
Usia remaja adalah 17 tahun menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 2005 tahun 2014,
remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-18 tahun dan menurut Badan Kependudukan dan
Keluarga Berencana (BKKBN) rentang usia remaja adalah 10-24 tahun dan belum menikah
(Kemenkes RI, 2014). Dalam penelitian Grover, Avasthi, & Gupta (2016) yang melakukan penelitian
terhadap 26 remaja wanita di India menyatakan bahwa 57,7% memiliki keluhan yang berupa
keputihan dimana rata-rata remaja sudah mengalami keputihan selama 5,64 tahun. Pada tahap
perekmbangan remaja masih mengalami peningkatan interaksi dengan kelompok, sehingga tidak
selalu bergantung pada keluarganya dan terjadi eksplorasi seksual, oleh sebab itu remaja lebih
rentan mengalami flour albus (Yanti, Sulistianingsih, dan Karani, 2017).
Dari hasil pengkajian keluhan keputihan yang dialami mulai dirasakan pada hari ke empat
setelah siklus menstruasi selesai, Remaja T memiliki siklus menstruasi 27 hari dengan lama
menstruasi 5-6 hari. Jika dilakukan perhitungan masa subur wanita maka pada hari ke empat
setelah haid selesai adalah hari ke 10 dari hari pertama haid terakhir (HPHT) maka remaja
sedang berada dalam masa subur. Ovulasi terjadi sekitar 12-16 hari sebelum menstruasi, rata-
rata perempuan mengalami masa subur antara hari ke 10 hingga hari ke 17 setelah hari
pertama menstruasi (Kusmiran, 2012). Indikator yang dapat digunakan dalam menentukan
masa subur adalah dengan pengukuran suhu basal tubuh, perasaan lebih bergairah, dan
adanya peningkatan sekresi lendir serviks yang terjadi karena adanya peningkatan hormon
estrogen, lendir serviks tersebut merupakan keputihan yang normal dengan warna yang
bening bertekstur licin dan elastis (Lazenby, 2017). Salah satu penyebab terjadinya keputihan
normal menurut Kusmiran (2012) karena adanya peningkatan produksi kelenjar-kelenjar pada
mulut rahim saat masa ovulasi.
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan hasil bahwa adanya pengeluaran cairan dari vagina
berwarna putih bening dan tidak berbau. Keputihan adalah semua pengeluaran cairan dari alat
gentalia yang bukan darah (Manuaba, 2012). Keputihan yang normal sebenarnya tidak cocok
disebut sebagai keputihan sebab warnanya yang cendurung bening dan tidak berwarna, penyebab
utamanya adanya karenan pengaruh hormonal dalam tubuh sehingga banyak sedikitnya cairan
vagina tergantung pada siklus bulanan seorang wanita (Gweneth B., David E, Frederick S., 2018).
Dalam penelitian Trollope K (2017) menyatakan bahwa keluhan keputihan sangat umum terjadi di
kalangan wanita Asia, banyak wanita Asia yang melaporkan pula gejala somatik dari keputihan
seperti pusing, sakit punggung, dan kelemahan yang dapat mengindikasikan adanya infeksi
mikroorganisme yang menyebabkan keputihan fisiologis menjadi keputihan yang patologis.
Masalah kesehatan yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi sangat memprihatinkan
terutama di negara berkembang di Asia, hasil penelitian menunjukkan bahwa 97% wanita memiliki
tingkat kesadaran yang rendah mengenai keputihan (Kaur & Kapoor, 2016).
PENUTUP
Kesimpulan
Kasus yang dibahas pada laporan ini adalah asuhan kebidanan pada remaja dengan flour albus. Berdasarkan hasil
pengkajiam, pemeriksaan fisik, evaluasi dan pembahasan yang telah dipaparkan sebelumnya, pelaksanaan asuhan
kebidanan remaja di Puskesmas Trauma Center telah dilakukan sesuai dengan rencana tindakan dan terdapat
hubungan timbal balik antara remaja dan mahasiswa.
Saran
Setelah menyimpulkan proses kegiatan asuhan kebidanan remaja dengan flour albus maka terdapat beberapa saran
yang diajukan, antara lain:
Bagi remaja, dianjurkan untuk selalu menjaga kebersihan diri terutama kebersihan area kewanitaan agar keputihan
yang dialami tidak menjadi keputihan yang abnormal.
Bagi tenaga kesehatan, dianjurkan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan terutama bagi remaja putri yang
memiliki rentan terkena masalah kesehatan yang berhubungan dengan organ reproduksi.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai