Anda di halaman 1dari 27

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi

PEMBELAJARAN SOSIAL
DAN EMOSIONAL
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi

Halo Bapak Ibu Kepala


Sekolah Hebat!

Apa yang Bapak/Ibu


bayangkan tentang sekolah
aman dan nyaman?
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi

1. Pembelajaran Sosial dan


Untuk mewujudkan sekolah Emosional
yang aman dan nyaman, 2. Kesadaran Penuh (mindfulness)
kita akan mempelajari 3 hal 3. Pembelajaran Sosial dan
Emosional Berbasis Kesadaran
berikut: Penuh
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi

Bapak/Ibu sebelumnya kita telah


merefleksikan diri terhadap emosi positif dan
negatif yang Bapak/Ibu rasakan.

Saat ini emosi yang manakah yang


Bapak/Ibu rasakan?

Kejadian apa yang membuat Bapak/Ibu


merasakan emosi tersebut?
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi

Mari berefleksi bagaimana


pengelolaan emosi yang Bapak/Ibu
Kepala Sekolah lakukan!
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi

Apa itu Pembelajaran Sosial Emosional?


Pembelajaran Sosial dan Emosional adalah pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif
oleh seluruh komunitas sekolah. Proses kolaborasi ini memungkinkan anak dan orang
dewasa di sekolah memperoleh dan menerapkan pengetahuan, keterampilan dan sikap
positif mengenai aspek sosial dan emosional. Pembelajaran Sosial Emosional focus pada:

Bagaimana memahami diri sendiri? Bagaimana berinteraksi dengan orang lain?

Bagaimana berperilaku dengan cara yang semestinya dalam


norma yang sesuai?
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi

Pendekatan Pembelajaran Sosial Emosional yang efektif seringkali menggabungkan


empat elemen yang diwakili oleh akronim SAFE:
• Sequential/berurutan:   Aktivitas yang terhubung dan terkoordinasi untuk
mendorong pengembangan keterampilan
• Active/aktif: bentuk Pembelajaran Aktif yang melibatkan murid untuk
menguasai keterampilan dan sikap baru
• Focused/fokus: ada unsur pengembangan keterampilan sosial  maupun
 personal
• Explicit/eksplisit: tertuju pada  pengembangan keterampilan sosial dan
emosional  tertentu secara  eksplisit.
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi

Kesadaran Penuh
Kesadaran penuh (mindfulness) menurut
Kabat - Zinn (dalam Hawkins, 2017, hal.
15) dapat diartikan sebagai kesadaran 
yang muncul ketika seseorang
memberikan perhatian secara sengaja
pada kondisi saat sekarang dilandasi rasa
ingin tahu (tanpa menghakimi) dan
kebaikan
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi

Banyak penelitian yang menunjukkan


bahwa di dalam kondisi berkesadaran
penuh, terjadi perubahan fisiologis seperti
meluasnya area otak yang terutama
berfungsi untuk belajar dan mengingat,
berkurangnya stres, dan munculnya
perasaan tenang dan stabil (Kabat-Zinn,
2013, hal. 37).
Dengan latihan berkesadaran penuh,
maka seseorang dapat menumbuhkan
perasaan yang lebih tenang dan pikiran
yang lebih jernih, yang akan berpengaruh
pada keputusan yang lebih responsif dan
reflektif.
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi

Pembelajaran Sosial  dan Emosional


berbasis Kesadaran Penuh
(Mindfulness) dalam mewujudkan
Kesejahteraan Hidup (Well-Being)

Pembelajaran Sosial dan Emosional


berbasis kesadaran penuh yang dilakukan
secara terhubung, terkoordinasi, aktif,
fokus, dan eksplisit diharapkan dapat
mewujudkan kesejahteraan hidup (well-
being) ekosistem sekolah. 

Diadaptasi dari Diagram K. Fort -


Catanese (dalam Hawkins, 2017)
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi

Berbagai kegiatan berbasis kesadaran penuh (mindfulness) dalam sehari-hari memungkinkan seseorang
membangun kesadaran penuh untuk dapat memberikan perhatian secara berkualitas yang didasarkan
keterbukaan pikiran, rasa ingin tahu (tanpa menghakimi) dan kebaikan hati (compassion) yang akan
membantu seseorang dalam menghadapi situasi-situasi menantang dan sulit.
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi

Menurut kamus Oxford English Dictionary, well-being dapat diartikan sebagai kondisi nyaman, sehat, dan
bahagia. Well-being (kesejahteraan hidup) adalah sebuah kondisi individu yang memiliki sikap yang
positif terhadap diri sendiri dan orang lain, dapat membuat keputusan dan mengatur tingkah lakunya
sendiri, dapat memenuhi kebutuhan dirinya dengan menciptakan dan mengelola lingkungan dengan
baik, memiliki tujuan hidup dan membuat hidup mereka lebih bermakna, serta berusaha mengeksplorasi
dan mengembangkan dirinya.

