Anda di halaman 1dari 32

KAIDAH DASAR MORAL

Ali Taufan,dr.,MH.Kes
Modul Profesionalisme, Bioetik, Humaniora dan Legal
Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Achmad Yani
Bioetika

(bios=kehidupan ; ethos = nilai-nilai moral)


adalah studi interdisipliner tentang problem-problem
yang ditimbulkan oleh perkembangan di bidang
biologi dan ilmu kedokteran, baik pada skala mikro
maupun makro, masa kini dan masa mendatang.

4
K. Bertens 2001
PRINCIPLE-BASED ETHICS

1. Beneficence

2. Autonomy

3. Nonmaleficence

4. Justice

( Tom. L . Beaucham & James F. Childress 1994)

(ACOG, 2004)
1. Beneficence

• Kata Beneficence berasal dari :


Benefits of others / bonum comune:
kebaikan, keuntungan, bermurah hati.

• Prinsip ini mewajibkan kepada kita


memberikan kebaikan bagi pasien.

Tom. L . Beaucham & James F. Childress 1994


2. Autonomy
 Kata autonomy berasal dari kata bahasa Yunani “autos”
yang berarti diri sendiri dan “nomos” yang berarti
memerintah.

 Otonomi diri berarti bahwa pasien bebas menentukan


sendiri pilihan-pilihannya yang sesuai dengan tata nilai yang
dianut.

Tom. L . Beaucham & James F. Childress 1994


Respect for person/Autonomy

• Setiap individu (pasien) harus diperlakukan sebagai


manusia yang memiliki otonomi (hak untuk menentukan
nasib diri sendiri)
• Setiap manusia yang otonominya berkurang / hilang
perlu mendapatkan perlindungan
• Pandangan Kant Otonomi kehendak = otonomi moral,
yakni kebebasan bertindak, memutuskan (memilih) dan
menentukan diri sendiri sesuai dengan kesadaran terbaik
bagi dirinya yang ditentukan sendiri tanpa hambatan,
paksaan atau campur-tangan pihak luar (heteronomi),
suatu motivasi dari dalam berdasar prinsip rasional atau
self-legislation dari manusia
• Pandangan J. Stuart Mill Otonomi
tindakan/pemikiran = otonomi individu, yakni
kemampuan melakukan pemikiran dan tindakan
(merealisasikan keputusan dan kemampuan
melaksanakannya), hak penentuan diri dari sisi
pandang pribadi.
• Menghendaki, menyetujui, membenarkan,
mendukung, membela, membiarkan pasien demi
dirinya sendiri = otonom (sebagai mahluk
bermartabat).
• Didewa-dewakan di Anglo-American yang
individualismenya tinggi.
• Kaidah ikutannya ialah : Tell the truth, hormatilah
hak privasi, lindungi informasi konfidensial, mintalah
consent untuk intervensi diri pasien; bila ditanya,
bantulah membuat keputusan penting.
Kompetensi dan Kapasitas Pengambilan
Keputusan

• Kita sering mendengar istilah “kompetensi” (competency)


dan “kapasitas” (capacity) yang merupakan kependekan
dari “kapasitas pengambilan keputusan” (decision making
capacity) secara bergantian.
• Kompetensi adalah istilah hukum, dimana pernyataan dari
ketidakmampuan peradilan yang mungkin bersifat global
atau terbatas misalnya untuk masalah keuangan, perawatan
pribadi dan keputusan medis.
Pasien yang kompeten

Adalah pasien dewasa atau bukan anak


menurut peraturan perundang-undangan
atau telah/pernah menikah, tidak
terganggu kesadaran fisiknya, mampu
berkomunikasi secara wajar, tidak
mengalami kemunduran perkembangan
(retardasi) mental dan tidak
mengalami penyakit mental sehingga
mampu membuat keputusan secara bebas
• Berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
maka seseorang yang berumur 21 tahun atau lebih
atau telah menikah dianggap sebagai orang dewasa
dan oleh karenanya dapat memberikan persetujuan.
Kapasitas

• Kapasitas dalam pengambilan keputusan adalah aspek


hukum yang sangat rumit, sejauh mana pasien mampu
untuk memahami informasi yang relevan dengan
keputusan pengobatan dan menyebutkan alasan yang
layak dalam pengambilan keputusan.

