Anda di halaman 1dari 11

Analisis Kasus

Kelompok 5 Character Building


2

Hello! We’re...
Kelompok 5:
1. Syauqi Musfirah Daud Pisba
2. Lunggihni Sifa
3. Firda Nur Rahmayanti
4. Alya Kurniawati
3

Pembahasan

1 Berita 2 Akar Permasalahan

3 Solusi 4 Faktor
Penyebab
4

Berita Kasus
Siswa Tewas Dianiaya Guru di Alor, Tersangka Kerap Lakukan Kekerasan

Kupang, CNN Indonesia --


Seorang guru di Kabupaten Alor, NTT, yakni SK (33) telah ditetapkan sebagai tersangka karena
melakukan penganiayaan hingga berujung kematian siswanya, MM (13).
Dari hasil pemeriksaan, polisi mendapati bahwa tersangka pun kerap melakukan kekerasan terhadap
para siswa di SMP Negeri VII Padang Panjang, Kecamatan Alor Timur, NTT. Penganiayaan yang
dilakukan tersangka SK, selalu berulang setiap hari Senin dan Jumat saat menjalankan tugasnya sebagai
guru piket. "Sudah sering (melakukan kekerasan) setiap melaksanakan tugasnya sebagai guru piket,"
ujar Kapolres Alor,
AKBP Agustinus Christmas kepada CNN Indonesia.com, Kamis (11/11). Agustinus mengatakan dari
hasil pemeriksaan saksi-saksi terungkap tersangka kerap melakukan kekerasan terhadap para siswa
kelas VII SMP Negeri Padang Panjang termasuk kepada korban MM. Dalam perkara ini, sambungnya,
penyidik Polres Alor telah memeriksa sembilan orang saksi dalam kasus dugaan penganiayaan guru
terhadap siswa yang mengakibatkan korban meninggal dunia.
5

Lanjutan...
Sembilan saksi tersebut antara lain lima siswa kelas VII yang juga teman kelas korban MM, orang tua
korban, salah satu guru SMP Padang Panjang, dan orangtua angkat korban yang mengantar korban MM ke
Puskesmas Lantoka sebelum dirujuk ke RSUD Kalabahi dan Pelapor yakni kerabat korban. Dari
pemeriksaan tersebut kata Agustinus, terungkap tersangka SK kerap melakukan kekerasan berupa
penganiayaan fisik terhadap para siswa termasuk korban MM.
"Setiap hari Senin dan Jumat, sebagai guru bahasa inggris, tersangka (Oknum guru SK) melaksanakan piket
guru (selalu melakukan kekerasan)," kata Agustinus.Seluruh keterangan saksi kata Agustinus diakui oleh
tersangka SK. "Dia mengakui (melakukan penganiayaan) saat pemeriksaan," katanya.
Untuk kasus MM, Agustinus mengatakan tersangka melakukan kekerasan karena marah korban tak
membawa salinan modul dan tak bisa memperkenalkan diri dalam bahasa Inggris. Dia menyebutkan, selain
pemeriksaan saksi, penyidik juga telah mendapatkan hasil visum et repertum dari puskesmas Lantoka.
Namun polisi belum mendapatkan hasil autosi dari tim dokter forensik dari Biddokes Polda NTT yang
melakukan autopsi terhadap jenazah korban.
6

Lanjutan…

"Dari hasil visum, ada beberapa tanda bekas luka," ungkap Agustinus tanpa membeberkan luka pada
bagian tubuh korban.
Adapun barang bukti yakni batang kayu yang diduga menjadi alat melakukan penyiksaan saat ini telah
disita penyidik. Setelah mendapat kesaksian dan barang bukti visum dan kayu, tersangka pun dijerat
dengan pasal berlapis.
Pasal yang dikenakan yakni pasal 80 ayat 1 juncto pasal 76 C, KUHP dengan ancaman hukuman tiga
tahun enam bulan. Selain itu pasal 351 ayat 1 KUHP Joungto pasal 65 ayat 1 dengan ancaman
kurungan dua tahun delapan bulan.
7

