Artinya:
Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada
agama Allâh; (tetaplah atas) fitrah Allâh yang telah
menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada
perubahan pada fitrah Allâh. (Itulah) agama yang
lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.
Hadits Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam
فََأبَ َوا ُه،ط َر ِة ْ َِما ِم ْن َم ْولُو ٍد ِإاَّل يُولَ ُد َعلَى الف
َأ ْو يُ َم ِّج َسانِ ِه،ص َرانِ ِه
ِّ َ َويُن،يُهَ ِّو َدانِ ِه
Artinya:
Semua bayi dilahirkan di atas fitrah, kemudian kedua orang
tuanya menjadikannya beragama Yahudi, Nashrani, atau
Majusi.
[HR. Al-Bukhâri, no. 1359 dan Muslim, no. 2658]
Hadits Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam
َوِإنَّهُ ْم َأتَ ْتهُ ُم،ت ِعبَا ِدي ُحنَفَا َء ُكلَّهُ ْم ُ َوِإنِّي َخلَ ْق
اجتَالَ ْتهُ ْم َع ْن ِدينِ ِه ْم
ْ َين ف
ُ اط ِ َال َّشي
Artinya:
Sesungguhnya Aku (Allâh) telah menciptakan hamba-
hambaKu semuanya hanif (lurus; muslim), dan
sesungguhnya setan-setan mendatangi mereka lalu
menyesatkan mereka dari agama mereka. [HR. Muslim,
no. 2865]
2.
Hijrah
Kata hijrahٌ ِه ْج) َرةberasal dari akar kata hajara َه َج َرyang
berarti berpindah (tempat, keadaan, atau sifat),
atau memutuskan, yakni memutuskan hubungan antara
dirinya dengan pihak lain.
Dalam pengertian syar'iy, hijrah berarti, "perpindahan
Rasulullah saw. bersama sahabat-sahabatnya dari Mekkah
menuju Madinah, kira-kira tahun ke-13 dari masa
kenabiannya". Atau "perpindahan dalam rangka
meninggalkan kampung kemusyrikan menuju suatu
kampung keimanan, dalam rangka melakukan pembinaan
dan pendirian masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
Atau meninggalkan tempat, keadaan, atau sifat yang tidak
baik, menuju yang baik di sisi Allah dan Rasul-Nya
(kembali kepada al-Qur’an dan Sunnah Nabi saw.).
Artinya:
Sesungguhnya orang-orang yang beriman, dan orang-orang yang
berhijrah, dan berjihad di jalan Allah, mereka itulah yang
mengharapkan rahmat Allah. Allah Maha Pengampun, Maha
Penyayang. (QS. Al-Baqarah: 218)
Jenis-jenis Hijrah:
Hijrah Makaniyah: meninggalkan suatu tempat.
Hijrah Maknawiyah ada 4 macam:
1) Hijrah I’tiqadiyah (keyakinan)
2) Hijrah Fikriyah (pemikiran)
3) Hijrah Syu’uriyyah (cita rasa, kesukaan,
kesenangan)
4) Hijrah Sulukiyyah (tingkah laku, kepribadian,
akhlak)
Hijrah dalam Sejarah Islam
Hijrah dalam sejarah Islam biasanya dihubungkan dengan
perpindahan Rasulullah dari Mekah ke Madinah. Rasulullah
melaukan hijrah karena ruang geraknya dalam berdakwah semakin
sempit pasca wafatnya sang istri Siti Khadijah dan pamannya Abu
Thalib. Saat itu sdh memasuki tahun ke-10 kenabian.
Rasulullah meninggalkan rumah pada malam hari di 27 Shafar tahun
ke-13 kenabian, atau bertepatan dengan 12 atau 13 September tahun
622 Masehi. Perjalanan awal keluar Makkah justru menempuh jalan
yang berlawanan dengan jalan menuju Madinah. Hal ini
dimaksudkan untuk mengecoh para pengejar. Gua Tsur adalah tempat
tujuan mereka. Di gua ini mereka bermalam selama tiga hari. Kaum
musyrik Quraisy sempat mengejar, tetapi keberadaan Rasulullah dan
Abu Bakar di dalam gua tidak diketahui mereka. Rasulullah SAW
akhirnya tiba di Yatsrib pada Jumat 12 Rabiul Awal di tahun yang
sama. Nabi SAW disambut penduduk Madinah dengan meriah.