• Kapasitas dapat berubah sepanjang waktu misalnya


karena delirium, obat-obatan. Kecakapan seseorang
(capacity) adalah spesifik untuk keputusan tertentu,
seseorang mungkin cakap untuk membuat beberapa
keputusan tetapi tidak cakap untuk keputusan tindakan
medis yang lainnya.
Wali

• Keluarga terdekat adalah suami atau


istri, ayah atau ibu kandung, anak-
anak kandung, saudara-saudara
kandung atau pengampunya
3. Nonmaleficence
 Kata Nonmalefecince berasal dari kata:
non (tidak) male (jahat) fic (berbuat). Hal ini sangat dekat
dengan prinsip dari sumpah Hippokrates “primum non
nocere” (first do no harm).

 Prinsip nonmaleficence berarti adanya kewajiban untuk tidak


mencelakai (melukai) atau berbuat jahat pada pasien.

Tom. L . Beaucham & James F. Childress 1994


4. Justice
 Prinsip justice sebagai : equality, fairness
yaitu : penyama-rataan, kesetaraan.

Tom. L . Beaucham & James F. Childress 1994


Keadilan (justice)
• Perbedaan kedudukan sosial, tingkat ekonomi, pandangan politik,
agama dan faham kepercayaan, kebangsaan dan kewarganegaraan,
status perkawinan, serta perbedaan gender tidak boleh dan tidak
dapat mengubah sikap dokter terhadap pasiennya.
• Tidak ada pertimbangan lain selain kesehatan pasien yang menjadi
perhatian utama dokter.
• Treat similar cases in a similar way = justice within morality
• Memberi perlakuan sama untuk setiap orang (keadilan sebagai
fairness) yakni :
 Memberi sumbangan relatif sama terhadap kebahagiaan diukur dari
kebutuhan mereka (kesamaan sumbangan sesuai kebutuhan pasien
yang memerlukan atau membahagiakannya)
 Menuntut pengorbanan relatif sama, diukur dengan kemampuan
mereka (kesamaan beban sesuai dengan kemampuan pasien)
• Tujuan  Menjamin nilai tak berhingga setiap pasien sebagai
mahluk bermartabat khususnya : hak-haknya
• Selain 4 prinsip atau kaidah dasar moral tersebut,
dikenal prinsip "turunan"nya dengan nilai-nilai
seperti :
1.Berani berkata benar/kejujuran (veracity) : truth telling
2.Kesetiaan (fidelity) : keep promise
3.Privacy (dari otonomi dan beneficence)
4.Konfidensialitas.
5.Menghormati kontrak (perjanjian)
6.Ketulusan (honesty) : tidak menyesatkan informasi
kepada pasien atau pihak ketiga seperti perusahaan
asuransi, pemerintah, dll.
7.Menghindari membunuh
Beneficence Criterion Yes No
Altruisme

Menjamin nilai pokok harkat&martabat manusia


Memandang pasien tak hanya sejauh menguntungkan dokter
Mengusahakan manfaat > dibanding keburukan

Paternalisme bertanggung jawab/kasih sayang

Maksimalisasi pemuasan kebahagiaan/preferensi

Minimalisasi akibat buruk

Menghargai hak-hak pasien secara keseluruhan


Tidak menarik honorarium diluar kepantasan
Mengembangkan profesi secara terus-menerus
Memberikan obat berkhasiat namun murah
Menerapkan Golden Rule Principle

Post Graduate ”Bioethics, Medical Law, and Human Right” . FK.UI, Jakarta Mei 2006
Nonmaleficence Criterion Yes No
Menolong pasien emergensi
Kondisi untuk menggambarkan kriteria ini adalah:
-Pasien dlm keadaan amat berbahaya(darurat)/beresiko
• sesuatu yg penting
hilangnya
-Dokter sanggup mencegah bahaya atau kehilangan tersebut