Menurut Mcgrath & Noble, 2011, murid yang memiliki tingkat well-being yang optimum memiliki
kemungkinan yang lebih tinggi untuk mencapai prestasi akademik yang lebih tinggi, kesehatan fisik dan
mental yang lebih baik, memiliki ketangguhan (daya lenting/resiliensi) dalam menghadapi stress dan
terlibat dalam perilaku sosial yang lebih bertanggung jawab.
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi

KESADARAN DIRI

Pemahaman atas 6 Emosi Dasar


Gembira Terkejut
Takut

Marah
Muak/jijik Sedih

When we think about self awareness, we’re thinking about


How do I know and understand my self, my emotion, my
thought, my cultural identity, what are the ways which I feel
about certain situation
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi

Gambar di atas adalah roda emosi yang disusun oleh Robert Plutchik, seorang psikolog dan terapis. Gambar roda
emosi ini dapat membantu dalam mengenali emosi yang muncul. Gambar ini bisa membantu kepala sekolah
dalam membantu guru dan murid mengenali emosinya.

Pengenalan emosi seperti ini dapat membantu baik diri sendiri atau orang lain untuk dapat merespon terhadap
kondisinya sendiri secara lebih tepat. Itu sebabnya penting untuk menerapkan latihan berkesadaran penuh
(mindfulness) sambil mengembangkan kompetensi kesadaran diri (self awareness).

Kesadaran penuh (mindfulness) memiliki korelasi yang tinggi terhadap kesadaran diri sebagai kompetensi
pembelajaran sosial dan emosional. Kembali kepada pengenalan emosi, terdapat enam emosi dasar pada kita
manusia. Enam emosi tersebut yaitu takut, jijik, marah, kaget, bahagia, dan sedih. Emosi-emosi ini dapat muncul
akibat reaksi fisik, aktivitas pikiran dan pengaruh budaya.

Dengan latihan mengenali emosi dalam kesadaran penuh sebelum merespon, kita dapat meningkatkan
kemampuan kita merespon secara lebih baik. Hal ini bukan hanya berdampak pada well-being diri kita, tetapi
dapat membantu kita menjadi role-model bagi pengembangan kompetensi sosial dan emosional murid-murid di
sekolah.
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi

Mari kita berefleksi!


• Apakah 6 Emosi Dasar tersebut pernah Bapak/Ibu alami
sebagai Kepala Sekolah?
• Ketika 6 Emosi Dasar tersebut muncul apa yang menjadi
pemicu?
• Bagaimana Bapak/Ibu mengelola emosi tersebut?
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi

PENGELOLAAN DIRI
S top - Berhenti
Hentikan apapun yang sedang Anda lakukan.

T ake a Deep Breath – Tarik Napas Dalam


Sadari napas masuk, sadari napas keluar. Rasakan udara segar yang masuk melalui hidung. Rasakan udara hangat
yang keluar dari lubang hidung. Lakukan 2-3 kali. Napas masuk, napas keluar.

O bserve - Amati
Amati apa yang Anda rasakan pada tubuh Anda? Amati perut yang mengembang sebelum membuang napas. Amati
perut yang mengempes saat Anda membuang napas. Amati pilihan-pilihan yang dapat Anda lakukan.

P roceed/ Lanjutkan
Latihan selesai. Silahkan lanjutkan kembali aktivitas Anda dengan perasaan yang lebih tenang, pikiran yang lebih
jernih, dan sikap yang lebih positif.

When we’re talking about self management, we think through ways to stay
focused and to stay engaged and persevere
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi

Melakukan beberapa tugas bersamaan (multitasking) dapat meningkatkan stress dan mengurangi efisiensi serta
produktivitas. Mengerjakan beberapa tugas secara bersamaan membuat pikiran kita beralih dari satu fokus ke
fokus yang lain. Tubuh menjadi lelah dan hasil pekerjaan kita cenderung tidak optimal. Dengan banyaknya tugas
dan gangguan yang ada di sekeliling kita, kemampuan mengelola fokus menjadi kemampuan yang sangat penting.