3. Adab
Dalam bahasa Arab, kata adab merupakan bentuk kata
benda dari kata kerja adaba yang berarti kesopanan,
sopan santun, tata krama, moral, nilai-nilai, yang
dianggap baik oleh masyarakat.
Adab adalah menggunakan sesuatu yang terpuji
berupa ucapan dan perbuatan atau yang terkenal
dengan sebutan al-akhlaq al-karimah. Dalam Islam,
masalah adab dan akhlak mendapat perhatian serius.
syariat Islam adalah kumpulan dari akidah, ibadah,
akhlak, dan muamalah. Ini semua tidak bisa dipisah-
pisahkan.
4. Etos
Keilmuan
Etos keilmuan adalah sifat, nilai, semangat dan adat istiadat khas yang memberi
watak dan keyakinan kepada sesuatu yang berkenaan dengan pengetahuan dan
kebudayaan masyarakat.
Menurut Nurcholish Madjid etos keilmuan adalah suatu bagian integral keagamaan
yang sehat. Dimana integral keagamaan yang sehat ini ditunjukan dengan nilai-
nilai (values) yang terkandung dalam al-Qur‟an dan al-
sunnah tentang “keilmuan” yang dijadikan sumber inspirasi dan motivasi
oleh setiap Muslim untuk melakukan aktivitas keilmuan berbagai bidang
kehidupan. Cara mereka memahami, menghayati dan mengamalkan nilai-nilai al-
Qur‟an dan al-Sunnah tentang dorongan untuk menghasilkan nilai – nilai
pendidikan itulah yang membentuk etos keilmuan dalam Islam. Maka secara
sederhana dapat kita pahami bahwa wawasan dan nilai edukatif seseorang akan
terus berkembang seiring dengan perkembangan etos keilmuan yang dimilikinya.
Etos Keilmuan:
Pencari kebenaran. Semangat al-Qur’an adalah
semangat mengungkapkan kebenaran
Kejujuran dan orisinalitas
Kosmopolitanisme semangat untuk mengembangkan
keilmuan yang tidak terbatas (baik pengembangan dan
kemanfaatannya) bagi umat Islam sendiri.
Keterbukaan
kritisisme
Rujukan Utama
Spirit dan Doktrin
Islam:
1. Al-Qur’an
Secara harfiah Alquran berasal dari bahasa arab “qara‟a”, berarti
“bacaan” atau sesuatu yang dibaca, Alquran adalah kalam Allah
yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Melalui
malaikat Jibril.
QS. Al-Kahfi/18: 1. “Segala puji bagi Allah yang telah
menurunkan kepada hamba-Nya Al Kitab (Al-Qur'an) dan Dia
tidak mengadakan kebengkokan di dalamnya”.
Maurice Bucaille, seorang dokter ahli bedah kebangsaan Prancis,
kagum dengan isi Alquran. Ia mengatakan bahwa Alquran
merupakan kitab suci yang objektif dan memuat petunjuk bagi
pengembangan ilmu pengetahuan modern. Kandungan ajarannya
sempurna dan tidak bertentangan dengan hasil penemuan sains
modern.
2. Sunah atau Hadits
Dalam bahasa Arab, sunnah berarti “jalan lurus” dan
perilaku sosial yang sudah melembaga atau tradisi.
Oleh karena itu, sunnah Rasul berarti praktik
kehidupan yang di lakukan dan berlangsung pada masa
Rasul MuhaMmad hidup. Sementara itu kata hadis
berasal dari bahasa Arab yag berati “berita” atau
“catatan”, khususnya tentang perbuatan, perkataan,
dan ketetapan Rasul Muhammad.
Bukti Keotentikan Al-Qur’an
Allah Swt. menegaskan akan senantiasa menjaga atau
memelihara kesucian, kemurniaan dan keotentikan kitab
suci al-Qur’an. Hal ini dapat telah dijelaskan dalam QS. al-
Hijr ayat 9: “Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan al-
Qur’an, dan pasti Kami (pula) yang memeliharanya.”
Sejak diturunkan hingga akhir zaman kelak kemurnian dan
kautentikan al-Qur’an akan senantiasa terjaga. Hal ini
disebabkan karena kemu’jizatan yang terkandung di dalam
al-Qur’an itu sendiri, baik dari aspek bahasa maupun dari
aspek isi kandungannya yang memang terbukti tak satupun
manusia yang dapat meniru atau mendatang semisal-nya.