-Tindakan dokter tadi terbukti efektif

-Manfaat bagi pasien >

Mengobati pasien yg luka


Tidak melakukan euthanasia
Tidak merendahkan pasien
Mengobati secara proposional
Menghindari misrepresentasi pasien
Tidak membahayakan kehidupan pasien karena kelalaian
Memberikan semangat hidup
Tidak melakukan White Collar Crime
Post Graduate ”Bioethics, Medical Law, and Human Right” . FK.UI, Jakarta Mei 2006
Autonomi Criterion Yes No
Menghargai hak menentukan nasib sendiri
Tidak mengintervensi pasien dlm membuat keputusan(elektif)
• terang
Berterus
Menghargai privasi
Menjaga rahasia pasien
Menghargai rasionalitas pasien
Melaksanakan Informed consent
Membiarkan pasien dewasa dan kompeten mengambil
keputusan sendiri
Mencegah pihak lain mengintervensi pasien dlm mengambil
keputusan termasuk keluarga pasien sendiri
Sabar menunggu keputusan yg akan diambil pasien pd kasus
non emergensi
Tidak berbohong pd pasien walaupun demi kebaikan pasien
Memperoleh hak second opinion
Post Graduate ”Bioethics, Medical Law, and Human Right” . FK.UI, Jakarta Mei 2006
Justice Criterion Yes No
Memberlakukan segala sesuatu secara universal
Mengambil porsi terakhir dari proses membagi
• kesempatan yg sama thdp pribadi dlm posisi
Memberikan
yang sama
Menghargai hak sehat pasien
Menghargai hak hukum pasien
Menjaga kelompok yg rentan(yg paling dirugikan)
Tidak melakukan penyalahgunaan
Memberikan kontribusi yg relatif sama dg kebutuhan pasien
Meminta partisipasi pasien sesuai kemampuannya
Kewajiban mendistribusikan keuntungan dan kerugian
Mengembalikan hak kepada pemiliknya pd saat yg tepat dan
kompeten
Tidak membedakan pelayan pd pasien atas dasar SARA,
status sosial , dll
Post Graduate ”Bioethics, Medical Law, and Human Right ”. FK.UI, Jakarta Mei 2006
RELEVANSI PRIMA FACIE
PADA PENYELESAIAN
KASUS KONKRIT

Ali Taufan,dr., MH.Kes


Bioethics and Humanity
Jenderal Achmad Yani University School of Medicine
Relevansi Prima Facie
 tak jarang, pada satu kasus klinis terdapat
saling mempengaruhi antar KDM mana yang
paling relevan atas kasus konkrit tertentu,
sehingga tetap sulit diyakinkan mana KDM
yang paling dominan.
 Kasus yang memuat ”pertentangan antar
KDM” ini hingga ke tingkat analisis
mendalam, yang (tinggal) memunculkan ”2
dari 4 KDM” yang konteksnya secara nalar
terkuat (artinya 2 KDM tersebut memiliki
ketegaran moral yang kuat, sedangkan 2
KDM lainnya ”tereliminasi” sementara)
 Pemilihan 1 KDM ter-”absah” sesuai konteksnya
berdasarkan data atau situasi konkrit terabsah inilah
yang disebut pemilihan berdasarkan asas prima facie.

 Dua KDM yang dilematis tadi tetap berlaku, sampai


yang paling mutakhir ada ”novum” (bukti/konteks
absah terbaru) yang menggeser KDM tersisih, dengan
memunculkan KDM yang lebih unggul.

 Jadi disini, prima facie mirip seperti ”troef card” pada


permainan kartu bridge, dimana kartu bernominal
kecil, sepanjang telah ditetapkan sebagai ”troef”,
senantiasa dimenangkan dibandingkan dengan kartu
As warna lain yang bukan ”troef” pada permainan
saat itu.
 Bila pada kasus konkrit yang kompleks yang
mengarah ke dilema etik, maka diterapkan
prinsip prima facie di antara 4 KDM dalam
menerapkan penanganan etikanya.

 Prinsip prima facie akan mempersyaratkan


secara sederhana, adanya konteks baru absah
yang ada pada diri pasien atau keluarganya
ketika tengah dalam proses perawatan medik
(proses bersamaan dengan adanya clinical
judgment, yang berasal dari kewenangan clinical
privilege yang dipunyai dokter).
Ciri-ciri KDM yang berbasis Prima Facie.
 Dalam konteks beneficence, prinsip prima
facienya adalah ketika kondisi pasien
merupakan kondisi yang wajar dan berlaku pada
banyak pasien lainnya, sehingga dokter akan
melakukan yang terbaik untuk kepentingan
pasien.
 Juga dalam hal ini dokter telah melakukan
kalkulasi dimana kebaikan yang akan dialami
pasiennya akan lebih banyak dibandingkan
dengan kerugiannya.
• Dalam konteks non maleficence, prinsip
prima-facienya adalah ketika pasien dalam
keadaan gawat darurat dimana diperlukan
suatu intervensi medik dalam rangka
penyelamatan nyawanya.
• Dalam konteks autonomy, ciri prima
facienya bila menghadapi pasien yang
berpendidikan, pencari nafkah, dewasa dan
berkepribadian matang.
 Sementara Justice prima facienya pada konteks
membahas hak orang lain selain diri pasien itu
sendiri. Hak orang lain ini khususnya mereka yang
sama atau setara dalam mengalami gangguan
kesehatan di luar diri pasien, serta membahas hak-
hak sosial masyarakat atau komunitas sekitar
pasien.

 Dapat pula dalam konteks ketika menghadapi


pasien yang rentan, mudah dimarjinalisasikan dan
berasal dari kelompok anak-anak atau orang uzur
ataupun juga kelompok perempuan (dalam konteks
isu jender).

Anda mungkin juga menyukai