Akar Permasalahan
1. Pelaku kerap melakukan kekerasan 3. Guru tdk mengerti unsur penting utk
berupa penganiayaan fisik terhadap para menjadi seorang guru, karena jika mengerti
siswa termasuk korban setiap hari Senin tdk mungkin seorang guru menganiaya
dan Jumat saat menjalankan tugasnya muridnya sendiri.
sebagai guru piket.
4. Guru tdk menguasai metode
2. Guru memukul siswa menggunakan pembelajaran, itulah yg menyebabkan siswa
batang kayu karena marah korban tak tdk pandai dlm pelajaran bahasa Inggris
membawa salinan modul dan tak bisa
memperkenalkan diri dalam bahasa
Inggris.
8

Solusi
1. Mencegah terjadinya kekerasan terhadap anak di lingkungan sekolah dibutuhkan kerja sama
antara sekolah, masyarakat, pemda dan kemendikbud. Upaya mencegah tindak kekerasan di
sekolah, dengan memasang papan informasi tindak kekerasan di serambi sekolah. Atau guru
atau kepala sekolah wajib segera melaporkan kepada orangtua, menyusun prosedur untuk
mencegah tindak kekerasan, membentuk tim pencegah kekerasan. Tidak kalah penting,
bekerja sama dengan lembaga psikologi, pakar pendidikan dan organisasi keagamaan untuk
kegiatan bersifat edukatif.
2. Bila terjadi kekerasan di sekolah, sanksi jelas dan tegas diberikan tanpa pandang bulu. Melihat
sanksi hukuman yang komprehensif diterimakan kepada guru/ kepala sekolah dan sekolah bila
melakukan kekerasan di sekolah atau pembiaran kekerasan.
3. Kunci dari situasi sekolah yang kondusif menjadikan berhasilnya tujuan pendidikan Nasional.
Dengan komunikasi aktif antara siswa, orangtua dan sekolah selalu terjadi dan
berkesinambungan. Sebagai upaya mencegah kekerasan di sekolah yang kian masif.
9

4. Guru seharusnya bisa lebih bijak dalam mengambil keputusan saat mengahadapi siswa yg tdk pandai
belajar
5. Guru seharusnya melakukan pembinaan terhadap siswa yg tdk pandai dlm pelajaran, bukan malah
menganiayanya
6. Guru seharusnya bertindak dengan berpikir terlebih dahulu, bukan malah bertindak tanpa pikir panjang.
7. Guru seharusnya bertugas sebagai pembimbing, pembina, dan penasehat siswa. Bukan malah sebagai
pembunuh.
8. Guru seharusnya memberikan nasihat dan bimbingan saat siswa melakukan kesalahan dalam
pembelajaran di sekolah.
9. Guru seharusnya mengorek informasi kenapa siswa tersebut tdk pandai dlm pelajaran dan memberikan
pengajaran agar siswa dapat memahami pelajaran dgn baik.
10. Siswa seharusnya lebih memperhatika pelajaran di kelas dan lebih giat untuk mendalami materi
pelajaran yg tdk dipahami.
10

Faktor Penyebab
Adapun Beberapa Faktor Penyebab Guru Melakukan Kekerasan Pada Siswa:
1. Kurangnya pengetahuan bahwa kekerasan baik fisik maupun psikis tidak efektif untuk memotivasi
siswa atau merubah perilaku, malah beresiko menimbulkan trauma psikologis dan melukai harga
diri siswa.
2. Persepsi yang parsial dalam menilai siswa. Bagaimana pun juga, setiap anak punya konteks
kesejarahan yang tidak bisa dilepaskan dalam setiap kata dan tindakan yang terlihat saat ini,
termasuk tindakan siswa yang dianggap “melanggar” batas. Apa yang terlihat di permukaan,
merupakan sebuah tanda / sign dari masalah yang tersembunyi di baliknya. Yang terpenting bukan
sebatas “menangani” tindakan siswa yang terlihat, tapi mencari tahu apa yang melandasi
tindakan / sikap siswa.
3. Adanya masalah psikologis yang menyebabkan hambatan dalam mengelola emosi hingga guru
menjadi lebih sensitif dan reaktif.
4. Adanya tekanan kerja : target yang harus dipenuhi oleh guru, baik dari segi kurikulum, materi
maupun prestasi yang harus dicapai siswa didiknya sementara kendala yang dirasakan untuk
mencapai hasil yang ideal dan maksimal cukup besar.
11

Thank You

- Kelompok 5

Anda mungkin juga menyukai