Pada saat kita mempraktikkan latihan bernapas dengan sadar, kita sebetulnya sedang mengingatkan tubuh untuk
menarik napas secara lebih panjang dan dalam. Pada saat menarik dan membuang napas panjang, kita
melepaskan ketegangan dan mengaktifkan saraf parasimpatik sehingga tubuh berada dalam fase “istirahat” dan
“mencerna” yang akan meredakan ketegangan, memperlambat detak jantung, menurunkan tekanan darah dan
mempertajam fokus.

Napas yang terkontrol juga mengurangi kecemasan/tingkat stress dengan mengesampingkan respons "lawan, lari,
atau diam". Teknik STOP yang dilakukan secara konsisten juga mendukung kekuatan otak bagian atas (korteks
prefrontal yang berhubungan dengan fokus, konsentrasi, dan kesadaran. Otak terlatih untuk berpikir terlebih
dahulu, merencanakan respons sehingga memungkinkan perilaku yang penuh perhatian. Hal ini dapat membantu
Anda untuk fokus kembali pada pekerjaan atau apapun yang sedang Anda kerjakan.
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi

KESADARAN SOSIAL - EMPATI


Cara menumbuhkan kesadaran sosial adalah dengan
menjawab 3 pertanyaan dasar:

Apa yang dirasakan orang tersebut?


Apa yang mungkin akan dia lakukan?

Apa yang saya rasakan jika mengalami kejadian yang sama?

When we’re talking about social awareness, we’re thinking about the ability to take the
perspective of others, to think through how other people might feel in a certain situation, to
appreciate diversity, to recognize emotion, to read body language, really to understand how other
people may fit into the bigger picture
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi

Secara spesifik kita akan membahas mengenai keterampilan berempati. Empati merupakan kemampuan untuk
mengenali dan memahami serta ikut merasakan perasaan-emosi orang lain sehingga dapat melihat perspektif
sudut pandang orang lain. Baru setelah kita mampu melihat dari kaca mata orang lain, kita dapat menghargai dan
memahami konteksnya. Apa saja yang mendasari perilaku, sikap dan cara berpikir orang tersebut. Bob dan Megan
Tschannen-Moran (2010) menggambarkan empati sebagai sikap menghormati, tidak salah memahami dan
mengapresiasi pengalaman orang lain.

Keterampilan berempati merupakan keterampilan yang membantu seseorang memiliki hubungan yang hangat dan
lebih positif dengan orang lain. Mengapa? Karena empati mengarahkan kita untuk mengurangi fokus hanya ke diri
sendiri, melainkan juga belajar merespon orang lain dengan cara yang lebih informatif dan penuh afeksi ke orang
lain sehingga lingkungan yang inklusif akan terbentuk.

Empati merupakan keterampilan yang bisa dilatih untuk kemudian diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Langkah-langkah yang bisa dilakukan untuk melatih empati dalam diri kita:
● Menaruh perhatian pada perasaan orang lain
● Berpikir sebelum berbicara atau bertindak
● Meyakini bahwa tidak ada satupun orang di dunia ini yang sama
● Menghargai orang lain meskipun berbeda pandangan.
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi

KETERAMPILAN RELASI - Kerja sama dan Resolusi Konflik


Sumber Resiliensi Individu (3I)
(Saya memiliki) sumber resiliensi yang berhubungan dengan besarnya dukungan sosial dari
I have lingkungan sekitar yang saya miliki.

(Saya adalah) sumber resiliensi yang berkaitan dengan kekuatan dalam diri (didalamnya terdapat
I am perasaan, sikap, dan keyakinan individu).

(Saya bisa) sumber resiliensi yang berkaitan dengan usaha yang dapat dilakukan oleh seseorang untuk
I can memecahkan masalah menuju kekuatan diri (kemampuan menyelesaikan persoalan, keterampilan
sosial dan interpersonal.

Getting into relationship skill is can I and you interacting, I’m not just standing over here thinking,
I wonder what you feeling, I wonder what you thinking, and actually using that information to
engage.
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi

Sumber Daya Resiliensi (4S)

Pikirkan dan Deskripsikan Identifikasi “Strategy” Identifikasi “Solution-seeking Behaviour”


yang digunakan untuk membantu diri
Sewaktu Anda mengalami dalam atasi pemikiran atau perasaan atau perilaku mencari bantuan yang
permasalahan yang berat negatif yang membuat Anda sulit pernah dilakukan untuk membantu
merespon permasalahan menyelesaikan permasalahannya

1 2 3 4 5

Identifikasi “Supportive People” Identifikasi “Sagacity”

yang jadi sandaran ketika Anda atau kebijaksanaan yang membuat


terpuruk anda dapat bertahan dari kesulitan
dan melangkah maju

Resiliensi adalah kemampuan individu untuk


merespons tantangan atau trauma yang
dihadapi dengan cara-cara sehat dan
produktif. (Reivich dan Shatte, 2002)
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi

Dalam kehidupan sehari-hari, kita dihadapkan pada berbagai bentuk kerja sama dengan berbagai pihak.
Dalam kerja sama untuk mencapai tujuan bersama, sewajarnya kita akan menghadapi perbedaan
pendapat dan konflik. Kemampuan kita untuk bekerja sama dan menyelesaikan konflik dengan
konstruktif akan membantu kita membangun hubungan yang positif dengan orang lain. Hubungan yang
positif tidak hanya dapat membangun rasa percaya (trust), tetapi diyakini dapat memitigasi stres,
melawan penyakit, dan memperpanjang umur seseorang.
Bagaimana kita dapat membangun kerja sama dan mengelola konflik yang terjadi? Berikut adalah
beberapa keterampilan yang perlu dikembangkan untuk dapat membangun kerja sama:
1. Keterampilan menyampaikan pesan dengan jelas dan mendengarkan secara aktif
2. Keterampilan menyatakan sikap setuju dan tidak setuju dengan sikap saling menghargai
3. Keterampilan mengelola tugas dan peran dalam kelompok
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi

PENGAMBILAN KEPUTUSAN YANG BERTANGGUNG JAWAB


Strategi sederhana yang dapat digunakan untuk menumbuhkan kemampuan mengambil keputusan yang
bertanggung jawab adalah dengan menggunakan kerangka yang disebut POOCH

Problem
mengevaluasi situasi:
Apa masalahnya? (harapan dan realita) Apa penyebabnya?

Option
menganalisis alternatif pilihan: Apa saja yang dapat
dilakukan? Apakah ada pilihan yang berbeda?
mempertimbangkan konsekuensi dari masing-masing pilihan itu

Outcome terhadap diri sendiri dan orang lain


● Apakah aku mengetahui konsekuensinya, baik positif maupun
negatif?
● Mengapa aku memilih itu?
Choice ● Apakah itu keputusan yang terbaik?
● Apakah aku siap menghadapi konsekuensinya?
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi

Collaborative for Academic, Social, and Emotional Learning (CASEL) menjelaskan bahwa
pengambilan keputusan yang bertanggung jawab adalah kemampuan seseorang untuk membuat
pilihan-pilihan yang konstruktif terkait dengan perilaku pribadi serta interaksi sosial mereka
berdasarkan standar etika, pertimbangan keamanan dan keselamatan, serta norma sosial.
Kemampuan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab tidak datang secara alami.
Kemampuan ini perlu dengan sengaja ditumbuhkan. Seorang pengambil keputusan yang
bertanggung jawab akan mempertimbangkan semua aspek, alternatif pilihan, berikut
konsekuensinya, sebelum kemudian mengambil keputusan. Untuk dapat melakukan hal tersebut
seseorang perlu belajar bagaimana:
1. mengevaluasi situasi
2. menganalisis alternatif pilihan mereka, dan
3. mempertimbangkan konsekuensi dari masing-masing pilihan itu terhadap diri mereka sendiri
dan orang lain.
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi

Bapak/Ibu Kepala Sekolah Hebat!


Setelah membaca dan memahami materi yang diberikan, silakan
berbagi pembelajaran bermakna yang didapatkan dan refleksikan
bagaimana Bapak/Ibu mewujudkan sekolah yang nyaman dengan
Pembelajaran Sosial dan Emosional Berbasis Kesadaran Penuh!
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi

Sumber Materi :
Modul 2.2 Pembelajaran Sosial Emosional Program Guru Penggerak (Caesilia
Ika W, M. Psi., Psikolog, dkk)

Anda mungkin juga menyukai